Happy Reading . . . *** Aku memandang diriku di depan cermin yang kini sudah mengenakan gaun yang sudah Becks persiapkan untukku. Gaun tanpa lengan dengan panjangnya saja yang hanya mencapai setengah pahaku saja. Gaun bewarna hitam dengan hiasan manik-manik yang menghiasi di seluruh sisi gaunnya, seakan terlihat semakin begitu mencetak tubuhku. Sehingga aku yang merasa gaun ini begitu memeluk tubuhku, benar-benar begitu memperlihatkan lekuk tubuhku juga. Dipadukan dengan sepatu berhak tinggi standar dan bermodel sederhana hanya dengan dua tali saja, aku sengaja tidak merias wajahku terlalu mencolok. Agar gaun yang aku kenakan ini bagiku sesungguhnya sudah terlihat sangat nencolok, jadi aku memutuskan untuk tidak membuat riasan di wajahku sama mencoloknya agar tidak bisa membuat diriku yang mungkin saja akan menjadi pusat perhatian jika memiliki penampilan yang berlebihan. "Oh, wow... Siapakah wanita bertubuh seksi dan sangat luar biasa ini?" Tatapanku yang semula sedang berfokus
Happy Reading . . . *** Sambil menampilkan senyuman lebar, aku pun membalas lambaian tangan Becks yang berada di depan sana sedang melambaikan tangannya kepadaku. Dari kejauhan aku menunggu sambil memperhatikan Becks yang sedang melakukan pemotretan, dengan aku yang juga sedang berbincang dengan Ava melalui sambungan telepon. "Kau, tahu? Aku sangat membenci tempat dimana kau bekerja itu," protesku yang memang merasa kesal akan majalah itu yang selalu saja memberi Becks pekerjaan yang dipasangkan dengan model yang kebetulan adalah mantan kekasihnya. "Hei, tukang pencemburu! Itu hanyalah sebagai sebatas profesionalitas kerja saja, kau tahu?" "Aku tidak peduli itu profesional atau tidak, yang penting sampaikan saja pesanku kepada atasanmu untuk jangan memasangkan Becks dan mantan kekasihnya itu di dalam satu pekerjaan lagi. Sudah sejauh ini aku mengajak Becks untuk pindah dari Brooklyn, tetapi pada akhirnya tetap saja bertemu dengan wanita itu lagi, wanita itu lagi. Jadinya terdenga
Happy Reading . . . *** "Apa yang ada di dalam pikiranmu saat itu, Becks? Apakah hanya ada sosok Georgia saja yang ada di dalam pikiranmu itu?" Di meja makan ini, aku sudah tidak berselera untuk sarapan setelah Becks terus mencoba untuk memberikan penjelasan akan hal yang terjadi kemarin. Setelah meletakkan sendok dan garpu yang sebelumnya masing-masing kedua tanganku genggam, aku pun menatap Becks yang duduk di kursi meja makan berhadapan denganku untuk mulai mendengarkan penjelasan yang ingin dikatakan olehnya itu. "Berikan aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya, okay? Aku ingin kau mengerti dan tidak salah paham." "Aku akan mendengarkan." "Georgia intoleran dengan laktosa, dan setahuku ia sangat alergi dengan produk olahan dari susu. Dan sebelum kejadian itu tiba, rupanya Georgia memakan salad yang terdapat keju di dalamnya. Aku yang melihat seseorang dalam keadaan yang tidak sadarkan diri akibat penyakit alerginya itu, pasti akan membuatku langsung menolongnya. Tidak hany
Happy Reading . . . *** "Hari ini aku akan melanjutkan pemotretan kemarin yang sempat tertunda. Dan tentunya bersama dengan Georgia juga. Apakah kau ingin menemaniku?" Tanya Becks yang membuatku langsung mengalihkan pandangan dari layar televisi, kepada pria itu yang baru saja melangkah keluar dari kamar mandi dan penampilannya yang sudah terlihat segar setelah ia yang baru saja selesai mandi. "Aku ingin di rumah saja." "Kau tidak ingin menemaniku? Di sana Georgia yang menjadi modelnya." "Iya, tadi kau sudah mengatakannya. Aku juga bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Lagi pula, memangnya ada apa jika Georgia yang menjadi modelnya? Memang sudah seharusnya yang seperti itu, bukan?" "Kau yakin?" "Ya. Kau pergi saja bekerja, tidak perlu memikirkanku. Aku tidak akan kemana-mana." "Kau masih merasa kecewa terhadapku?" Tanya pria itu, namun kini ia yang sudah duduk di tepi ranjang dengan kedua tangannya yang langsung menggenggam tanganku erat. "Kita sudah menyelesaikan semuanya k
Happy Reading . . . *** Suara pintu rumah yang terdengar terbuka, membuatku yang sedang berada di dapur sedang hendak mengambil air mineral di dalam kulkas, langsung bergegas melangkah menghampiri asal suara yang sudah aku ketahui pasti itu adalah Becks yang baru saja kembali ke rumah setelah pemotretan yang dilakukannya seharian ini. Kepulangannya yang bertepatan dengan waktu makan malam, membuatku merasa sangat bersemangat karena malam ini aku sengaja membuatkan makanan kesukaan Becks untuk makan malam bersama kami nanti. Namun rasa semangat untuk menyambut kepulangan Becks yang sebelumnya timbul di dalam diriku, seakan langsung menghilang dengan cepat bersamaan dengan Becks yang melangkah memasuki rumah diikuti oleh sosok Georgia di belakang sana. Senyumanku yang sebelumnya mengembang dengan lebar pun juga langsung menghilang begitu saja pada saat melihat wanita itu yang rupanya kembali mendatangi rumah Becks ini. "Hei, maafkan aku jika pulangnya malam. Kau tidak marah, bukan?"
