Happy Reading . . . *** "Apa yang ada di dalam pikiranmu saat itu, Becks? Apakah hanya ada sosok Georgia saja yang ada di dalam pikiranmu itu?" Di meja makan ini, aku sudah tidak berselera untuk sarapan setelah Becks terus mencoba untuk memberikan penjelasan akan hal yang terjadi kemarin. Setelah meletakkan sendok dan garpu yang sebelumnya masing-masing kedua tanganku genggam, aku pun menatap Becks yang duduk di kursi meja makan berhadapan denganku untuk mulai mendengarkan penjelasan yang ingin dikatakan olehnya itu. "Berikan aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya, okay? Aku ingin kau mengerti dan tidak salah paham." "Aku akan mendengarkan." "Georgia intoleran dengan laktosa, dan setahuku ia sangat alergi dengan produk olahan dari susu. Dan sebelum kejadian itu tiba, rupanya Georgia memakan salad yang terdapat keju di dalamnya. Aku yang melihat seseorang dalam keadaan yang tidak sadarkan diri akibat penyakit alerginya itu, pasti akan membuatku langsung menolongnya. Tidak hany
Happy Reading . . . *** "Hari ini aku akan melanjutkan pemotretan kemarin yang sempat tertunda. Dan tentunya bersama dengan Georgia juga. Apakah kau ingin menemaniku?" Tanya Becks yang membuatku langsung mengalihkan pandangan dari layar televisi, kepada pria itu yang baru saja melangkah keluar dari kamar mandi dan penampilannya yang sudah terlihat segar setelah ia yang baru saja selesai mandi. "Aku ingin di rumah saja." "Kau tidak ingin menemaniku? Di sana Georgia yang menjadi modelnya." "Iya, tadi kau sudah mengatakannya. Aku juga bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Lagi pula, memangnya ada apa jika Georgia yang menjadi modelnya? Memang sudah seharusnya yang seperti itu, bukan?" "Kau yakin?" "Ya. Kau pergi saja bekerja, tidak perlu memikirkanku. Aku tidak akan kemana-mana." "Kau masih merasa kecewa terhadapku?" Tanya pria itu, namun kini ia yang sudah duduk di tepi ranjang dengan kedua tangannya yang langsung menggenggam tanganku erat. "Kita sudah menyelesaikan semuanya k
Happy Reading . . . *** Suara pintu rumah yang terdengar terbuka, membuatku yang sedang berada di dapur sedang hendak mengambil air mineral di dalam kulkas, langsung bergegas melangkah menghampiri asal suara yang sudah aku ketahui pasti itu adalah Becks yang baru saja kembali ke rumah setelah pemotretan yang dilakukannya seharian ini. Kepulangannya yang bertepatan dengan waktu makan malam, membuatku merasa sangat bersemangat karena malam ini aku sengaja membuatkan makanan kesukaan Becks untuk makan malam bersama kami nanti. Namun rasa semangat untuk menyambut kepulangan Becks yang sebelumnya timbul di dalam diriku, seakan langsung menghilang dengan cepat bersamaan dengan Becks yang melangkah memasuki rumah diikuti oleh sosok Georgia di belakang sana. Senyumanku yang sebelumnya mengembang dengan lebar pun juga langsung menghilang begitu saja pada saat melihat wanita itu yang rupanya kembali mendatangi rumah Becks ini. "Hei, maafkan aku jika pulangnya malam. Kau tidak marah, bukan?"
