“Oke baik semuanya, silakan perkenalkan diri kalian satu per satu, setelah itu saya akan memberikan pertanyaan kepada kalian.”
Kata Andrew, nama Andrew diketahui oleh Aca, karena Aca melihat name desk di bagian depan meja. Aca tidak mengetahui nama orang yang ada di sebelah Andrew karena tidak ada papan nama di hadapannya. Setelah semuanya selesai memperkenalkan diri, kini bagian Aca memperkenalkan namanya, “Perkenalkan, nama saya, Acala Anastasya, saya biasa dipanggil Aca, terima kasih.” Kata Aca dengan singkat, dia sangat gugup, makanya dia hanya menjawabnya dengan singkat. “Oke baik, A C A, Aca.” Kata pria di sebelah Andrew mengeja nama Aca. “Oke, semuanya, terima kasih karena sudah memperkenalkan diri, saya akan menanyakan perihal kenapa kalian mau bekerja di perusahaan Raffles Madrasi, apa alasan kalian melamar pekerjaan di sini? Dimulai dari Cinta, dan terakhir Aca, silakan.” Kata Andrew dengan tatapan tajam. Cinta menjawab pertanyaan dari Andrew, “Saya ingin bekerja di sini karena saya memiliki bakat dan juga skill yang membuat saya mampu membantu perusahaan mencapai kesuksesan di kemudian hari.” Jawab Cinta dengan antusias. “Itu jawaban kamu, Cinta?” Tanya Andrew dengan tatapan tajamnya. “I…ya Pak Andrew.” Jawab Cinta dengan terbata. “Sebelum kamu mensukseskan perusahaan saya di masa depan, itu kemungkinan tidak akan pernah terjadi, karena sekarang tanpa bantuanmu, perusahaan ini sudah sukses di tangan saya.” Jawab Andrew. “Tapi, Pak. Saya hanya mencoba membantu.” Kata Cinta lagi. “Bantuan kamu itu tidak diperlukan di sini, Cinta.” Kata Andrew yang membuat Cinta ingin menangis. Setelah semuanya sudah selesai, jawaban mereka satu per satu ditolak mentah-mentah oleh Andrew. Hal itu membuat Aca bergidik ngeri. Ternyata benar perkataan Mawar, jika seleksi masuk ke sini sangatlah susah. Bukan karena susah menjawabnya, tapi susah dalam penerimaan oleh Andrew. “Silahkan Aca jawab pertanyaan saya.” Kata Andrew. “Kenapa saya ingin bekerja di sini, karena saya membutuhkan uang,” Jawab Aca singkat. Dia sudah tahu jika dirinya tidak akan di terima di sini, jadi wanita itu menjawab asal-asalan saja. Dia akan berusaha lagi mencari pekerjaan di tempat lain. Suara tertawa terdengar dari mulut Andrew dan juga pria yang ada di sebelahnya. Aca menatap mereka berdua dengan tatapan yang bingung. Kenapa jawabannya ditertawakan oleh mereka. Padahal Aca memang jujur jika dirinya sedang mencari uang. Wanita itu membutuhkan uang. “Berapa uang yang kamu mau untuk bekerja di sini?” Tanya pria yang ada di sebelah Andrew. Aca menjawab pertanyaan itu dengan gugup. Eanita itu takut jika salah menjawab, “12 juta rupiah.” Jawab Aca. “Hanya dua belas juta? Itu nominal yang kecil di sini, kamu akan saya gaji 25 juta per bulan, bagaimana?” Tanya Andrew. “Maksudnya?” Tanya Aca tidak percaya dengan perkataan Andrew. “Itu artinya kamu diterima kerja di sini, Aca.” Jawab Pria di sebelah Andrew. Aca tidak percaya jika dirinya yang tidak memiliki pengalaman ini akan diterima kerja di sini, hanya karena menjawab dengan kejujuran. Padahal dirinya sudah sangat pasrah tidak akan diterima bekerja di perusahaan ini. “Ini beneran?” Tanya Aca. “Iya, jadi kamu mau saya gaji dua puluh lima