Share

Bab 5

Author: Nona_Lyanna
last update Last Updated: 2024-02-24 18:21:40

Judul: Undangan pernikahan suamiku

Part: 5

***

Ketika hari semakin gelap. Aku dan Mas Arifin naik ke atas ranjang untuk tidur, setelah usai makan malam.

Cukup lama aku memperhatiakan wajah Mas Arifin. Suamiku ini memang mudah terlelap ketika kepalanya menemukan bantal.

Akhirnya aku pun ikut memejamkan mata.

.

Beberapa jam kemudian aku terbangun karena hendak buang air kecil. Namun, Mas Arifin tak ada di sampingku.

Kutatap jam dinding yang ada di dalam kamar. Ternyata baru pukul 01:25. 

Kemana perginya Mas Arifin?

Aku melangkah ke dalam kamar mandi, setelah selesai. Aku pun keluar mencari keberadaan Mas Arifin.

Ruang pertama yang aku datangi, adalah dapur. Mungkin Mas Arifin haus, karena biasanya aku selalu menyiapkan segelas air putih di kamar. Namun, malam ini aku lupa.

Nihil.

Mas Arifin tak ada di dapur. Hatiku mulai gelisah. Pikiran burukku mulai meracuni isi kepala.

Jangan-jangan ....

Aku langkahkan kakiku menuju kamar Salman, kubuka perlahan. Tak ada juga di sana.

Tidak salah lagi, pasti Mas Arifin sedang berada di kamar Nia.

Langkahku gemetar, perlahan kuhampiri kamar Nia yang berada paling ujung.

Sampai di depan kamar itu, kutempelkan telingaku ke pintu. Tak ada suara apa-apa. Atau mungkin mereka sudah tidur?

"Lita." 

Degh!

Aku berlonjak karena terkejut. Saat aku menoleh ke belakang, ternyata Mas Arifin sudah berdiri dengan tatapan heran.

"Ngapain di sini?" tanya-nya pula.

"Eh, a-anu Mas ...."

"Hem, pasti kamu pikir, Mas ada di dalam kan?" Mengambang senyum suamiku tampak menggoda.

"Mas dari mana?"

"Dari ruang tengah, tadi Mas terbangun. Jadi Mas duduk di sana."

Masa iya?

Aku tak melihat tadi. 

Apa mungkin karena aku berjalan setengah ngantuk, jadi tak jelas melihat keberadaan Mas Arifin.

"Oh, ya sudah. Ayo tidur lagi!" ajakku.

***

Pagi harinya ....

Ada yang tak biasa pagi ini. Nia bangun lebih awal dariku. Bahkan semua sarapan sudah tersedia, serta rona wajahnya berseri-seri seperti sedang bahagia.

Aku tak ingin memikirkan perkara Nia dulu. Karena hari ini aku dapat orderan kue lumayan banyak.

Mumpung Nia sudah menyiapkan sarapan, jadi aku bisa langsung mengerjakan pekerjaanku.

"Lit, kok nasi goreng ini rasanya beda ya?" tanya Mas Arifin.

"Istri muda Mas yang masak," sahutku datar.

"Oh, bisa masak juga kamu, Nia."

Kucuri pandang ke arah Mas Arifin saat ia bicara. Entah kenapa, aku merasa Mas Arifin sedang memberi isyarat padanya.

"Salman, nanti kita jalan-jalan ke mall. Setiap hari libur, Bapak tidak pernah mengajak Salman jalan, jadi hari ini, Bapak akan menuruti semua permintaan Salman."

"Hore!" teriak Salman.

"Tumben," sambungku.

"Sesekali, Lit."

.

Setelah sarapan selesai. Aku kembali membuat kue. Sedangkan Salman sudah pergi dengan Mas Arifin.

"Mbak, semalam tidurnya nyenyak?" tanya Nia.

"Kenapa memangnya?" 

"Nanya doang kok. Eh, aku kebelet." 

Nia berlari ke toilet. Ponselnya tergeletak di atas meja dapur. 

Mungkin lupa, atau senagaja. Entahlah ....

