"Gue nggak tau harus cerita apa, kalo nggak ditanya jadinya pasti nggak akan urut ceritanya. Ya kalo gue cerita urut aja suka tiba-tiba skip kan?" kataku sambil mengaduk-aduk sup jagungku.
"Ya gue sih kayaknya lebih banyak ya tau ceritanya daripada Manda, tapi ya pasti lupa-lupa dikit. Lo tau kan ingetan gue jelek banget?" sahut Angga.
"Lah gue dong yang nanya kalo gitu?" tanya Manda memastikan.
Aku dan Angga mengangguk berbarengan. Manda terlihat berpikir keras untuk menanyakan tentang ceritaku dan Radit.
"OH GUE TAU!" seru Manda sambil memukul meja setelah sekian lama berpikir.
Aku hampir menjatuhkan korek di tanganku yang sedang kupakai untuk membakar rokok, sedangkan Angga hampir jatuh dari kursi yang didudukinya. Kemudian aku hanya memandangi Manda yang tersenyum lebar kepadaku dan Angga. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dengan kelakuan Manda.
"Gila lo emang ya. Hobi kok bikin orang kaget sih? Untung gue
Aku mengecek jadwalku di handphone dan semakin terkejut dengan yang Jordan sampaikan barusan. “Anjir gue tuh besok shift loh Dan, terus 14 open booth?” tanyaku memastikan. “Ya siapa lagi dong? Butuh anak finance soalnya buat rekap sama megang selling acara. Dendi nggak bisa, terus anak lama belum pada balik ke Bandung. Ngajak anak baru mah repot, mereka kan masih trial shift juga” jawab Jordan. “Gue manggil Arka dulu biar kesini deh. Sandra kayaknya udah nyampe” kata Ferdy yang langsung berjalan masuk ke bangunan Kkuma Coffee. “Ini lo sengaja nyari apa gimana Dan buat open booth?” tanyaku penasaran. “Nggak yang diniatin banget sih Kak. Lagi iseng aja, terus ada infonya di IG. Yaudah gue masukin, eh dapet ternyata” jawabnya. Tak lama kemudian, Ferdy dan Arka duduk bersamaku dan Jordan. Arka mengeluarkan bungkus rokok dari kantong celananya dan membakarnya sambil menunggu Jordan berbicara. “Giniiiii. Jadi lusa kita
Aku menengok ke belakang mencari asal suara, lalu membuang muka dan mengangguk untuk menjawab pertanyaannya."Bagaimana bisa orang ini tahu siapa aku dan tahu kalau aku merasa capek?" pikirku.Orang tadi langsung duduk di sebelahku, bergabung diantara Della dan Andra tanpa merasa canggung bahkan ketika mereka bertiga mengobrol. Jadinya aku hanya bisa menopang wajahku dengan tangan sambil memperhatikan mereka bertiga mengobrol."Kok lo kenal sama Tasya sih?" tanya Andra tiba-tiba.Aku langsung duduk tegap karena ingin mendengar jawabannya dengan jelas agar terjawab rasa penasaranku tentang siapa orang ini."Kan gue kerja disini sekarang, makanya kenal" jawabnya sambil melihatku.Angin malam yang berhembus semakin kencang dan rasa penasaranku yang tidak terjawab akhirnya membuatku memutuskan untuk memesan ojek online saja untuk pulang lebih dulu dibandingkan menunggu Arka selesai bekerja."Sya mau ba
Aku mengabaikan chat dari Radit karena merasa itu bukan hal penting untukku yang harus aku gubris. Ya aku bisa saja memang mengatakan hal tersebut, namun kenyataannya chat tersebut sangat mengangguku saat aku berusaha fokus menonton. Sambil menyalakan batang rokok baru, aku pun membalas chat Radit. “Hah? Gue dari awal nggak pindah kemana-mana kok! Lo salah orang kali? Gue aja nggak tau itu dimana Dit” jawabku. 5 menit berlalu begitu saja dan aku sudah yakin kalau Radit salah orang. Notifikasi pesan masuk. “Nggak Sya, I swear to God. We knew each other before Kkuma. Here’s the clue : birthday lunch” ucap Radit yang semakin membuatku bingung. Aku benar-benar tidak ingat apa-apa soal Radit kalau memang kami pernah bertemu sebelumnya. Ya mau tidak mau aku harus berpikir keras malam ini agar aku bisa tidur tanpa dihantui rasa penasaran. Birthday lunch? Rasanya
Ternyata pagi sudah datang kembali.Entah sudah hari keberapa aku terbangun dari tidur ini dengan sebuah perasaan yang kupikir sudah cukup jelas sebutannya. Hampa. Aku merasa kosong. Sangat kosong. Aku pun merasa aku tidak mempunyai tenaga yang cukup untuk melewati hari-hariku entah seberapa banyak waktu yang kuhabiskan untuk tidur yang bahkan tidak dapat kubilang nyenyak, rasanya sama saja seperti ketika aku tidak tidur selama 2 hari penuh.Menatap nanar ke lagit-langit kamar, lalu jendela. Menghela napas panjang, lalu kembali menarik selimut biru mudaku yang lembut untuk menutupi tubuhku. Aku bertanya-tanya setiap kali bangun dari tidur, mengapa aku terus menerus merasa hampa seperti ini meskipun aku sudah melakukan berbagai cara agar merasa jauh lebih baik dari sekarang. Semua usaha yang aku lakukan selama ini sia-sia saja dan untuk memikirkan usaha baru lainnya pun aku jadi pesimis.Rasanya masih asing sekali untukku kondisi seperti ini, namun pada kenyataan
