Happy Reading . . . *** Aku memastikan sekali lagi seluruh barang-barang milikku yang berada di rumah Bryce ini, sudah aku masukkan ke dalam dua buah koper dan satu tas besar. Hal yang sudah terjadi beberapa hari lalu mengenai terungkapnya seluruh isi di dalam benak hatiku, dan juga mengenai hubungan bersama Becks yang diam-diam aku sembunyikan di belakang Bryce sudah diketahui olehnya, membuatku sudah memutuskan untuk keluar dari rumah ini seperti yang Becks sarankan saat itu. Becks yang juga menawarkan untuk tinggal bersama dengannya di apartemen pria itu, membuatku pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti saran darinya itu, sambil menunggu jadwal pengajuan akan proses perceraianku yang akan masuk ke dalam pengadilan di minggu depan. Ya, tanpa menunggu lebih lama lagi setelah kejadian beberapa hari lalu itu, aku langsung menghubungi pengacara yang akan aku pakai jasanya untuk mendampingiku dalam proses perpisahan itu, agar pengajuan perceraianku bisa segera dimasukan ke dalam pen
Happy Reading . . . *** "Becks mengajakku untuk pindah dan tinggal bersama dengannya di Los Angeles." Ava yang baru saja meminum secangkir kopi miliknya itu terlihat sedikit mengernyitkan kening, setelah aku mengatakan hal yang seperti Becks katakan kepadaku kemarin. Seperti biasanya. Aku selalu membagikan setiap cerita dan segala isi hatiku ini terhadap setiap permasalahan yang sedang aku hadapi kepada sahabatku, Ava. Dan kini, di sebuah cafe tempat dimana aku sedang bertemu dengan Ava, aku hendak kembali menceritakan beberapa perihal yang sedang aku miliki ini. "Wow..., cukup mengejutkan." "Benar, bukan?" "Tetapi di sisi lain, hal itu terdengar bagus juga. Kau justru menjadi mendapatkan sebuah kepastian, di saat hidupmu sedang dihadapi oleh masalah seperti sekarang ini, Mandy." "Tetapi aku justru merasa tidak siap, Av. Pindah ke kota yang besar seperti itu bukanlah hal yang kecil dan mudah bagiku. Apalagi, kondisiku yang saat ini baru sedang dalam proses cerai dengan Bryce, m
Happy Reading . . . *** "Becks, dimanakah tempat biasanya jika kau ingin mencetak sebuah foto?" Tanyaku kepada Becks yang baru saja kembali menghampiriku di ruang tengah setelah ia mengambil sebotol bir di pantry. "Ada apa? Apa kau ingin mencetak foto?" "Minggu depan hari ulang tahun Renne. Aku sudah mempersiapkan hadiah untuknya, dan tinggal satu hal lagi yang harus aku lakukan untuk menyempurnakan hadiahku itu. Yaitu, mencetak foto Renne saat ia yang saat itu baru berusia satu minggu." "Sepertinya hadiah yang terdengar begitu indah dan istimewa. Apakah aku boleh mengetahuinya?" Tanyanya yang sudah mendudukkan diri di sampingku, dan merangkul bahuku untuk ditarik ke dalam pelukannya. "Hanya hadiah sederhana saja. Aku tidak bisa memberikan hadiah luar biasa dengan harga fantastis untuknya." "Aku yakin hadiah sederhana yang kau maksudkan itu justru lebih berharga dari pada barang-barang dengan harga fantastis di luar sana. Jadi, kau ingin memberikannya apa?" "Aku membeli sebuah
Happy Reading . . . *** Rasa beban yang seperti satu demi satu terangkat, aku rasakan bersamaan denganku yang melangkah keluar dari gedung pengadilan setelah baru saja aku selesai memberikan syarat dan dokumen perceraian yang dibutuhkan di sana, agar bisa segera dimulai prosesnya. Dan bertepatan dengan hari ini juga, Renne berulang tahun di usianya yang ke-tujuh tahun. Aku tidak berharap banyak akan diterima saat aku datang ke rumah Lorraine nanti, mengingat pasti wanita itu yang sudah mengetahui tentang perpisahanku dengan Bryce, dan rasa bencinya terhadapku itu pasti juga menjadi semakin bertambah besar. Namun niatku yang ingin datang ke rumah Lorraine hanya untuk Renne, jadi aku harus sedikit berkorban demi dapat bertemu dengan anakku itu di hari ulang tahunnya ini. Aku hanya ingin memberikan hadiah yang saat itu pernah aku janjikan kepada Renne, dan yang juga sudah aku persiapan dengan sepenuh hati sejak jauh-jauh hari hanya untuk Renne saja. Dan rasa takut untuk menghadapi Lo
