Happy Reading . . . *** "Hari ini aku akan melanjutkan pemotretan kemarin yang sempat tertunda. Dan tentunya bersama dengan Georgia juga. Apakah kau ingin menemaniku?" Tanya Becks yang membuatku langsung mengalihkan pandangan dari layar televisi, kepada pria itu yang baru saja melangkah keluar dari kamar mandi dan penampilannya yang sudah terlihat segar setelah ia yang baru saja selesai mandi. "Aku ingin di rumah saja." "Kau tidak ingin menemaniku? Di sana Georgia yang menjadi modelnya." "Iya, tadi kau sudah mengatakannya. Aku juga bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Lagi pula, memangnya ada apa jika Georgia yang menjadi modelnya? Memang sudah seharusnya yang seperti itu, bukan?" "Kau yakin?" "Ya. Kau pergi saja bekerja, tidak perlu memikirkanku. Aku tidak akan kemana-mana." "Kau masih merasa kecewa terhadapku?" Tanya pria itu, namun kini ia yang sudah duduk di tepi ranjang dengan kedua tangannya yang langsung menggenggam tanganku erat. "Kita sudah menyelesaikan semuanya k
Happy Reading . . . *** Suara pintu rumah yang terdengar terbuka, membuatku yang sedang berada di dapur sedang hendak mengambil air mineral di dalam kulkas, langsung bergegas melangkah menghampiri asal suara yang sudah aku ketahui pasti itu adalah Becks yang baru saja kembali ke rumah setelah pemotretan yang dilakukannya seharian ini. Kepulangannya yang bertepatan dengan waktu makan malam, membuatku merasa sangat bersemangat karena malam ini aku sengaja membuatkan makanan kesukaan Becks untuk makan malam bersama kami nanti. Namun rasa semangat untuk menyambut kepulangan Becks yang sebelumnya timbul di dalam diriku, seakan langsung menghilang dengan cepat bersamaan dengan Becks yang melangkah memasuki rumah diikuti oleh sosok Georgia di belakang sana. Senyumanku yang sebelumnya mengembang dengan lebar pun juga langsung menghilang begitu saja pada saat melihat wanita itu yang rupanya kembali mendatangi rumah Becks ini. "Hei, maafkan aku jika pulangnya malam. Kau tidak marah, bukan?"
Happy Reading . . . *** Senyumanku pun langsung terbit setelah aku yang keluar dari pintu kedatangan, sesaat setelah melihat sosok Ava yang sudah menjemputku yang baru saja tiba di Brooklyn. Dengan langkah cepat sambil menarik koper milikku, aku menghampiri Ava yang sudah merentangkan kedua tangannya untuk menyambutku ke dalam pelukannya. "Selamat ulang tahun untuk satu-satunya sahabat yang aku miliki ini. Aku sangat merindukanmu, kau tahu?" Ucapku yang langsung memeluk tubuh Ava dengan erat sebagai bentuk pelepas rasa rindu terhadap sahabatku ini yang sudah lama tidak aku jumpai. "Aku pun juga, Mandy. Dan terima kasih atas ucapannya." "Aku sudah menyiapkan hadiah yang istimewa untukmu." "Benarkah? Aku menjadi tidak sabar untuk melihat hadiah darimu." "Setelah kita sampai di apartemen-mu, okay?". "Dan sekarang, kemanakah tujuan pertama kita?" "Kita makan siang terlebih dahulu, okay? Karena selama seharian ini nanti, aku akan mengajakmu untuk bersenang-bersenang." "Baiklah. Ay
Happy Reading . . . *** Sudah sesering mungkin aku melihat ponsel di tanganku ini untuk melihat jam dan juga pesan yang aku harapkan datang dari Becks. Sudah beberapa kali aku menghubungi serta mengirimkan pesan kepadanya bahwa aku sudah menunggu pria itu sejak tiga puluh menit yang lalu di bandara setelah aku tiba di Los Angeles. Aku yang sudah kembali dari Brooklyn setelah merayakan bersama ulang tahun sahabatku itu, sejak kemarin juga aku mengirim pesan kepada Becks untuk dapat menjemputku karena ponselnya yang benar-benar sama sekali tidak aktif semenjak aku tiba di Brooklyn kemarin, sampai aku yang meninggalkan Brooklyn kembali. Sesungguhnya aku sangat begitu cemas akan kondisi pria itu. Tetapi sebisa mungkin aku menahan diri agar pada saat aku yang masih berada di dekat Ava, tidak kembali membuat sahabatku itu dibuat kerepotan dan juga harus merasa kesulitan karena pikiranku yang sebenarnya sedetik pun tidak bisa terlepas dari sosok Becks. Sudah dua hari juga aku sama sekali