Bergetar-getar ponsel itu, membuatku hilang konsentrasi ketika menghias kue.

Penasaran juga aku akhirnya, tapi tetap aku tak mau menyentuh benda itu. 

Namun, terus bergetar, ada notif dari sebuah nama. 'Suamiku'

Aku mengerutkan dahi ketika melihat tulisan di ponsel Nia. 

Siapa suamiku?

Mas Arifin?

Ya, tentu saja. 

Panas sudah hatiku, akhirnya aku meraih ponsel Nia itu.

Alangkah cerobohnya dia, karena ponsel pribadi tak dikunci sama sekali.

Aku membuka isi pesan dari aplikasi hijau itu.

Terima kasih, semalam Mas puas.

Membeliak mataku membaca pesan Mas Arifin.

Ternyata semalam ....

Tapi bagaimana bisa?

Aku semakin penasaran dengan permainan sandiwara suamiku itu.

Baiklah, aku akan pura-pura tak tahu saja dulu.

Tak lama Nia kembali. Aku langsung ber-akting.

"Nia, tadi handphone-mu bergetar, itu mengganggu pekerjaanku. Jadi aku tekan dan tak sengaja terbuka. Tapi tenang saja, aku tidak membaca isinya," ujarku.

"Benarkah, Mbak tidak membaca isi pesannya?" tanya Nia.

Aku mengangguk, sebisa mungkin aku coba untuk terlihat tenang agar Nia tak curiga.

"Oh, baguslah." 

Nia pergi menjauh. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk melihat ke arahku. Cepat-cepat aku palingkan wajah ke arah kue-kue agar Nia yakin bahwa aku benar-benar tak melihat pesan dari Mas Arifin.

Seperginya Nia. Debar di dadaku mulai tak beraturan. Hatiku sakit, tubuhku lemas ketika menerima kenyataan, kalau Mas Arifin sengaja membodohiku.

Apa aku harus pergi dan menggugat cerai?

Tidak!

Aku tak akan pergi begitu saja sebelum menuntut balas untuk kecurangannya.

Aku juga akan membalas seluruh keluarga Nia.

Akan kubuat mereka lebih hancur dariku.

Bersambung.

Setuju gak setelah ini dihadirkan POV Arifin?

Biar tahu gimana bisa Arifin berada di luar kamar saat Lita ingin memergoki.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
ngebacot aja kau njing,sok2an mau menghancurkan
goodnovel comment avatar
Susi Munsiah
setuju buat hancur keluarga nia
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 6

    Judul: Undangan pernikahan suamikuPart: 6***POV Arifin.Pagi ini sengaja aku mengajak Salman keluar, karena aku tak mau terlalu lama di rumah. Lita bisa saja terus mengintrogasiku.Aku beruntung semalam tak kepergok oleh Lita. Kalau tidak, bisa-bisa dipatahkan leherku oleh ayahnya yang guru silat itu, jika Lita sampai mengadu.Nasib mujur masih berpihak padaku. Saat Lita menuju kamar Salman, aku sudah selesai dengan permainanku di dalam kamar Nia. Akhirnya aku bergegas keluar, dan segera mengintai Lita dari ruang tengah. .Sepanjang perjalanan menuju mall, aku memikirkan cara untuk tetap bisa bersandiwara. Bahkan berita pernikahanku dengan Nia sudah sampai ke telinga mertua. Aku yakin, pasti mereka tak lama lagi datang ke rumah untuk bertanya.Saat ini aku harus bisa berlindung dari Lita. Intinya aku akan membuat Lita percaya sepenuhnya padaku."Pak, Salman mau beli tas baru," ujar putraku."Baiklah, sayang. Salman boleh beli apa pun yang Salman mau.""Asyik!" Salman bersorak ri

    Last Updated : 2024-02-24
  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 7