Happy Reading . . . *** Senyumanku pun langsung terbit setelah aku yang keluar dari pintu kedatangan, sesaat setelah melihat sosok Ava yang sudah menjemputku yang baru saja tiba di Brooklyn. Dengan langkah cepat sambil menarik koper milikku, aku menghampiri Ava yang sudah merentangkan kedua tangannya untuk menyambutku ke dalam pelukannya. "Selamat ulang tahun untuk satu-satunya sahabat yang aku miliki ini. Aku sangat merindukanmu, kau tahu?" Ucapku yang langsung memeluk tubuh Ava dengan erat sebagai bentuk pelepas rasa rindu terhadap sahabatku ini yang sudah lama tidak aku jumpai. "Aku pun juga, Mandy. Dan terima kasih atas ucapannya." "Aku sudah menyiapkan hadiah yang istimewa untukmu." "Benarkah? Aku menjadi tidak sabar untuk melihat hadiah darimu." "Setelah kita sampai di apartemen-mu, okay?". "Dan sekarang, kemanakah tujuan pertama kita?" "Kita makan siang terlebih dahulu, okay? Karena selama seharian ini nanti, aku akan mengajakmu untuk bersenang-bersenang." "Baiklah. Ay
Happy Reading . . . *** Sudah sesering mungkin aku melihat ponsel di tanganku ini untuk melihat jam dan juga pesan yang aku harapkan datang dari Becks. Sudah beberapa kali aku menghubungi serta mengirimkan pesan kepadanya bahwa aku sudah menunggu pria itu sejak tiga puluh menit yang lalu di bandara setelah aku tiba di Los Angeles. Aku yang sudah kembali dari Brooklyn setelah merayakan bersama ulang tahun sahabatku itu, sejak kemarin juga aku mengirim pesan kepada Becks untuk dapat menjemputku karena ponselnya yang benar-benar sama sekali tidak aktif semenjak aku tiba di Brooklyn kemarin, sampai aku yang meninggalkan Brooklyn kembali. Sesungguhnya aku sangat begitu cemas akan kondisi pria itu. Tetapi sebisa mungkin aku menahan diri agar pada saat aku yang masih berada di dekat Ava, tidak kembali membuat sahabatku itu dibuat kerepotan dan juga harus merasa kesulitan karena pikiranku yang sebenarnya sedetik pun tidak bisa terlepas dari sosok Becks. Sudah dua hari juga aku sama sekali
Happy Reading . . . *** Beberapa hari berlalu, sikap Becks terasa semakin tidak wajar dan cukup aneh terhadapku. Sikapnya yang terkadang semakin acuh, membuatku menjadi merasa serba salah sendiri untuk menghadapinya. Bahkan di saat aku pernah menyinggung mengenai dirinya yang pergi ke sebuah pesta bersama Georgia beberapa hari lalu, hanya ditanggapi dengan angin lalu saja olehnya. Becks sama sekali tidak menjawab, apalagi menanggapi ucapanku yang buktinya sudah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Rasa ingin menyangkal akan kejadian yang mungkin saja memang benar terjadi, mungkin membuat pria itu akan menjadi berbohong jika ia menanggapi ucapanku tersebut. Tetapi dengan begitu, di satu sisi aku yang sangat peduli terhadap Becks ingin memberikan peringatan kepadanya, tetapi di sisi lain aku juga ingin memberi sedikit ruang akan kehidupan pribadi yang mungkin tidak ingin orang lain ikut campur di dalamnya. Termasuk dengan diriku yang harus sadar akan posisiku di kehidupannya. Aku
