Share

BAB 3 Reuni Sekolah

Seminggu setelah kematian Rhodeus, Aca kembali bersemangat. Wanita itu sudah menerima keadaan dirinya dengan lapang dada. Dia tahu, tidak baik jika ia terus berlarut-larut dalam kesedihan.

Boleh-boleh saja menangis jika rindu, tapi tidak setiap hari. Itu akan merusak kehidupan Aca nantinya.

Aca mendapat undangan reuni dari Mawar, teman dekatnya saat di SMA. Wanita itu bimbang, dia bingung akan datang ke acara reuni atau tidak.

Terlebih di sekolahnya, ada wanita yang bernama Putri, teman yang paling dia hindari. Karena dulu Putri suka membully dirinya.

Aca pergi ke dapur untuk menemui Bi Dewi, dia ingin berkonsultasi dengan Dewi.

“Bi, aku harus pergi nggak ya, ke acara reuni?” Tanya Aca.

Bi Dewi tahu, jika Aca sudah merasa baikan.

“Enggak apa-apa dateng aja Non, daripada di rumah terus.” Jawab Bi Dewi.

“Tapi aku nggak mau ketemu sama Putri, dia orangnya rese, pasti nanti aku bakalan dikatain.” Kata Aca sambil memanyunkan bibirnya.

“Lawan aja kalau dia apa-apain Non. Jangan mau kalah sama cewek centil begitu.” Kata Bi Dewi yang membuat Aca tertawa. Bi Dewi senang jika Aca sudah kembali seperti dulu.

“Iya juga, aku tinggal lawan aja ya.” Jawab Aca sambil bersemangat. Dia sebenarnya dari dulu tidak melawan bukan karena takut, tapi karena dia tidak mau ada masalah saja dalam hidupnya.

“Iya lawan aja. Kalau perlu siram pakai air.” Kata Bi Dewi sambil memperagakan gaya bertarungnya.

“Makasih ya Bi. Kalau gitu aku siap-siap dulu, Bi.” Jawab Aca. Aca akan berjalan ke kamarnya, tapi langsung berbalik lagi dan berbicara dengan Bi Dewi.

“Bi Dewi, tolong jangan panggil aku Non lagi ya. Panggil aku Aca aja. Aku mohon ya.” Kata Aca sambil mengayun-ayunkan tangan Bi Dewi.

“Oke kalau gitu, Aca. Jangan lupa lawan Putri ya.” Kata Bi Dewi dengan ceria.

“Siap komandan!” Aca langsung pergi ke dalam kamar dan bersiap-siap untuk pergi ke acara reuni sekolahnya.

*****

Aca hanya tampil seadanya, memakai sepatu putih, dress putih selutut, dan tas selempang kecil berwarna hitam. Dia tidak mau heboh, apalagi dia sedang dalam keadaan berduka.

Banyak pasang mata yang saat ini sedang memandangi Aca.

Dari dulu Aca adalah wanita yang banyak disukai oleh lawan jenis yang ada di sekolahnya. Berita tentang Aca yang jatuh miskin sudah menyebar ke seantero sekolah.

“Aca!!” Mawar memanggil Aca dari kejauhan.

“Syukurlah.” Aca bersyukur karena Mawar datang di waktu yang tepat. Jika tidak, Aca akan sendirian tidak ada teman di acara reuni ini.

“Ca, udah lama banget nggak ketemu, gimana kabarnya? Aku turut berduka cita ya, Ca.” Kata Mawar dengan senyuman kecil di bibirnya.

“Aku baik-baik saja, War. Makasih banyak atas ucapannya.” Kata Aca sambil memeluk Mawar.

Mawar tiba-tiba menangis saat dipeluk oleh Aca. Dia turut prihatin atas apa yang terjadi kepada Aca. Tidak disangka jika temannya itu akan kehilangan kekayaan dan juga Ayahnya.

“Ada anak miskin dateng, masih berani datang juga ya.” Kata Putri yang tiba-tiba datang entah dari mana.

Aca hanya diam membisu, dia tidak meladeni omongan Putri yang tidak tahu diri itu.

“Kalau aku jadi kamu nih, Ca. Aku pasti nggak akan mau datang menampakkan wajahku ke semua orang, malu dong. Ayah mati karena hutang banyak terus jatuh miskin lagi.”

Putri tertawa selebar-lebarnya. Wanita itu benar-benar menghina Aca.

Aca saat ini tidak lagi memiliki uang, jadi dia tidak mau membuat masalah dengan siapa pun

“Mawar, kita pergi aja yuk dari sini.” Aca mengajak Mawar untuk pergi, karena dia sudah tidak nyaman berada di dekat Putri.

“Aca-Aca, dari dulu kamu itu nggak berani sama aku ya?” Putri lagi-lagi menantang Aca.

Sedikit cerita, sebenarnya Putri dulu juga adalah seorang sahabat Aca.

Putri benar-benar berubah setelah pacar Putri menyukai Aca. Padahal Aca tidak tahu menahu soal itu.