Happy Reading . . . *** Beberapa hari berlalu, sikap Becks terasa semakin tidak wajar dan cukup aneh terhadapku. Sikapnya yang terkadang semakin acuh, membuatku menjadi merasa serba salah sendiri untuk menghadapinya. Bahkan di saat aku pernah menyinggung mengenai dirinya yang pergi ke sebuah pesta bersama Georgia beberapa hari lalu, hanya ditanggapi dengan angin lalu saja olehnya. Becks sama sekali tidak menjawab, apalagi menanggapi ucapanku yang buktinya sudah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Rasa ingin menyangkal akan kejadian yang mungkin saja memang benar terjadi, mungkin membuat pria itu akan menjadi berbohong jika ia menanggapi ucapanku tersebut. Tetapi dengan begitu, di satu sisi aku yang sangat peduli terhadap Becks ingin memberikan peringatan kepadanya, tetapi di sisi lain aku juga ingin memberi sedikit ruang akan kehidupan pribadi yang mungkin tidak ingin orang lain ikut campur di dalamnya. Termasuk dengan diriku yang harus sadar akan posisiku di kehidupannya. Aku
Happy Reading . . . *** "Becks, memangnya kau tidak malu?" "Kenapa harus malu? Aku sendiri memakai pakaian." "Bukan mengenai hal itu." "Lalu?" "Orang-orang yang berlalu lalang sudah sejak tadi memperhatikanmu, yang sedang aku suapi seperti saat ini." Ya, semenjak hubungan kami yang sudah resmi dan terdapat suatu kejelasan di dalamnya. Becks menjadi semakin memperlihatkan sikap manjanya terhadapku, di depan banyak orang lain. Salah satunya dengan Becks yang selalu memintaku untuk menemaninya bekerja dan menungguinya di lokasi pemotretan sampai pekerjaannya itu selesai. Belum lagi di saat Becks sedang membutuhkan atau menginginkan sesuatu, ia inginnya supaya aku yang melakukan dari pada sang asisten yang harus bekerja untuknya. Dan belum lagi pada saat waktu istirahat makan siang telah tiba seperti saat ini, Becks selalu ingin supaya aku bisa menyuapi makan siangnya itu. Maksudku, apa yang ada di pikiran pria itu sampai-sampai membuatnya berubah dengan menjadikan sosok yang manj
Happy Reading . . . *** Beberapa bulan waktu telah berlalu, dan kini aku dan Becks sudah memasuki bulan ketiga dalam menjalani hubungan penuh komitmen sebagai sepasang kekasih ini. Dan dalam waktu itu juga, aku begitu merasakan kebahagiaan dalam menjalani hubungan kembali. Sudah cukup lama juga bisa dikatakan aku tidak merasakan kebahagiaan di dalam hubungan berkomitmen atau hubungan dengan status yang jelas, pada saat bersama dengan pasangan. Namun kini, bersama dengan Becks aku bisa membuktikan sendiri dengan aku yang dapat kembali merasakan hal seperti itu. Sikap Becks yang begitu manis dan perhatian kepadaku seperti dahulu kala disaat aku yang pertama kalinya mengenal sosok pria itu, semakin membuatku setiap hari semakin jatuh cinta terhadapnya. Dan semua itu membuatku juga menjadi lupa akan sedikit rasa curiga yang aku taruh kepadanya, mengenai perasaanku yang mengatakan bahwa sebenarnya Becks masih menyimpan rahasia dariku. Tetapi sebisa mungkin aku mencoba terus menghilangk
Happy Reading . . . *** Aku memperhatikan mobil Becks yang baru saja memasuki sebuah rumah sakit, dari dalam taksi yang aku tumpangi ini dan sudah menjadi kendaraanku untuk mengikuti dari kejauhan semenjak pria itu yang pamit dengan terburu-buru dari rumah tadi. Kebetulan yang sangat besar disaat Becks melajukan mobilnya meninggalkan pelataran rumah, sebuah taksi pun berlalu tepat melewati di depan rumah yang langsung aku berhentikan untuk bisa membawaku mengikuti ke mana pun arah perginya pria itu. Sesungguhnya aku pun juga tidak terlalu ingin banyak tahu mengenai permasalahan Becks yang mungkin kali ini bersifat pribadi dan rahasia. Tetapi fakta telah berbicara mengenai aku yang kini telah menjadi kekasih pria itu, yang artinya sudah tidak sepantasnya lagi jika ada sedikit pun rahasia yang disembunyikan olehnya di belakangku. Hal yang paling menyebalkannya lagi adalah, ia selalu memberikan alasan yang tidak jelas jika aku sudah mengajukan pertanyaan kemanakah tujuan kepergiannya