Share

BAB 5 Diterima Kerja

“Oke baik semuanya, silakan perkenalkan diri kalian satu per satu, setelah itu saya akan memberikan pertanyaan kepada kalian.”

Kata Andrew, nama Andrew diketahui oleh Aca, karena Aca melihat name desk di bagian depan meja. Aca tidak mengetahui nama orang yang ada di sebelah Andrew karena tidak ada papan nama di hadapannya.

Setelah semuanya selesai memperkenalkan diri, kini bagian Aca memperkenalkan namanya,

“Perkenalkan, nama saya, Acala Anastasya, saya biasa dipanggil Aca, terima kasih.” Kata Aca dengan singkat, dia sangat gugup, makanya dia hanya menjawabnya dengan singkat.

“Oke baik, A C A, Aca.” Kata pria di sebelah Andrew mengeja nama Aca.

“Oke, semuanya, terima kasih karena sudah memperkenalkan diri, saya akan menanyakan perihal kenapa kalian mau bekerja di perusahaan Raffles Madrasi, apa alasan kalian melamar pekerjaan di sini? Dimulai dari Cinta, dan terakhir Aca, silakan.” Kata Andrew dengan tatapan tajam.

Cinta menjawab pertanyaan dari Andrew,

“Saya ingin bekerja di sini karena saya memiliki bakat dan juga skill yang membuat saya mampu membantu perusahaan mencapai kesuksesan di kemudian hari.” Jawab Cinta dengan antusias.

“Itu jawaban kamu, Cinta?” Tanya Andrew dengan tatapan tajamnya.

“I…ya Pak Andrew.” Jawab Cinta dengan terbata.

“Sebelum kamu mensukseskan perusahaan saya di masa depan, itu kemungkinan tidak akan pernah terjadi, karena sekarang tanpa bantuanmu, perusahaan ini sudah sukses di tangan saya.” Jawab Andrew.

“Tapi, Pak. Saya hanya mencoba membantu.” Kata Cinta lagi.

“Bantuan kamu itu tidak diperlukan di sini, Cinta.” Kata Andrew yang membuat Cinta ingin menangis.

Setelah semuanya sudah selesai, jawaban mereka satu per satu ditolak mentah-mentah oleh Andrew. Hal itu membuat Aca bergidik ngeri.

Ternyata benar perkataan Mawar, jika seleksi masuk ke sini sangatlah susah. Bukan karena susah menjawabnya, tapi susah dalam penerimaan oleh Andrew.

“Silahkan Aca jawab pertanyaan saya.” Kata Andrew.

“Kenapa saya ingin bekerja di sini, karena saya membutuhkan uang,” Jawab Aca singkat.

Dia sudah tahu jika dirinya tidak akan di terima di sini, jadi wanita itu menjawab asal-asalan saja. Dia akan berusaha lagi mencari pekerjaan di tempat lain.

Suara tertawa terdengar dari mulut Andrew dan juga pria yang ada di sebelahnya.

Aca menatap mereka berdua dengan tatapan yang bingung.

Kenapa jawabannya ditertawakan oleh mereka. Padahal Aca memang jujur jika dirinya sedang mencari uang. Wanita itu membutuhkan uang.

“Berapa uang yang kamu mau untuk bekerja di sini?” Tanya pria yang ada di sebelah Andrew.

Aca menjawab pertanyaan itu dengan gugup. Eanita itu takut jika salah menjawab, “12 juta rupiah.” Jawab Aca.

“Hanya dua belas juta? Itu nominal yang kecil di sini, kamu akan saya gaji 25 juta per bulan, bagaimana?” Tanya Andrew.

“Maksudnya?” Tanya Aca tidak percaya dengan perkataan Andrew.

“Itu artinya kamu diterima kerja di sini, Aca.” Jawab Pria di sebelah Andrew.

Aca tidak percaya jika dirinya yang tidak memiliki pengalaman ini akan diterima kerja di sini, hanya karena menjawab dengan kejujuran. Padahal dirinya sudah sangat pasrah tidak akan diterima bekerja di perusahaan ini.

“Ini beneran?” Tanya Aca.

“Iya, jadi kamu mau saya gaji dua puluh lima juta per bulan di sini?” Tanya Andrew.

“Saya mau, Pak.” Jawab Aca bersemangat.

“Oke, kamu diterima, yang lain silakan pulang. Terima kasih sudah melamar pekerjaan di sini.” Kata pria yang ada di sebelah Andrew dengan tersenyum lebar.

“Nggak bisa gitu dong, masa kita enggak ada yang diterima kecuali wanita itu?” Kata Cinta dengan kesal sambil menunjuk Aca menggunakan jari telunjuknya.

“Iya bener, masa cuma jawaban seperti itu bisa diterima di sini, sedangkan kita yang menjawabnya dengan panjang lebar tidak diterima sama sekali. Itu nggak adil.” Kata Antoni juga membela Cinta.

“Oke kalau gitu, saya tantang kalian untuk menjual lima ribu produk dalam satu hari. Apakah bisa? Katanya ingin membantu mensukseskan perusahaan saya. Kalau kalian bisa, maka saya akan terima kalian semua di sini.” Kata Andrew sambil tersenyum manis.