    Judul: Undangan pernikahan suamikuPart: 7***Saat Mas Arifin meminta izin untuk keluar, aku tahu pasti dia sedang menyembunyikan sesuatu. Terlebih lagi Nia juga beralasan ingin pulang ke rumah.Jika aku dari semula tak tahu permainan mereka, mungkin saja aku bisa terpedaya. Namun, aku sudah membaca semua kebusukan dua manusia tak punya nurani itu.Sakit hati?Tentu saja. Aku hanya wanita biasa. Munafik sekali jika kukatakan aku baik-baik saja.12 tahun bukan waktu yang singkat. Selama ini aku mengira Mas Arifin adalah suami yang sempurna. Kesederhanaan yang Mas Arifin berikan, sudah sangat aku syukuri. Aku tak menuntut lebih. Hingga kebutuhan semakin membesar, aku memutuskan untuk membantunya dalam mencari rezeki.Namun, tak kusangka Mas Arifin tega mendua. Apa pun alasannya, tetap saja aku tak akan terima.Ingin rasanya hari ini aku pulang ke rumah orang tua. Akan tetapi tak puas hatiku sebelum membalas mereka.Drrrrrngg ... Drrrnggg....Bel rumahku berbunyi, aku bergegas membuka

    Last Updated : 2024-02-24
  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 8

    Judul: Undangan pernikahan suamikuPart: 8***Setelah menjemput Salman, aku pun kembali mendekati Nia. Namun, sebelum itu, tentunya aku menyuruh putra tampanku masuk ke dalam kamar dulu."Nia, apa kau tak mau mengundang orang tuamu makan malam di sini?" tanyaku."Kok kayak ada udang di balik batu ya, Mbak." Nia menyindirku.Nia benar-benar tidak bisa diremehkan. Otaknya berjalan cukup lancar."Gak ada untungnya juga kok. Aku cuma sekedar basa-basi aja. Lagi pula, biasanya aku selalu mengundang Ayahku ke sini saat awal-awal menikah dulu," ucapku memanasi."Hem, aku juga bisa mengundang Ayahku ke sini. Bahkan aku akan membuat jamuan yang mewah."Akhirnya terpancing juga anak orang kaya itu. Aku tersenyum getir. Sudah aku siapkan semua rencanaku untuk menyambut Om Ridwan..Waktu berjalan ....Mas Arifin pulang dari kantor, kemudian langsung masuk ke dalam kamar.Aku sudah tak peduli, biasanya aku memang selalu menyusulnya untuk membantu menaruhkan jas, dan tas kerjanya. Namun, sekaran

    Last Updated : 2024-02-24
  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 9

    Judul: Undangan pernikahan suamikuPart: 9.***"Maaf, Ayah! I-itu hanya salah paham." Semakin gelabakan Mas Arifin di hadapan mertuanya. Suasana sudah memanas, aku pun membisikkan Salman untuk membawa makanannya ke dalam kamar. Putraku itu selalu menurut, tak pernah aku berkata dua kali padanya."Ayah, sudahlah! Apa pun yang Mas Arifin coba katakan pada Mbak Nia, itu hanya untuk menenangkan Mbak Nia saja. Mas Arifin tidaklah bersungguh-sungguh dalam ucapannya," papar Nia.Wah, maduku ini memang luar biasa. Dia masih bersikeras membela Mas Arifin.Aku semakin yakin, bahwa pernikahan mereka memang sudah direncanakan."Diam! Masalah ini bukan masalah sepele. Kalian sudah mempermainkan kejujuran. Jika Lita tak ridho maka pernikahan ini diselesaikan saja," sambung Bunda Nia.Aku cukup terharu. Ternyata keluarga Nia tak seperti yang kubayangkan."Nak Lita, maafkan kami. Sebenarnya memang kami meminta Arifin untuk menggantikan pernikahan Nia yang batal. Namun, sebelumnya kami juga menyur

    Last Updated : 2024-03-15
  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 10