juta per bulan di sini?” Tanya Andrew. “Saya mau, Pak.” Jawab Aca bersemangat. “Oke, kamu diterima, yang lain silakan pulang. Terima kasih sudah melamar pekerjaan di sini.” Kata pria yang ada di sebelah Andrew dengan tersenyum lebar. “Nggak bisa gitu dong, masa kita enggak ada yang diterima kecuali wanita itu?” Kata Cinta dengan kesal sambil menunjuk Aca menggunakan jari telunjuknya. “Iya bener, masa cuma jawaban seperti itu bisa diterima di sini, sedangkan kita yang menjawabnya dengan panjang lebar tidak diterima sama sekali. Itu nggak adil.” Kata Antoni juga membela Cinta. “Oke kalau gitu, saya tantang kalian untuk menjual lima ribu produk dalam satu hari. Apakah bisa? Katanya ingin membantu mensukseskan perusahaan saya. Kalau kalian bisa, maka saya akan terima kalian semua di sini.” Kata Andrew sambil tersenyum manis. “Wah Pak, masa begitu.” Kata Cinta tidak terima. “Udah semuanya, silakan keluar. Waktu sesi interview sudah selesai.” Kata Andrew. “Mereka yang tidak diterima akan diberikan kompensasi sepuluh juta per orang, jadi kalian tidak perlu berisik.” Kata wanita yang tadi memanggil para calon karyawan di luar ruangan. Karena mereka mendengar akan diberikan kompensasi, akhirnya mereka keluar dari ruangan. Walaupun mereka masih kesal, tapi siapa sih orang yang tidak menerima pemberian uang sebesar sepuluh juta rupiah? Uang itu termasuk banyak. Andrew dan sekretarisnya sudah keluar dari ruangan. Hanya tersisa Aca dan juga pria yang tadi duduk di sebelah Andrew. Aca ingin keluar dari ruangan, tapi ia mendengar suara pria yang ada di sebelah Andrew mengucapkan, “Bunganya udah dikasih ke Ayah kamu wahai wanita cantik?” Tiba-tiba saja Aca mengingat kejadian di saat ia berada di makam Ayahnya. Ada seorang pria berkacamata hitam yang memberikan dirinya buket bunga. “Maaf, kamu Daren?” Tanya Aca. “Iya, betul sekali. Aku Daren, pria yang kasih kamu bunga di pemakaman. Selamat datang di perusahaan Raffles Madrasi, Aca. Akhirnya aku tahu nama kamu juga.” Kata Daren pada Aca dengan tersenyum lembut. “Jadi, kamu orang berkacamata hitam itu? Terima kasih, Pak Daren. Berkat Pak Daren saya bisa bangkit dari keterpurukan.” Kata Aca membalas senyuman Daren. “Aca, kalau kita lagi berdua, kamu cukup panggil aku Daren aja, oke?” Kata Daren sambil mengedipkan matanya ke arah Aca. Aca mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Tiba-tiba saja sekretaris yang tadi, masuk ke dalam ruangan, dan memanggil Daren untuk segera keluar. “Pak Daren, Pak Andrew memanggil Anda untuk segera datang ke ruangannya.” Kata sekretaris yang bernama Rora. “Aduh, Andrew ganggu aja. Oke kalau gitu, bilang ke Andrew kalau saya akan datang 10 menit lagi.” Kata Daren pada Rora. “Tidak bisa Pak Daren, Pak Andrew meminta Anda untuk datang sekarang juga.” Kata Rora dengan jari telunjuk menunjuk ke arah bawah. Jari telunjuk ke arah bawah artinya, sebentar lagi akan ada wanita panggilan yang akan memuaskan mereka berdua. “Aduh bilang ke Andrew lah, saya sedang sibuk, lebih baik dia saja yang main.” Kata Daren. Aca yang tidak mengetahui arti dari perkataan Rora dan juga Daren hanya bisa menatap keduanya secara bergantian. “Katanya Pak Andrew, tiga puluh tiga puluh.” Kata sekretarisnya