Happy Reading . . . *** "Becks, memangnya kau tidak malu?" "Kenapa harus malu? Aku sendiri memakai pakaian." "Bukan mengenai hal itu." "Lalu?" "Orang-orang yang berlalu lalang sudah sejak tadi memperhatikanmu, yang sedang aku suapi seperti saat ini." Ya, semenjak hubungan kami yang sudah resmi dan terdapat suatu kejelasan di dalamnya. Becks menjadi semakin memperlihatkan sikap manjanya terhadapku, di depan banyak orang lain. Salah satunya dengan Becks yang selalu memintaku untuk menemaninya bekerja dan menungguinya di lokasi pemotretan sampai pekerjaannya itu selesai. Belum lagi di saat Becks sedang membutuhkan atau menginginkan sesuatu, ia inginnya supaya aku yang melakukan dari pada sang asisten yang harus bekerja untuknya. Dan belum lagi pada saat waktu istirahat makan siang telah tiba seperti saat ini, Becks selalu ingin supaya aku bisa menyuapi makan siangnya itu. Maksudku, apa yang ada di pikiran pria itu sampai-sampai membuatnya berubah dengan menjadikan sosok yang manj
Happy Reading . . . *** Beberapa bulan waktu telah berlalu, dan kini aku dan Becks sudah memasuki bulan ketiga dalam menjalani hubungan penuh komitmen sebagai sepasang kekasih ini. Dan dalam waktu itu juga, aku begitu merasakan kebahagiaan dalam menjalani hubungan kembali. Sudah cukup lama juga bisa dikatakan aku tidak merasakan kebahagiaan di dalam hubungan berkomitmen atau hubungan dengan status yang jelas, pada saat bersama dengan pasangan. Namun kini, bersama dengan Becks aku bisa membuktikan sendiri dengan aku yang dapat kembali merasakan hal seperti itu. Sikap Becks yang begitu manis dan perhatian kepadaku seperti dahulu kala disaat aku yang pertama kalinya mengenal sosok pria itu, semakin membuatku setiap hari semakin jatuh cinta terhadapnya. Dan semua itu membuatku juga menjadi lupa akan sedikit rasa curiga yang aku taruh kepadanya, mengenai perasaanku yang mengatakan bahwa sebenarnya Becks masih menyimpan rahasia dariku. Tetapi sebisa mungkin aku mencoba terus menghilangk
Happy Reading . . . *** Aku menatap sebuah benda kecil yang sudah melingkar pada jari manis, di tangan kiriku ini. Rasanya sudah cukup lama aku tidak mengenakan benda seperti ini di jari tanganku. Bahkan pada saat aku memiki cincin pernikahan dulu pun aku memutuskan untuk tidak memakainya. Aku yang memang pada dasarnya tidak menyukai memakai hal-hal seperti itu pun, justru kini mendapatkan benda yang sejenis namun kali ini terlihat lebih mewah, bernilai tinggi, dan begitu berharga. Dan semalam, tanpa aku duga Becks baru saja melamarku. Ia begitu membuktikan betapa dirinya tidak ingin kehilanganku, sampai-sampai ia berani untuk melamarku di saat aku yang masih berpura-pura menderita amnesia ini. Dan kini, aku yang harus menjalani peranku atas jawaban yang sudah aku berikan semalam dimana aku menerima lamaran Becks, juga memperlihatkan kepada pria itu jika aku yang masih mencintainya. Walau sesungguhnya rasa itu seperti sudah tidak ada lagi di dalam diriku, dan tidak bisa aku rasakan
Happy Reading . . . *** Genggaman erat tangan Becks pada tangan kiriku yang tidak memegang kruk untuk membantu kaki kananku yang masih belum pulih untuk bisa berjalan dengan normal ini, seakan tidak ingin ia lepaskan sampai kapan pun. Genggaman tangan itu pun seakan memanduku melangkah memasuki sebuah restaurant di depan sana yang terlihat begitu eksklusif dan menggambarkan kemewahan luar biasa dari luar sini. "Kau sudah benar-benar merencanakan makan malam ini dengan sempurna, Becks?" Ucapku saat kami masih melangkah masuk menuju restaurant tersebut. "Kau sudah bisa menebaknya, huh?" "Bagaimana tidak? Hari ini kau sudah mengajakku ke salon, memberikanku gaun yang aku kenakan dengan luar biasa dan pasti tidaklah murah ini, dan sekarang kau membawaku ke restauran berbintang seperti ini. Dan sehabis ini, hal apalagi yang menjadi bagian dari kejutanmu itu, Becks?" "Kau bisa mendapatkannya nanti." "Jadi, kau masih memiliki kejutan untukku?" "Hhmm..., tebak dan pikirkanlah." "Kemb