Happy Reading . . . *** Ciuman yang bermula dengan tanpa diduga itu, kini justru semakin membuatku menjadi terpenjara dalam situasi yang tidak bisa aku mengerti ini. Bagaimana jadinya aku dan Bryce yang sebelumnya sedang berada di depan rumah Lorraine? Namun kini aku bisa berada di dalam rumah dengan tubuhku yang dihimpit oleh Bryce dengan dinding yang berada di belakangku. Belum lagi Bryce yang kini semakin aku biarkan, ia justru dengan tanpa permisi sudah mencumbu leherku dan membuka satu per satu kancing kemeja yang sedang aku kenakan ini. Dengan kesadaran yang tentunya masih menguasai diriku, aku pun berusaha untuk menghentikan hal yang pria ini lakukan terhadapku. "Bryce, hentikan." Pekikku sambil berusaha mendorong bahu pria itu agar bisa menjauh dari diriku. "Aku sangat merindukanmu, Mandy." Balasan Bryce dengan nada suara yang mulai terdengar dengan cukup jelas bahwa ia mulai terselimuti oleh api gairah, membuatku harus benar-benar menghentikan hal yang tidak boleh terjad
Happy Reading . . . *** Pelukan hangat sebagai bentuk perpisahan kecil ini pun aku berikan kepada Ava. Aku yang pada akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Brooklyn, pada saat sore hari ini aku ingin bertemu dengan satu-satunya sahabat yang aku miliki untuk yang terakhir kalinya di Brooklyn sebelum keberangkatanku ke Los Angeles. Aku dan Becks yang mendapatkan jadwal penerbangan pada saat malam hari, membuatku memutuskan untuk sebisa mungkin memberitahu kepergianku yang terasa tiba-tiba ini sekaligus juga berpamitan dengan Ava di sebuah cafe. Rasanya cukup sulit berpisah dengan sang sahabat, walaupun alat komunikasi pun tidaklah susah. Enam jam lamanya perjalan dari Brooklyn menuju Los Angeles menggunakan jalur udara, memang rasanya bukanlah jarak yang terlalu jauh juga. Tetapi, entah kenapa beban dihatiku terasa begitu berat untuk meninggalkan Ava. Rasanya seperti berpisah dengan sahabat adalah hal tersulit dan terasa lebih berat, dari pada ditinggal oleh pasangan. "Jangan menang
Happy Reading . . . *** [Los Angeles, California | Masa Sekarang] ~ Aku membuka mata dengan perlahan disaat merasakan cahaya matahari yang menembus masuk melalui kaca jendela dan ternyata sudah menerangi ruangan ini yang sehingga terasa begitu mengganggu tidurku. Perasaan hangat nan nyaman pun selalu aku rasakan disaat membuka mata, bersamaan dengan beban berat dari sebuah tangan besar yang selalu aku rasakan karena pelukan di tubuhku. Dengan lembut pun aku mulai membelai setiap urat nadi sekaligus rambut-rambut halus yang terdapat pada sepanjang tangan ini. Merasakan betapa kokohnya tangan yang seakan melindungi diriku dari segala ancaman bahaya, sehingga membuatku tidak ingin pergi dari pelukan sang pemilik tangan. Setelah puas merasakan urat nadi dan otot kencang dari sebuah tangan yang menggambarkan betapa gagah dan begitu berartinya menjaga bentuk idealitas tubuh sekaligus penampilan bagi sang pemilik, kini aku pun memiringkan kepala untuk melihat wajah yang bisa membuatku s
Happy Reading . . . *** Aku memandang diriku di depan cermin yang kini sudah mengenakan gaun yang sudah Becks persiapkan untukku. Gaun tanpa lengan dengan panjangnya saja yang hanya mencapai setengah pahaku saja. Gaun bewarna hitam dengan hiasan manik-manik yang menghiasi di seluruh sisi gaunnya, seakan terlihat semakin begitu mencetak tubuhku. Sehingga aku yang merasa gaun ini begitu memeluk tubuhku, benar-benar begitu memperlihatkan lekuk tubuhku juga. Dipadukan dengan sepatu berhak tinggi standar dan bermodel sederhana hanya dengan dua tali saja, aku sengaja tidak merias wajahku terlalu mencolok. Agar gaun yang aku kenakan ini bagiku sesungguhnya sudah terlihat sangat nencolok, jadi aku memutuskan untuk tidak membuat riasan di wajahku sama mencoloknya agar tidak bisa membuat diriku yang mungkin saja akan menjadi pusat perhatian jika memiliki penampilan yang berlebihan. "Oh, wow... Siapakah wanita bertubuh seksi dan sangat luar biasa ini?" Tatapanku yang semula sedang berfokus