“Wah Pak, masa begitu.” Kata Cinta tidak terima.

“Udah semuanya, silakan keluar. Waktu sesi interview sudah selesai.” Kata Andrew.

“Mereka yang tidak diterima akan diberikan kompensasi sepuluh juta per orang, jadi kalian tidak perlu berisik.” Kata wanita yang tadi memanggil para calon karyawan di luar ruangan.

Karena mereka mendengar akan diberikan kompensasi, akhirnya mereka keluar dari ruangan.

Walaupun mereka masih kesal, tapi siapa sih orang yang tidak menerima pemberian uang sebesar sepuluh juta rupiah? Uang itu termasuk banyak.

Andrew dan sekretarisnya sudah keluar dari ruangan. Hanya tersisa Aca dan juga pria yang tadi duduk di sebelah Andrew.

Aca ingin keluar dari ruangan, tapi ia mendengar suara pria yang ada di sebelah Andrew mengucapkan,

“Bunganya udah dikasih ke Ayah kamu wahai wanita cantik?”

Tiba-tiba saja Aca mengingat kejadian di saat ia berada di makam Ayahnya. Ada seorang pria berkacamata hitam yang memberikan dirinya buket bunga.

“Maaf, kamu Daren?” Tanya Aca.

“Iya, betul sekali. Aku Daren, pria yang kasih kamu bunga di pemakaman.

Selamat datang di perusahaan Raffles Madrasi, Aca. Akhirnya aku tahu nama kamu juga.” Kata Daren pada Aca dengan tersenyum lembut.

“Jadi, kamu orang berkacamata hitam itu? Terima kasih, Pak Daren. Berkat Pak Daren saya bisa bangkit dari keterpurukan.” Kata Aca membalas senyuman Daren.

“Aca, kalau kita lagi berdua, kamu cukup panggil aku Daren aja, oke?” Kata Daren sambil mengedipkan matanya ke arah Aca.

Aca mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.

Tiba-tiba saja sekretaris yang tadi, masuk ke dalam ruangan, dan memanggil Daren untuk segera keluar.

“Pak Daren, Pak Andrew memanggil Anda untuk segera datang ke ruangannya.” Kata sekretaris yang bernama Rora.

“Aduh, Andrew ganggu aja. Oke kalau gitu, bilang ke Andrew kalau saya akan datang 10 menit lagi.” Kata Daren pada Rora.

“Tidak bisa Pak Daren, Pak Andrew meminta Anda untuk datang sekarang juga.” Kata Rora dengan jari telunjuk menunjuk ke arah bawah.

Jari telunjuk ke arah bawah artinya, sebentar lagi akan ada wanita panggilan yang akan memuaskan mereka berdua.

“Aduh bilang ke Andrew lah, saya sedang sibuk, lebih baik dia saja yang main.” Kata Daren. Aca yang tidak mengetahui arti dari perkataan Rora dan juga Daren hanya bisa menatap keduanya secara bergantian.

“Katanya Pak Andrew, tiga puluh tiga puluh.” Kata sekretarisnya lagi yang membuat Daren tampak berpikir.

“Oke kalau gitu, saya sekarang kesana. Aca selamat tinggal, kamu jaga diri baik-baik ya.” Kata Daren. Aca hanya menganggukkan kepalanya.

Dia tidak mau mengerti juga pembicaraan apa yang sedang dibicarakan oleh sekretaris dan juga atasannya itu.

Daren meninggalkan Aca menuju ke ruangan Andrew.

Rora menghampiri Aca dan memberikan berkas yang harus ditandatangani oleh Aca.

“Silakan dibaca terlebih dahulu isi kontraknya, setelah itu baru tanda tangan. Lalu berikan nomor rekening dan juga KTP untuk menjadi bagian dari perusahaan.”

Kata Rora sambil memberikan sebuah pulpen kepada Aca untuk tanda tangan.

Setelah menandatangani kontrak, Aca akhirnya keluar juga dari ruangan interview. Wanita itu pergi keluar sambil tersenyum sumringah.

Dia benar-benar tidak menyangka akan diterima bekerja di perusahaan sebesar ini dengan gadi di atas UMR Jakarta.

Aca ingin masuk ke dalam lift, tapi di dalamnya sudah ada Andrew dan Daren.

Mereka berdua sedang mencumbu dua wanita yang berbeda.

Andrew sedang mencium leher wanita yang ada di sebelahnya, sedangkan Daren sedang mencium bibir wanita di hadapannya juga.

Aca menutup kedua mata dengan tangannya, ia melakukan itu dengan cepat. Andrew tertawa melihat tingkah laku Aca, dan langsung menutup kembali pintu lift.

Aca tidak melihat tanda tulisan ‘LIFT KHUSUS ATASAN’.

“Baru juga keterima, udah bikin masalah aja, Aca.” Kata Aca menepuk jidatnya dengan kencang.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rani Diary
ceritanya menarik! Kak lanjutkan ceritanya dong, saya mau tau kelanjutannya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status