lagi yang membuat Daren tampak berpikir. “Oke kalau gitu, saya sekarang kesana. Aca selamat tinggal, kamu jaga diri baik-baik ya.” Kata Daren. Aca hanya menganggukkan kepalanya. Dia tidak mau mengerti juga pembicaraan apa yang sedang dibicarakan oleh sekretaris dan juga atasannya itu. Daren meninggalkan Aca menuju ke ruangan Andrew. Rora menghampiri Aca dan memberikan berkas yang harus ditandatangani oleh Aca. “Silakan dibaca terlebih dahulu isi kontraknya, setelah itu baru tanda tangan. Lalu berikan nomor rekening dan juga KTP untuk menjadi bagian dari perusahaan.” Kata Rora sambil memberikan sebuah pulpen kepada Aca untuk tanda tangan. Setelah menandatangani kontrak, Aca akhirnya keluar juga dari ruangan interview. Wanita itu pergi keluar sambil tersenyum sumringah. Dia benar-benar tidak menyangka akan diterima bekerja di perusahaan sebesar ini dengan gadi di atas UMR Jakarta. Aca ingin masuk ke dalam lift, tapi di dalamnya sudah ada Andrew dan Daren. Mereka berdua sedang mencumbu dua wanita yang berbeda. Andrew sedang mencium leher wanita yang ada di sebelahnya, sedangkan Daren sedang mencium bibir wanita di hadapannya juga. Aca menutup kedua mata dengan tangannya, ia melakukan itu dengan cepat. Andrew tertawa melihat tingkah laku Aca, dan langsung menutup kembali pintu lift. Aca tidak melihat tanda tulisan ‘LIFT KHUSUS ATASAN’. “Baru juga keterima, udah bikin masalah aja, Aca.” Kata Aca menepuk jidatnya dengan kencang.“Eunghh.” Suara desahan terdengar di telinga Aca. Wanita itu sekarang sedang berada di dalam toilet perusahaan. “Sayang, eunghhh....” Lagi-lagi suara desahan terdengar, membuat Aca jadi bergidik ngeri mendengarnya.Apakah telinga Aca tidak salah dengar? Kenapa bisa mereka berdua melakukan hal tidak senonoh itu di dalam toilet perusahaan.“Jangan berhenti, ehmmmeh.” Suaranya semakin berani. Aca dengan cepat keluar dari dalam toilet. “Gila, enggak ngotak! Berani-beraninya melakukan hal seperti itu di tempat umum!” Ucap Aca kesal.Ini adalah hari pertama Aca bekerja, tapi dia sudah mendapatkan hal yang tidak menyenangkan. Mawar melihat Aca yang sedang berjalan dengan ekspresi kesal. Dengan cepat ia menghampiri Aca.“Kamu kenapa, Ca?” Mawar bertanya dengan lembut. Aca tersenyum kikuk, dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Gimana jelasinnya ya.” Ucap Aca kebingungan.“Kenapa, Ca?” Mawar sangat penasaran dengan sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Aca.“Tadi aku dengar suara
Dua hari sejak kematian Rhodeus, Ayah dari seorang wanita cantik bermanik coklat, dengan rambut panjang dan kulit putih mulusnya itu masih memandang hampa ke segala arah. Ditinggal untuk selama-lamanya oleh orang tua yang paling dicintai adalah hal yang sangat menyakitkan. Apalagi sekarang Acala Anastasya sudah tidak memiliki apa-apa. Sebentar lagi rumahnya akan disita oleh bank, karena Ayahnya meninggal dengan meninggalkan banyak hutang. Untung saja Aca masih memiliki sebuah rumah kecil atas namanya, jadi Aca tidak akan kelimpungan mencari rumah baru untuk tinggal. “Non Aca, kita makan dulu ya.” Pinta Bi Dewi pada Aca. “Nanti aja, Bi. Saya lagi nggak nafsu makan.” Aca menolak dengan suara lembutnya. “Tapi Non Aca belum makan dari kemarin, makan dulu ya, sedikit aja.” Dewi merasa khawatir dengan Aca yang belum makan dan minum apa pun sejak kemarin. Aca adalah seorang wanita berumur 23 tahun. Dia memiliki kepribadian yang baik dan sangat lemah lembut. “Nanti aku pasti makan