    Judul: Undangan pernikahan suamikuPart: 10.***Nia tersenyum senang mendengar ucapan mertua. Sedangkan aku semakin geram."Bukankah Mama sendiri, memilih bercerai dari pada dimadu?" Aku sengaja mengungkit masalah rumah tangga Mama. Karena beliau pun sudah mengalami, bagaimana rasanya diduakan. Lalu sekarang, bisa-bisanya Mama meminta aku menerima Nia."Jangan mengungkit luka lama, Lit. Mama tak mau mengingat hal itu lagi," ucap Mama."Kenapa, Ma? Sakit ketika mengingatnya? Lalu bagaimana dengan perasaanku saat ini?"Mertuaku bergeming, matanya berkaca-kaca. Sepertinya ucapanku berhasil mengahantam hatinya."Mbak Lita ini memang keterlaluan! Bisa-bisanya, Mbak membuat Mama bersedih dengan ucapan lancang Mbak itu!" hardik Nia.Oh, maduku ingin mencari muka.Baiklah, aku akan ikuti permainannya."Tak apa, Nia. Lita berhak bicara begitu. Mama memang pernah mengalaminya. Namun, ini beda."Beda pula dibilangnya. Ah, mertuaku ini lama-lama jadi menyebalkan juga."Bedanya?" tanyaku singka

    Last Updated : 2024-03-15
  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 11

    Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 11***Hari berganti ....Pagi ini Nia keluar dengan membawa koper miliknya. Kira-kira mau ke mana Nia?"Lit, Mas minta izin untuk mengantar Nia pindah ke rumah barunya, ya."Oh, ternyata Nia sudah membeli rumah."Hem, iya Mas. Akhirnya hilang juga ulat bulu di rumah ini," sindirku."Ya, iyalah. Mana betah aku tinggal lama-lama di rumah yang kecil begini. Kalau Mbak sih betah-betah saja. Toh tidak punya duit buat beli rumah mewah."Aku berdehem pelan. Jika disinggung masalah harta, biarkan saja. Aku tak mau menunjukkan uang yang berhasil aku tabung dari pekerjaanku sendiri.Semua itu ada waktunya."Hus, jangan bicara begitu, Nia! Rumah yang kamu hina ini adalah milik Mas." "Eh, maaf Mas. Ayo kita pergi sekarang."Nia dan Mas Arifin berlalu. Aku hanya memperhatikan. Setelah ini pastinya Mas Arifin bisa dengan bebas bersenang-senang dengan Nia. .Siang berganti malam ....Benar saja, Mas Arifin belum juga pulang. Aku tak peduli dengan kehadi

    Last Updated : 2024-03-16
  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 12

    Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 12.***Menyerocos mulut Nia tanpa henti. Bahkan Mas Arifin seperti seeokor tikus yang siap diterkam kucing. Menununduk dan tak berani mengangkat wajah lagi. Ini giliranku beraksi."Jadi ternyata yang Nia katakan adalah benar, Mas? Pernikahan kalian memang sudah direncanakan? Mas keterlaluan, pendusta dan mata keranjang," ucapku dengan memainkan nada suara agar terdengar sedih."Suami seperti Mas Arifin ini tidak akan puas dengan satu atau dua istri. Aku ingin memberi pelajaran pada senjatanya agar tak berani nakal di luaran lagi," sambung Nia.Mataku melotot tak percaya mendengar ucapan Nia.Dari tadi aku terus menahan tawa. Nia selain mudah dimanfaatkan, ternyata dia juga kejam.Aku semakin bersemangat. Kulipat kedua tangan di dada, kini tinggal duduk manis menyaksikan adegan bak film drama rumah tangga."A--ampun!"Mas Arifin lari terbirit-birit ke dalam kamar. Dikuncinya dan tak bisa Nia masuk.Aku turut mengahmpiri untuk memberikan kunci

    Last Updated : 2024-03-18
  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 13

