Happy Reading . . . *** Aku menatap sebuah benda kecil yang sudah melingkar pada jari manis, di tangan kiriku ini. Rasanya sudah cukup lama aku tidak mengenakan benda seperti ini di jari tanganku. Bahkan pada saat aku memiki cincin pernikahan dulu pun aku memutuskan untuk tidak memakainya. Aku yang memang pada dasarnya tidak menyukai memakai hal-hal seperti itu pun, justru kini mendapatkan benda yang sejenis namun kali ini terlihat lebih mewah, bernilai tinggi, dan begitu berharga. Dan semalam, tanpa aku duga Becks baru saja melamarku. Ia begitu membuktikan betapa dirinya tidak ingin kehilanganku, sampai-sampai ia berani untuk melamarku di saat aku yang masih berpura-pura menderita amnesia ini. Dan kini, aku yang harus menjalani peranku atas jawaban yang sudah aku berikan semalam dimana aku menerima lamaran Becks, juga memperlihatkan kepada pria itu jika aku yang masih mencintainya. Walau sesungguhnya rasa itu seperti sudah tidak ada lagi di dalam diriku, dan tidak bisa aku rasakan
Happy Reading . . . *** [Los Angeles, California]~Aku membuka mata dengan perlahan, disaat merasakan cahaya matahari yang menembus melalui kaca jendela dan ternyata sudah menerangi ruangan ini, sehingga terasa begitu mengganggu tidurku. Perasaan hangat nan nyaman pun selalu aku rasakan disaat membuka mata, dan merasakan beban berat dari sebuah tangan besar yang berada di atas tubuhku. Dengan lembut pun aku mulai membelai setiap urat nadi sekaligus rambut-rambut halus yang terdapat pada sepanjang tangan ini. Merasakan betapa kokohnya tangan yang seakan melindungi diriku dari segala ancaman bahaya, sekaligus membuatku tidak bisa pergi dari pelukan sang pemilik tangan. Setelah puas merasakan urat nadi dan otot kencang dari sebuah tangan yang menggambarkan betapa gagah dan begitu berartinya menjaga bentuk idealitas tubuh sekaligus penampilan bagi sang pemilik, kini aku pun memiringkan kepala untuk melihat wajah yang bisa membuatku selalu tersenyum pada saat memandangi betapa sempurna
Happy Reading . . . *** "Av, sepertinya ajakanmu kemarin tidak akan berlaku." Ucapku setelah Ava yang langsung mengangkat sambungan telepon yang baru saja aku lakukan kepadanya ini. "Apa? Kenapa? Ini akan terasa menyenangkan, Mandy-ku." "Tanpa harus aku beritahu, pasti kau sudah mengetahui sendiri alasannya." "Pasti si Bryce sialan itu. Bagaimana kau bisa bertahan hidup bersama dengan si pengekangan itu? Kau tidak seharusnya bertahan selama ini, Mandy. Aku tidak tega melihatmu yang seperti ini terus. Rasanya sudah cukup, kau tahu?" "Kau membuatku ingin tertawa, Av." Balasku dengan senyuman penuh arti. "Sungguh." "Apa aku perlu yang berbicara dengannya?" "Jangankan dirimu, aku saja yang sebagai istrinya terasa percuma. Sudahlah, Av. Sepertinya aku memang tidak ditakdirkan untuk menikmati hidupku ini." "Aku akan datang ke rumahmu sekarang." "Tidak perlu, Av. Kau sedang bekerja." "Tidak, karena sekarang aku sudah memutar arah mobilku ke sana." "Ava!" Panggilanku yang ingin pr
Happy Reading . . . *** Seperti biasanya, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam namun saat ini aku justru sedang memanaskan makan malam yang aku simpan untuk Bryce, untuk yang kedua kalinya. Ya, aku sudah menunggu lama yang ternyata Bryce tidak kunjung pulang juga, sampai-sampai aku sudah memanaskan makanan untuk yang kedua kalinya. Setelah dirasa cukup, aku pun menaruh makanan-makanan yang aku masak di piring semula, lalu menatanya di atas meja makan seperti sedia kala. Lalu aku melangkah kembali menuju sofa untuk menunggu di sana sambil menonton televisi. Hingga tidak lama kemudian, aku pun mendengar suara pintu rumah yang terbuka dan munculah Bryce di sana. Dengan cepat aku pun menghampiri pria itu untuk membantu membukakan mantel sekaligus membawakan tas kerjanya. "Hai, maafkan aku jika sampai di rumah hingga selarut ini. Pasieku tadi benar-benar begitu tidak terkendali hingga sampai menguras tenagaku." Ucap Bryce lalu ia pun memberikan kecupan pada keningku. "Tidak mas