Aca akhirnya sampai juga di rumah yang akan ia tempati sekarang. Wanita itu melihat bangunan rumah yang ada di hadapannya dengan tatapan sendu. Rumah yang ada di hadapannya sekarang adalah rumah milik Ibunya yang hilang ketika Aca berumur 13 tahun.Aca terus melamun sampai Bi Dewi menepuk bahu Aca dengan keras agar Aca tersadar dari lamunannya. “Non Aca enggak apa-apa?” Tanya Bi Dewi lembut.“Enggak apa-apa kok, Bi. Ayo kita masuk ke dalam, maaf ya Bi, rumahnya cuma seadanya aja.” Wanita itu berpura-pura menjadi seseorang yang baik-baik saja, padahal saat ini kondisinya benar-benar sedang dalam keadaan sangat terpuruk. “Non, enggak apa-apa, ini rumah sudah lebih dari cukup untuk dua orang.” Kata Bi Dewi yang membuat Aca tersenyum getir. Aca mengambil kunci rumah dari dalam dompetnya, dan segera membuka pintu rumahnya yang sudah bertahun-tahun tidak ia tempati.Untung saja rumah kecil yang sekarang sedang ditempati tidaklah kotor, karena sebelum kematian Rhodeus, Aca sering menyew
Seminggu setelah kematian Rhodeus, Aca kembali bersemangat. Wanita itu sudah menerima keadaan dirinya dengan lapang dada. Dia tahu, tidak baik jika ia terus berlarut-larut dalam kesedihan. Boleh-boleh saja menangis jika rindu, tapi tidak setiap hari. Itu akan merusak kehidupan Aca nantinya. Aca mendapat undangan reuni dari Mawar, teman dekatnya saat di SMA. Wanita itu bimbang, dia bingung akan datang ke acara reuni atau tidak. Terlebih di sekolahnya, ada wanita yang bernama Putri, teman yang paling dia hindari. Karena dulu Putri suka membully dirinya. Aca pergi ke dapur untuk menemui Bi Dewi, dia ingin berkonsultasi dengan Dewi. “Bi, aku harus pergi nggak ya, ke acara reuni?” Tanya Aca. Bi Dewi tahu, jika Aca sudah merasa baikan. “Enggak apa-apa dateng aja Non, daripada di rumah terus.” Jawab Bi Dewi.“Tapi aku nggak mau ketemu sama Putri, dia orangnya rese, pasti nanti aku bakalan dikatain.” Kata Aca sambil memanyunkan bibirnya. “Lawan aja kalau dia apa-apain Non. Jangan mau
Hari ini Aca akan melamar pekerjaan di perusahaan tempat Mawar bekerja. Kemarin Mawar telah mengirim alamat email perusahaan kepada Aca. Nama perusahaannya adalah Raffles Madrasi.Padahal baru satu hari, tapi hari ini dia sudah dipanggil untuk interview kerja. Aca sudah bersiap-siap untuk mengubah hidupnya, pengalaman pertama kali bekerja membuat dirinya sedikit gugup.Walaupun belum diterima, tapi dia sudah sangat mantap untuk pekerjaan ini. Aca memakai ojek untuk mengantarnya ke Perusahaan Raffles Madrasi. Dia sebenarnya ingin berjalan kaki, tapi dia takut badannya akan bau setelah sampai di perusahaan. Aca memakai baju kemeja berwarna biru dan juga rok span selutut berwarna putih. “Pak, ke Raffles Madrasi ya.” Kata Aca kepada tukang ojek di hadapannya.“Siap, Neng, mari berangkat.” Aca naik di belakang dan berangkat menuju perusahaan Raffles.“Neng karyawan di situ?” Tanya tukang ojek yang suaranya tidak terlalu jelas di telinga Aca.“Hah, iya kenapa Pak?” Tanya Aca karena d