    Judul: Undangan pernikahan suamiku.Part: 13.***Aku berbelanja ditemani Eza. Namun, tak begitu lama. Karena sosok Eza sangat menjaga pandangan orang lain terhadapnya. Apa lagi Eza tahu, kalau statusku sudah berkeluarga.Setelah selesai semua yang aku beli, kini aku bergegas pulang. "Mbak Lita!" teriak seseorang.Aku menoleh, dan ternyata itu adalah Nia.Sedang apa dia di pasar? "Mbak Lita, tadi aku sempat melihat lelaki yang bersamamu itu. Siapa dia? Pacar baru Mbak Lita, ya?" Nia mengedip-ngedipkan matanya sambil bicara."Bukan, dia teman sekolahku dulu," jawabku seadanya."Wah, dia tampan juga Mbak. Walau tak setampan Mas Arifin," ucap Nia pula.Aku hanya berdehem pelan, sembari menjauh. Kulihat wajah Nia kesal, mungkin karena aku yang tak terlalu meresponnya.Bagiku basa-basi begitu hanya membuang waktu saja..Sampai di rumah, ternyata ada Mas Arifin.Besar juga nyali suamiku ini. Ya, sekarang statusnya masih suamiku."Mau apa kamu ke sini, Mas?" tanyaku sinis."Santai dong,

    Last Updated : 2024-03-19

Latest chapter

  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 107

    BonusJudul: Ayah terhebatku.Di tahun 2000 silam, Ayahku mengalami kerugian besar pada usahanya, hingga bisnis yang sedang ia kelola itu harus ditutup.Aku pada masa itu masih sangat kecil, tapi aku dapat mengingatnya. Sejak kejadian itu, Ayah kembali banting tulang demi bisa menghidupi kami anak-anaknya.Dia bekerja apa saja asal menghasilkan uang dan masih halal. Sekarang, usiaku sudah 27 tahun, aku belum menikah. Akan tetapi, aku sudah memiliki kekasih, walau kami hanya berhubungan dari jarak jauh. Namanya, Riyan. Dia tinggal di kota Aceh, dan berkerja di kota Medan sebagai salah staf Bank swasta. Sedangkan aku tinggal di kota Jambi.Riyan menelponku. "Halo, Lyanna! Tadi aku sudah bicara pada Bunda. Beliau bilang, keluarga akan siap datang ke kotamu Minggu depan. Bagaimana? Apa kamu juga siap menerima kehadiran kami?" Aku menarik lekuk bibirku tersenyum. Tentu saja aku siap dan senang mendengar kabar bahagia ini."Aku InsyaAllah, siap. Hem, tapi aku harus bicara dulu pada Ayah

  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 106

    ***POV Syarla.Malam ini aku merasa gelisah. Mungkin karena tak ada suamiku di rumah. Mas Roy ke luar kota memenuhi undangan dari rekan bisnisnya.Akan tetapi, perasaanku kali ini semakin tak enak. Aku merasa was-was dan seperti ada yang memperhatikan setiap langkahku.Brak!Aku terperanjat saat mendengar suara pecahan sesuatu di ruangan depan.Dengan langkah yang ragu, aku memberanikan diri keluar untuk memastikan."Bik Atun," lirihku sambil berjalan.Asisten rumah tangga yang baru bekerja tadi pagi itu tak terlihat. Aku semakin gemetar ketika derap kaki dari luar terdengar begitu jelas.Kaca depan rumah ini pecah berkeping-keping. Aku ketakutan hingga melakukan panggilan suara ke nomor Mas Roy.Suamiku tak menjawab telepon dariku. Aku terus mengulang-ngulangnya. Namun, tetap saja tak ada jawaban.Kini, aku kembali berlari ke dalam kamar. Aku memeluk lututku sendiri menahan getar yang semakin mengguncang tubuhku.Sebuah pesan aku kirimkan pada Mas Roy, berharap ia membacanya dan seg

  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 105

    ***Aku pulang dengan melaporkan tentang apa yang aku lihat tadi. Kini, pihak kepolisian langsung bergegas menuju tempat yang aku ceritakan.Aku tak mau tinggal diam. Aku memilih untuk ikut memastikan.Perjalanan yang cukup jauh menyita banyak waktu. Saat ini terik matahari semakin tinggi, dan akhirnya aku kembali sampai di depan bangunan tua itu.Dua lelaki yang sempat menghalangi langkahku sebelumnya, kini sudah tak terlihat batang hidungnya. "Tuan Roy, apa benar ini tempatnya?" tanya penyidik."Benar, Pak. Tadi saya sempat melihat mobil Papa mertua saya berhenti di depan sini. Kemudian saya tidak tahu lagi karena ada dua preman yang menghadang saya," paparku."Baiklah. Kita akan mengecek ke dalam bersama-sama."Aku mengangguk setuju dan segera melangkah mengimbangi team penyidik..Sampai di dalam, bangunan tua itu sangat kotor dan penuh debu. Sepertinya memang sudah lama tak berpenghuni. Seluruh ruangan kami telusuri. Hasilnya sungguh mengecewakan, karena tak ada siapa-siapa yan