Sampai saat ini, Putri menaruh dendam kepada Aca. Pacar Putri memfitnah Aca menyukai dirinya, padahal Aca tidak menyukai orang milik Putri sama sekali.

“Aca kok diem aja sih?” Tangan Putri ingin menyiram air ke atas kepala Aca, tapi Mawar langsung mencegahnya.

“Put, kamu sadar nggak sih, kelakuanmu itu udah enggak bener. Emang mantan pacarmu dulu suka sama Aca itu salah Aca? Emang pacarmu aja yang kegatelan!”

Mawar sudah tidak tahan dengan perlakuan putri terhadap Aca.

“Hah, aku nggak salah denger? Mantanku gatel?” Tanya Putri.

“Iya, bukan salah Aca.” Kata Mawar lagi membela Aca.

“Hahaha, udah jelas-jelas temanmu itu yang gatel, sok kecantikan, sok jadi orang baik yang nggak pernah marah.” Kata Putri.

“Udah?” Tanya Aca.

“Akhirnya berani ngomong juga.” Kata Putri dengan seringai di bibirnya.

Aca pergi menggandeng tangan Mawar, dia tidak memperdulikan lagi keberadaan Putri, wanita itu ingin hidup damai. Biar nanti semuanya akan terbuka sendiri kebenarannya, tidak sekarang.

“Ca, kok kamu diem aja sih diperlakukan kaya gitu? Kamu bisa sabar banget gitu loh. Aku kalau jadi kamu udah pasti ngamuk sih.” Kata Mawar yang membuat Aca tersenyum lembut.

“Aku nggak perlu lakukan itu, War. Itu Cuma buang-buang tenaga, buat apa aku bales kalau dia sendiri enggak tahu kebenarannya. Kalau aku bales, dianya nanti tambah seneng, bukannya jadi diem.” Jawab Aca yang membuat Mawar mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.

“Iya juga sih, Ca. Buat apa kita buang-buang waktu buat orang yang begitu. Tapi kalau diingat-ingat, sayang banget ya, padahal dulu kita bertiga deket banget loh, eh cuma karena satu setan aja jadi rusak begini.” Kata Mawar sambil mengingat-ingat saat mereka masih SMA.

“Namanya juga nasi sudah menjadi bubur, mungkin suatu saat semuanya akan terbongkar, siapa yang salah dan siapa yang benar.” Kata Aca.

“Iya, Ca. Aku aja sama dia kan satu perusahaan, dia terus-terusan gangguin aku.” Kata Mawar.

“Kalian berdua satu perusahaan?” Tanya Aca kaget.

“Iya, Ca. Kita berdua satu perusahaan, aku masuk duluan.” Kata Mawar yang membuat Aca berpikir keras.

“Ngomong-ngomong soal kerja, kamu bisa bantu aku enggak?” Tanya Aca pada Mawar.

“Bantuin apa, Ca?” Tanya Mawar ingin tahu.

“Kebetulan aku lagi cari kerjaan, di tempat kamu ada lowongan?” Tanya Aca dengan ekspresi wajah yang berharap.

“Ada, kamu mau kerja?” Tanya Mawar.

“Iya, War. Aku udah nggak punya apa-apa lagi. Aku terpaksa harus kerja. Kira-kira lowongan kerjanya apa ya?” Tanya Aca.

“Sama sih kaya aku jadi Admin,” Jawab Mawar.

“Enggak apa-apa kalau gitu, gimana cara ngelamar kerjanya?” Tanya Aca.

“Kamu yakin mau kerja di tempatku, Ca?” Kata Mawar dengan tatapan bimbang.

“Kenapa emang, War? Kok gitu wajahnya?” Tanya Aca ingin tahu.

“Masuk di sana susah banget, Ca.” Kata Mawar dengan ekspresi menakutkan.

“Emang iya?” Tanya Aca lagi.

“Iya, Ca. Terus kalau kamu keterima, bakalan kaya kerja di neraka.” Kata Mawar sambil mengingat-ingat kejadian yang ada di kantornya.

“Kenapa bisa kaya kerja di neraka, War? Emang beneran semenakutkan itu?” Tanya Aca tidak percaya.

“Iya, atasanku suka bully karyawannya yang cantik, apalagi ada Putri di sana. Nanti hidupmu akan tambah kaya di neraka, Ca. Aku mau satu kantor sama kamu, tapi aku cuma nggak mau kamu disiksa terus-terusan.” Kata Mawar sambil memegang kedua tangan Aca.

“Enggak apa-apa, Mawar. Kamu tenang aja, kalau nanti aku diterima, aku pasti akan berhati-hati di sana.” Jawab Aca dengan antusias.

“Oke, Ca, kalau gitu, semoga aja kamu keterima ya, dan kita bisa bekerja bersama.” Kata Mawar dengan senyuman manis.

“Iya, Mawar, makasih banyak, ya.”

Aca dan Mawar menghabiskan waktunya bersama, setelah sekian lama tidak berjumpa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status