Happy Reading . . . *** Aku menatap diriku di depan cermin untuk melihat penampilan diriku yang setiap hari dan setiap tahunnya seperti ini saja. Rambut panjangku ini, entah sudah berapa lama terakhir kali aku mengguntingnya. Panjangnya yang sudah mencapai pinggangku ini, membuatku bertaruh bahwa terakhir kali aku memendekkan rambutku sudah bertahun-tahun lamanya. Belum lagi bagian dalam rambutku terdapat sedikit potongan rambut yang tidak teratur, yang sengaja dihilangkan pada saat setelah kecelakaan tersebut, untuk menangani bagian kepalaku yang saat itu terkena benturan pada aspal jalanan. Sehingga aku pun memutuskan ingin menggunting rambutku menjadi sangat pendek, membuatku mengira-ngira sampai sependek apa potongan gaya rambut yang cocok untukku. Namun di saat aku yang baru saja sedang mengira, pintu kamar ini pun terbuka dan munculah Becks di sana yang sudah melangkah masuk menghampiriku. "Hei, apa yang kau lihat?" Tanya-nya kepadaku. "Rambutku. Aku ingin menggunting dan me
Happy Reading . . . *** Aku menatap kosong jalanan di luar sana melalui kaca jendela pintu mobil di sampingku ini. Pikiranku sejak tadi benar-benar tidak bisa terlepas dari ucapan Ava yang mengajakku untuk ikut dengannya pergi ke Paris. Tawaran menjadi asisten Ava, seperti peluang yang begitulah besar bagiku untuk bisa memulai kehidupan baru, dan harus benar-benar aku pertimbangkan dengan sangat baik-baik. Dan pemikiran seperti itulah yang sejak tadi membuatku melamun dan memikirkan kesempatan yang mungkin akan membawaku menuju kebahagiaan yang sesungguhnya, semenjak pertemuanku bersama dengan Ava tadi berakhir. "Hei, Mandy." Panggilan dengan genggaman tangan itu pun membuatku langsung tersadar dari lamunan. "Ya?" "Kau baik-baik saja?" "Ya. Memangnya ada apa?" "Tidak. Hanya saja, sejak dari cafe tadi kau lebih banyak terdiam. Memangnya, hal apa saja yang kau bicarakan dengan Ava tadi?" "Hanya beberapa hal yang aku lupakan saja darinya. Kehidupan barunya di Paris, pekerjaannya
Happy Reading . . . *** Suara ketukan pintu yang sudah berkali-kali dengan samar-samar aku dengar dari luar sana dan mulai terasa menggangguku itu, membuatku dengan perlahan langsung membuka mata yang sebelumnya masih setengah sadar dari tidurku ini. "Mandy, apakah kau sudah terbangun?" Suara Becks, yang terdengar dari luar sana membuatku benar-benar terbangun dengan sepenuhnya. Aku yang memutuskan untuk meminta kepada pria itu agar kami bisa berpisah kamar saja, membuatku tentu menempati kamar lain di rumahnya ini karena bagiku hal seperti itulah yang terbaik untukku di situasi seperti ini. Aku ingin mulai menjaga jarak dengan pria itu, sekaligus jika bisa membuatnya sadar bahwa sudah seharusnya ia tidak lagi terus berpikir bahwa aku ini adalah miliknya. "Kau bisa masuk," balasku dengan sedikit berteriak dan langsung membuat pintu kamar ini terbuka bersamaan dengan Becks yang muncul di sana. "Hei, selamat pagi. Apa kau baru terbangun setelah mendengar suara ketukan pintuku? At
Happy Reading . . . *** Tiga minggu berlalu, total waktu yang sudah aku habiskan selama berada di rumah sakit dimana aku dirawat ini untuk menjalani pemulihan semenjak kecelakaan tersebut menimpaku. Hingga pada akhirnya, aku pun juga sudah diperbolehkan untuk keluar dari tempat yang sudah cukup menyiksaku selama berminggu-minggu ini. Dan kini, aku sedang bersiap-siap untuk keluar dari rumah sakit yang tentunya dengan bantuan dan keberadaan Becks di sini. Pria itu benar-benar sungguh tidak pernah meninggalkanku sendirian di tempat ini, kecuali ia memiliki pemotretan yang tidak mendesak sehingga tidak bisa ia tolak lagi. "Pakai mantelnya, di luar sedang sedikit dingin." Ucap Becks yang menghampiriku yang sedang duduk di tepi ranjang dan hendak memakaikan mantel yang ia bawa kepadaku."Apakah saat ini sudah memasuki musim dingin?" "Hampir." "Aku lupa bertanya. Apakah saat ini aku berada di Brooklyn? Karena hal terakhir yang aku ingat, aku tinggal di kota itu." "Saat ini kau berada