  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 104

    ***Semalam aku tak tidur karena memikirkan masalah ini. Hingga pagi tiba, aku langsung bergegas ke kantor untuk menanyakan pada Melodi tentang undangan seminar kemarin."Mel, siapa yang memberikan undangan atas nama Wily Group itu?" tanyaku serius."Saya tidak kenal, Tuan. Namun, ia mengaku disuruh mengantarkan amanah undangan itu saja," ujar Melodi."Kalau begitu beri kabar pada Pak Wily, katakan padanya saya ingin bertemu!" titahku."Baik, Tuan."Melodi berlalu dari hadapanku. Detik berikutnya aku juga pergi ke kantor polisi untuk memastikan perkembangan tentang kasus hilangnya istriku..Sampai di sana."Sepertinya asisten rumah tanggamu terlibat, Tuan Roy. Semua cctv di area rumahmu mati dan tak berfungsi, bukan? Sekarang kita bisa memulai penyelidikan dari kediaman ART Tuan Roy itu," terang penyidik.Aku menelan ludah getir. Sungguh tak disangka kalau Bik Atun juga terlibat dalam masalah ini."Saya tidak tahu di mana tempat tinggalnya, Pak. Bahkan saya juga tak tahu apa-apa tent

  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 103

    ***POV Roy.Aku pulang ke rumah setelah semua urusan kantor selesai, pun urusan dengan Broto. Syarla menyambutku dengan senyum terindah di wajahnya. Sungguh, saat ini hanya Syarla yang mampu mendamaikan hatiku yang sedang kepanasan karena dendam membara yang semakin menyala."Syarla, besok saya ada tugas ke luar kota. Apa kamu tidak masalah jika saya tinggal di rumah?" tanyaku dengan berat hati.Ya, besok aku akan menghadiri seminar penting. Sejujurnya aku tak mau meninggalkan Syarla, tapi aku juga tak ingin membuat citra perusahaanku buruk hanya karena satu kali ketidak hadiranku di sana."Hm, berapa lama, Mas? Aku takut Mas merindukanku nantinya," goda istri cantikku itu.Aku tersenyum sambil mencolek hidung mancungnya. Syarla tampak menggemaskan. Aku pastinya memang merindukan dirinya ketika berjauhan."Cuma dua hari, Syarla. Saya akan mempekerjakan asisten rumah tangga untuk membantumu di rumah, sekaligus untuk menemanimu agar tak sendirian," ujarku."Baiklah, Mas. Kalau begitu

  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 102

    ***POV Roy.Malam ini aku merasa begitu bahagia. Ternyata dicintai dan mencintai begini syahdunya.Hatiku telah bertaut sepenuhnya pada hati Syarla. Ketulusannya mampu melunakkan kerasnya egoku yang selama ini membara..Dan pagi harinya, aku melangkah menuju pintu saat kudengar suara bel berbunyi.Seperti biasa, si pengganggu datang tanpa rasa malu."Tuan, saya nggak terima dengan perbuatan Tuan terhadap saya!" hardik Bianca yang langsung menyerangku.Di sampingnya, ada Mama Mia yang ikut serta mengantarkan putri tercintanya melabrakku."Benar, Nak Roy! Harusnya Nak Roy tak melakukan itu pada Bianca. Kesalahan apa pun yang dibuat Papanya di masa lalu, tak sama sekali berhubungan dengan Bianca," sambung Mama Mia.Aku mengukir senyum miris melihat Ibu dan Anak yang tak tahu diri ini."Lalu? Apa peduli saya?" ujarku tenang."Tuan Roy jahat! Saya nggak mau menanggung malu. Pokoknya Tuan Roy harus tanggung jawab!" Bianca meninggikan intonasi suaranya.Sepagi ini suasana rumahku sudah dib