Happy Reading . . . *** Dengan menampilkan senyuman, aku menatap akan rasa puas yang aku rasakan pada saat memandang diriku yang sudah merasa cukup setelah selesai merias penampilan yang hanya bisa aku lakukan sederhana ini. Setelah memakai high heels setinggi lima centimeter, sekali lagi aku memandang penampilanku di depan kaca dengan gaun sederhana setinggi di atas lututku sedikit, dan cukup tertutup yang Bryce pernah belikan untukku dulu, membuatku merasa cukup siap untuk datang ke pesta undangan Ava. Sejenak aku pun mengirimkan pesan kepada Bryce untuk memberitahu bahwa aku akan pergi dan Renne pun yang juga sudah tertidur sejak tadi. Tidak lupa dengan makan malam pria itu juga sudah aku taruh di dalam microwave, agar jika ingin memakan Bryce bisa langsung mengeluarkannya dengan kondisi makanan yang hangat. Hingga dentingan suara pesan masuk dari Ava yang memberitahu jika dia sudah sampai di luar rumah, membuatku langsung mengambil tas jinjing dan bergegas melangkah keluar dari
Happy Reading . . . *** "Daddy, bisakah nanti menjemputku setelah pulang sekolah?" Kunyahanku terhadap sarapan yang sedang aku makan ini secara otomatis langsung terhenti disaat mendengar permintaan Renne, yang sesungguhnya sangatlah mudah untuk dilakukan. Namun setelah pandanganku langsung bertemu dengan pandangan Bryce yang duduk di kursi berhadapan denganku, lagi dan lagi tanpa harus pria itu menjawabnya, akulah yang harus menangani hal sederhana seperti ini. "Hmm..., bagaimana kalau Mommy saja yang nanti menjemput Renne sepulang sekolah?" Ucapku yang memberikan penawaran kepada anakku ini, sebagai inisiatif untuk mencegah Bryce yang pasti tidak akan bisa melakukannya. "Daddy sudah sangat lama tidak pernah menjemput Renne di sekolah lagi. Kemarin Renne melihat teman-teman Renne banyak yang dijemput oleh Daddy-nya setelah sepulang sekolah. Renne ingin seperti itu, Mommy." Rajuk Renne yang membuat hatiku luluh, namun aku sendiri tidak tahu harus melakukan hal apalagi mengetahui
Happy Reading . . . *** Aku menatap diriku yang kini sudah mengenakan pakaian renang bermodel dua potong di depan cermin besar yang memperlihatkan keseluruhan tubuhku. Potongan atas dan bawah dari pakaian yang aku kenakan ini terlalu minim sehingga tidak cukup menutupi bagian pribadi tubuhku, terutama dibagian dada dan bokong. Bokong ku yang memang tidak tertutupi apa-apa selain pakaian renang yang aku kenakan ini, membuatku benar-benar merasa seperti telanjang saja. Belum lagi warna hijau neon yang terlihat cukup kontras di tubuhku yang berkulit natural ini, semakin membuatku merasa tidak percaya diri dengan seketika. "Wow..., lihatlah dirimu. Kau terlihat sama mengagumkan layaknya model profesional," ucap Ava yang tiba-tiba saja datang di ruang ganti pakaianku ini, membuatku langsung menerbitkan senyuman bersamaan dengan pujian yang diberikannya kepadaku itu. "Jangan menyindirku, Av." "Siapa yang menyindir? Kau memang benar-benar terlihat begitu luar biasa, Mandy." "Tetapi aku
Happy Reading . . . *** "Dimana pikiranmu, Mandy? Kau tidak menjemput Renne di sekolah dan membiarkannya menunggu sendirian disaat sekolah pun juga sudah sepi. Guru Renne sudah berkali-kali menghubungi ponselmu, tetapi kau tidak kunjung mengangkatnya juga dan hingga pada akhirnya aku yang hendak melakukan operasi dengan terpaksa aku tunda dulu karena aku yang harus menjemput Renne di sekolahnya. Pergi kemana kau hari ini, Mandy?" Aku sudah tidak asing lagi menghadapi situasi seperti ini. Dengan hanya tertunduk pasrah di bawah amarah yang sedang begitu menguasai Bryce, aku hanya bisa tersenyum kecut di dalam hati disaat mendengar setiap ocehan yang keluar dari bibir pria itu saja. Hanya karena baru satu kali aku terlambat untuk menjemput Renne, ia bisa sampai semarah ini kepadaku. Aku sungguh sudah tidak habis pikir lagi dengannya. "Tetapi lihatlah dari sisi baiknya, Bryce. Dengan begitu kau jadi bisa menjemput Renne sepulang dari sekolah, bukan? Dan Renne pun pasti sangat merasa s