Happy Reading . . . *** Senyumanku pun langsung terbit setelah aku yang keluar dari pintu kedatangan, sesaat setelah melihat sosok Ava yang sudah menjemputku yang baru saja tiba di Brooklyn. Dengan langkah cepat sambil menarik koper milikku, aku menghampiri Ava yang sudah merentangkan kedua tangannya untuk menyambutku ke dalam pelukannya. "Selamat ulang tahun untuk satu-satunya sahabat yang aku miliki ini. Aku sangat merindukanmu, kau tahu?" Ucapku yang langsung memeluk tubuh Ava dengan erat sebagai bentuk pelepas rasa rindu terhadap sahabatku ini yang sudah lama tidak aku jumpai. "Aku pun juga, Mandy. Dan terima kasih atas ucapannya." "Aku sudah menyiapkan hadiah yang istimewa untukmu." "Benarkah? Aku menjadi tidak sabar untuk melihat hadiah darimu." "Setelah kita sampai di apartemen-mu, okay?". "Dan sekarang, kemanakah tujuan pertama kita?" "Kita makan siang terlebih dahulu, okay? Karena selama seharian ini nanti, aku akan mengajakmu untuk bersenang-bersenang." "Baiklah. Ay
Happy Reading . . . *** Sudah sesering mungkin aku melihat ponsel di tanganku ini untuk melihat jam dan juga pesan yang aku harapkan datang dari Becks. Sudah beberapa kali aku menghubungi serta mengirimkan pesan kepadanya bahwa aku sudah menunggu pria itu sejak tiga puluh menit yang lalu di bandara setelah aku tiba di Los Angeles. Aku yang sudah kembali dari Brooklyn setelah merayakan bersama ulang tahun sahabatku itu, sejak kemarin juga aku mengirim pesan kepada Becks untuk dapat menjemputku karena ponselnya yang benar-benar sama sekali tidak aktif semenjak aku tiba di Brooklyn kemarin, sampai aku yang meninggalkan Brooklyn kembali. Sesungguhnya aku sangat begitu cemas akan kondisi pria itu. Tetapi sebisa mungkin aku menahan diri agar pada saat aku yang masih berada di dekat Ava, tidak kembali membuat sahabatku itu dibuat kerepotan dan juga harus merasa kesulitan karena pikiranku yang sebenarnya sedetik pun tidak bisa terlepas dari sosok Becks. Sudah dua hari juga aku sama sekali
Happy Reading . . . *** Beberapa hari berlalu, sikap Becks terasa semakin tidak wajar dan cukup aneh terhadapku. Sikapnya yang terkadang semakin acuh, membuatku menjadi merasa serba salah sendiri untuk menghadapinya. Bahkan di saat aku pernah menyinggung mengenai dirinya yang pergi ke sebuah pesta bersama Georgia beberapa hari lalu, hanya ditanggapi dengan angin lalu saja olehnya. Becks sama sekali tidak menjawab, apalagi menanggapi ucapanku yang buktinya sudah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Rasa ingin menyangkal akan kejadian yang mungkin saja memang benar terjadi, mungkin membuat pria itu akan menjadi berbohong jika ia menanggapi ucapanku tersebut. Tetapi dengan begitu, di satu sisi aku yang sangat peduli terhadap Becks ingin memberikan peringatan kepadanya, tetapi di sisi lain aku juga ingin memberi sedikit ruang akan kehidupan pribadi yang mungkin tidak ingin orang lain ikut campur di dalamnya. Termasuk dengan diriku yang harus sadar akan posisiku di kehidupannya. Aku