  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 101

    ***POV Syarla.Hari ini aku mengikuti semua kemauan suamiku. Termasuk menemaninya ke rumah orang tuaku.Acara sudah digelar meriah di sana. Pernikahan Mas Roy dengan Kak Bianca akan segera terlaksana. Namun, aku sudah tahu, bukan pernikahan yang dilandasi rasa cinta.Melainkan hanya untuk membalas dendam. Sama seperti ia menikahiku. Begitu pula niatnya menikahi Kak Bianca.Sampai di rumah Papa, aku kembali terpaku melihat sikapnya yang meminta penghulu untuk pergi. Entah apa yang sedang direncanakannya. Aku sendiri sudah lelah untuk berpikir bahkan untuk berontak."Tuan, jawab! Kenapa Tuan diam saja!" Kak Bianca mulai berteriak dengan panik. Aku yang berada di samping Mas Roy hanya bisa menyaksikan tanpa berani membuka suara."Baiklah, Bianca. Saya akan menjawab semua pertanyaanmu, juga pertanyaan kedua orang tuamu," papar Mas Roy.Semua tamu yang hadir ikut menyimak dan menatap serius ke arah kami. Mereka juga tentunya sudah tahu kalau aku adalah istri Mas Roy. Namun, dengan terb

  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 100

    ***POV Roy.Pagi ini aku singgah ke rumah Broto. Sengaja aku memenuhi permintaan Bianca yang mengajak aku untuk membicarakan perihal pernikahan.Tak disangka di tengah pembahasan kami, tiba-tiba Syarla datang. Ia histeris mengatakan bahwa aku hanyalah ingin membalas dendam.Aku terdiam. Dari mana dia tahu akan rencanaku?Beruntungnya Bianca tak percaya dan hal itu membuat Syarla bertambah histeris.Istriku yang malang tersungkur ke lantai dengan kondisi yang tampak melemah."Syarla!" teriakku berlari ke arahnya.Namun, Syarla memberi isyarat agar aku tak mendekat."Cukup, Tuan Roy yang terhormat! Jangan berpura-pura lagi! Aku sudah muak!" hardiknya.Aku menelan ludah getir. Syarla tidak memanggilku dengan sebutan 'Mas' kali ini."Baguslah kalau kau sadar diri," sambung Bianca.Sekilas aku menoleh ke arah Broto yang tampak menunduk. Ia terlihat serba salah. Dasar lelaki tak berguna. Padahal jelas-jelas Syarla juga putri kandungnya. Kebencianku bertambah menjadi berlipat ganda pada l

  • Undangan Pernikahan Suamiku   Bab 99

    ***POV Syarla.Hatiku sakit sekali ketika pedas kalimat suamiku mengatakan bahwa aku terlalu percaya diri.Ya, aku memang beranggapan kalau Mas Roy sudah mulai mencintaiku. Namun ternyata aku salah.Aku masih tak mengerti kenapa ia mempertahankan pernikahan ini sedangkan di hatinya ada Kak Bianca.Rasanya aku ingin menyerah. Takdir selalu saja mempermainkan hidupku.Sebagai seorang anak, Papa membedakan aku dengan Kak Bianca. Sedangkan Mama, beliau selalu berkata aku adalah duri dalam hidupnya. Kehadiranku dianggap menambah luka hati Mama, sebab Ibuku adalah istri kedua Papa.Begitu cerita yang aku dengar dari mereka. Untuk kejelasannya aku tak tahu pasti. Karena Ibu pergi sewaktu aku masih bayi. Cantik parasnya hanya dapat aku kenali lewat gambar saja..Waktu berjalan, bel rumah berbunyi. Aku berlari membukakan pintu dengan cepat."Kenapa matamu sembab?" tanya Mas Roy menatapku dengan sedikit heran.Aku menggeleng dan berlalu ke dalam."Syarla, tunggu!" Langkahku terhenti. Sesak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status