Happy Reading . . . *** Aku menatap kosong ke arah luar jendela yang berada tidak jauh di sampingku ini, yang sepertinya mengarah kepada sebuah taman di luar sana. Sudah beberapa hari waktu berlalu semenjak aku yang terbangun dari masa koma singkatku itu. Aku yang sudah merasa semakin lebih baik dari hari ke hari, tetapi walaupun sesekali aku masih merasa nyeri di bagian kepala dan di bagian beberapa letak luka yang aku miliki ini, namun rupanya aku masih juga tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit ini. Aku pun yang sudah merasa begitu bosan berada di ruangan ini selama berhari-hari, tidak termasuk masa koma yang aku alami kemarin, membuatku menjadi lebih banyak berdiam diri dan melamun. "Hei, selamat pagi. Apa kabarmu hari ini, Mandy?" Suara itu, datang bersamaan dengan terbukanya pintu ruangan ini yang menampilkan Becks yang kembali datang di pagi hari seperti biasanya, dengan sebuket bunga di tangannya. Hal baru yang entah kenapa belakang ini selalu Becks lakukan te
Happy Reading . . . *** Oh, tidak! Apa yang baru saja terjadi? Aku membuka kedua mataku dengan cepat, di saat diriku yang merasa seperti sehabis dikejutkan secara tiba-tiba. Namun kali ini, bukanlah langit-langit kamar Becks yang menyambut indra penglihatanku seperti biasanya. Tetapi sebuah langit-langit bernuansa putih dengan beberapa lampu yang menerangi ruangan ini. Tidak hanya penglihatanku saja yang aneh, tetapi pendengaranku pun juga menangkap suara-suara alat khas rumah sakit yang digunakan untuk mendeteksi detak jantung dan nadi seseorang. Tetapi belum selesai aku mengira-ngira akan hal yang sedang terjadi saat ini pada diriku, aku langsung merasakan betapa sakit dan rasa berdenyut yang begitu luar biasa pada kepalaku saat ini. Tanganku yang terasa begitu dingin akibat pendingin udara di ruangan ini, membuatku juga menjadi semakin merasa sulit untuk digerakan akibat rasa kaku pada sekujur tubuhku, cukup menghambatku yang ingin mencengkram kuat kepalaku berharap rasa sakit l
Happy Reading . . . *** Aku membuka mataku di saat aku merasakan cahaya matahari yang mulai menggangguku karena selalu menembus melalui jendela kamar ini. Aku melirik jam di atas meja yang berada di samping ranjang yang aku tempati ini, dan melihat waktu yang kini sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Dan itu tandanya, aku baru mengistirahatkan tubuhku selama empat jam lamanya. Sudah satu minggu waktu berlalu semenjak terbongkarnya rahasia yang selalu disembunyikan oleh pria itu, dan itu artinya sudah selama itu juga aku memutuskan untuk mogok bicara dengannya dan juga tentunya berusaha untuk menghindar dari pandangan Becks, walau aku tahu hal itu akan sangat sulit untuk dilakukan karena aku yang masih tinggal di rumahnya ini. Itu semua aku lakukan karena aku yang benar-benar sama sekali tidak diperbolehkan untuk pergi oleh pria itu. Aku yang kini seakan kembali seperti kehidupanku yang terdahulu dan mendapatkan perlakuan yang sama, dimana aku yang dikurung dan tidak boleh beranja