Share

BAB 2 Awal Yang Baru

Aca akhirnya sampai juga di rumah yang akan ia tempati sekarang. Wanita itu melihat bangunan rumah yang ada di hadapannya dengan tatapan sendu.

Rumah yang ada di hadapannya sekarang adalah rumah milik Ibunya yang hilang ketika Aca berumur 13 tahun.

Aca terus melamun sampai Bi Dewi menepuk bahu Aca dengan keras agar Aca tersadar dari lamunannya.

“Non Aca enggak apa-apa?” Tanya Bi Dewi lembut.

“Enggak apa-apa kok, Bi. Ayo kita masuk ke dalam, maaf ya Bi, rumahnya cuma seadanya aja.”

Wanita itu berpura-pura menjadi seseorang yang baik-baik saja, padahal saat ini kondisinya benar-benar sedang dalam keadaan sangat terpuruk.

“Non, enggak apa-apa, ini rumah sudah lebih dari cukup untuk dua orang.” Kata Bi Dewi yang membuat Aca tersenyum getir.

Aca mengambil kunci rumah dari dalam dompetnya, dan segera membuka pintu rumahnya yang sudah bertahun-tahun tidak ia tempati.

Untung saja rumah kecil yang sekarang sedang ditempati tidaklah kotor, karena sebelum kematian Rhodeus, Aca sering menyewa orang untuk membersihkan rumah mendiang Ibunya itu.

Bi Dewi langsung teringat jika Aca belum makan apa pun sejak kematian Ayahnya.

Bi Dewi menghela napasnya lega,

“Untung saja saya ingat bawa ini semua.” Bi Dewi tersenyum sumringah. Bi Dewi membawa semua persediaan makanan dari rumah lama ke rumah Aca yang baru.

“Bi, di rumah ini cuma ada dua kamar, maaf ya Bi. Kamarnya kecil-kecil, enggak kaya yang di rumah Papa.” Kata Aca sambil tersenyum getir.

“Eh, enggak apa-apa Non. Non istirahat aja ya, saya mau masak dulu. Nanti kita makan sama-sama ya.”

Perkataan Bi Dewi membuat Aca menjadi sedih kembali. Begitu baiknya Bi Dewi dalam merawat Aca.

“Loh emang ada bahan makanannya, Bi? Saya kan belum beli.” Aca memandang Bi Dewi dengan tatapan bingung.

“Tenang saja, saya bawa semua bahan makanan yang ada di rumah lama, Non. Persediaan ini cukup untuk dua sampai tiga bulan kok, Non.” Jawab Bi Dewi yang membuat Aca mengerti. Jika Bi Dewi tidak membawa bahan makanannya, mungkin sekarang mereka akan kelaparan.

“Bi, terima kasih, ya.” Kata Aca, kemudian Aca memeluk Bi Dewi.

“Iya, Non, Bibi juga terima kasih, karena Non Aca, masih bertahan sampai sekarang.” Kata Bi Dewi.

Aca melepas pelukannya, kemudian ia masuk ke dalam kamar.

Aca tiba-tiba keluar dari kamar dan berpamitan kepada Bi Dewi untuk mencari udara segar.

“Bi, nanti kalau udah matang, Bi Dewi makan dulu aja ya, nggak usah tunggu aku. Mungkin aku bakalan pergi lama.” Kata Aca.

“Non, jangan pergi dulu, di rumah dulu aja, ya.” Kata Bi Dewi khawatir, wanita berumur 60 tahun itu takut jika Aca kenapa-kenapa.

“Bibi tenang aja, Aca bisa jaga diri kok.”

Aca menenangkan Bi Dewi. Akhirnya Bi Dewi menyerah dan membiarkan Aca untuk pergi. Jika Aca sudah berkata ia akan baik-baik saja, maka Bi Dewi percaya.

Sebenarnya Aca akan pergi ke kuburan Rhodeus. Wanita itu sudah sangat rindu untuk bertemu dengan Ayahnya.

“Kalau gitu, Aca pergi dulu, Bi.”

Kemudian Aca pergi meninggalkan Bi Dewi sendirian.

*****

Saat ini Aca sedang berdiri di depan makam milik Ayahnya. Wanita itu duduk di bebatuan sambil mencabuti tanaman kecil yang ada di sebelahnya.

“Pa, bangun, Aca butuh Papa.” Kata Aca, air matanya mengalir.

Aca tidak tahu jika sedari tadi dirinya sedang diperhatikan oleh seorang pria tinggi yang menggunakan kacamata hitam dan juga masker hitam.

“Pa, di sana gimana rasanya? Aca mau mati aja, Pa. Aca enggak kuat.” Kata Aca, air matanya semakin deras membasahi pipinya yang kemerahan.

Tiba-tiba saja ada yang menyodorkan buket bunga di hadapan Aca.

Aca langsung menengadahkan kepalanya ke atas dan melihat seorang pria menggunakan kacamata dan juga masker hitam.

“Maaf, ini apa ya?” Tanya Aca.

Jelas-jelas itu sebuah bunga, tapi Aca masih menanyakan hal itu.

“Buat kamu.” Kata pria di hadapannya.

“Buat saya?” Tanya Aca lagi.

“Iya, kamu nggak bawa apa-apa untuk Papa kamu kan, ini saya kasih untuk kamu.” Kata pria di hadapan Aca.

“Kok tahu, kalau dia Papa saya?” Tanya Aca sambil mengusap air matanya.

“Dari tadi kamu nangis, sambil panggil-panggil Papa kamu, jadi saya tahu kalau dia Papa kamu.” Kata pria di hadapannya, tangannya belum kembali ke tempat semula, dia masih menyodorkan bunga ke arah Aca.

Aca menerima buket bunga yang diberikan oleh pria di hadapannya. “Terima kasih?”

Aca menanyakan nama pria yang ada di hadapannya untuk mengucapkan terima kasih.

“Namaku Daren.” Kata pria yang ternyata bernama Daren.

“Terima kasih, Daren.” Kata Aca.

Aca tidak tahu menahu wajah pria yang bernama Daren itu. Setelah Daren memberikan bunga miliknya, ia langsung meninggalkan Aca pergi.

Aca tersenyum, ternyata masih banyak orang baik yang ada di dunia ini.

“Pa, maaf ya, tadi Aca bilang yang enggak-enggak. Aca janji, kalau Aca pasti akan bangkit lagi. Papa yang tenang ya di sana. Aca pergi dulu, nanti Aca akan sempat-sempatkan untuk datang ke sini.”

Wanita itu akhirnya pergi meninggalkan makam milik Ayahnya.

Setelah Aca pergi menjauhi makam, Daren tiba-tiba memandangi Aca dari kejauhan, pria itu melepas kacamata hitam dan maskernya.

“Ternyata masih ada bidadari di dunia ini.” Kata Daren sambil tersenyum lebar.

Daren menepuk keningnya, “Pakai acara lupa tanya namanya lagi, ya sudah lah, aku pasti akan cari kamu, wanita cantik.” Kata Daren sambil tersenyum bahagia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status