Teringat kembali dengan rencana hari ini, malas rasanya untuk membawa kendaraan sendiri karena cukup melelahkan dan belum lagi rasa lelah itu akan bertambah ketika jalanan macet, tapi aku harus mengakui kalau ini pilihan yang terbaik mengingat ketika aku menggunakan transportasi umum orang-orang akan memperhatikanku lekat-lekat dari ujung kepala sampai ujung kaki hanya karena penampilanku seperti zombie. Aku memperhatikan mobil sedan warna putih milikku yang sudah terparkir selama seminggu penuh di basement. Ya nampaknya rute perjalananku hari ini akan bertambah ke tempat carwash dengan kondisi mobil yang mulai terlihat kotor itu.Sambil memanaskan mobilku, aku melakukan kebiasaanku akhir-akhir ini sebelum berkendara. Menyiapkan playlist untuk seharian penuh selama aku pergi, menyemprotkan parfum kesukaanku sebanayk dua kali, dan bersandar di kursi yang sudah dimundurkan sambal menghela napas panjang selama 10 menit. Rasanya kebiasaan baruku ini tujuannya untuk menyiapkan dir
“Sya gue nggak tau apa yang lo rasain sekarang ini gimana persisnya dan gue juga nggak akan maksa lo untuk cerita kalo emang lo masih ngerasa belum nyaman untuk cerita ke orang-orng, tapi at least lo paksain makan ya mau gimanapun. Lambung lo kan udah lumayan parah Sya, paksain makan ya meskipun cuma sedikit. Tante Anna tuh dari dulu sering banget nanyain ke gue kalo lo kenapa-kenapa, nah sekarang ya makin intens. Nyokap lo khawatir lo sakit lagi Sya dengan kondisi lo yang mostly ngerasa sedih begini. Kalo lo bosen di apartemen nanti lo bisa kabarin gue sama Manda kapanpun itu kita akan berusaha untuk nemenin lo. Subuh-subuh lo suruh gue dating pun gue bakalan dateng. Lo harus inget ini, lo nggak sendirian. Gue sama Manda akan selalu ada buat lo, lo bisa jadiin gue sama Manda tempat sampah unek-unek lo Sya. Kapanpun dan apapun, ada gue dan Manda.”“Iyaaa gue tau kok dan gue juga selalu inget kalo gue nggak sendirian dalam kondisi apapun. Gue selalu paksain m
“Gimana? Lega?” tanya Angga dengan nada khawatir.Aku membalasnya dengan mengangkat bahu dengan pelan.“Nggak apa-apa, gue juga tau kok lo pasti sedikit cemas untuk berbicara dengan orang lain mau gimana pun juga. Tapi gue ngebiarin lo ngobrol sama Karina kayak tadi ya karena gue yakin Karina bukan orang yang suka ikut campur urusan pribadi orang lain. Anggep aja tadi itu pemanasan sebelum lo ketemu banyak orang seharian ini, apalagi mostly kita bakal lama kan di kampusnya. Well, in case nanti ada yang ngajak ngobrol lagi dan lo kejebak terpaksa harus ngobrol, nggak apa-apa ladenin aja semampu lo, nanti misalkan lo udah mau udahan ya nanti lo kodein aja ke gue biar gue yang ngurus gimana caranya buat narik lo pergi. Yaudah yuk lanjut jalan aja ke perpus biar beneran nggak usah ngobrol banyak kayak tadi” kata Angga sambil mengusap kepalaku untuk menenangkanku.“Eh Kak Bima mau nyusul nyokap ke hotel tau hari ini Ngga” aku berus
Akhirnya dengan perasaan pasrah dan terpaksa, akupun mengikuti keinginan Manda dan Angga untuk makan bersama sambil menahan perasaan curiga ini. Tanpa terasa obrolan lami mengalir begitu saja seperti dulu, membahas banyak hal dan tertawa bersama tanpa ada beban sedikitpun. Aku takjub dengan keadaan sekarang ini, kupikir akan sulit untukku tertawa sekalipun aku bersama Manda dan Angga.“Sya lo inget nggak? Dulu kan Manda posesif banget ke lo sampe-sampe kalo gue nungguin lo buat pergi aja dia kayak nggak ikhlas banget ngebiarin kita pergi” kata Angga.“Ye anjir dulu gue kira lo pacarnya Tasya yang overprotective tau! Lagian ga bisa banget jauh dari Tasya meskipun cuma 5 menit. Eh nggak taunya emang kayak kembar dempet aja, harus sepaket kalo nggak ortunya Tasya uring-uringan” ledek Manda yang awalnya kesal dengan omongan Angga.“Lo berdua sih juara 1 kategori nggak mikirin perasaan gue. Bayangin aja berkali-kali ngerebutin gue di dep
Aku mengabaikan chat dari Radit karena merasa itu bukan hal penting untukku yang harus aku gubris. Ya aku bisa saja memang mengatakan hal tersebut, namun kenyataannya chat tersebut sangat mengangguku saat aku berusaha fokus menonton. Sambil menyalakan batang rokok baru, aku pun membalas chat Radit. “Hah? Gue dari awal nggak pindah kemana-mana kok! Lo salah orang kali? Gue aja nggak tau itu dimana Dit” jawabku. 5 menit berlalu begitu saja dan aku sudah yakin kalau Radit salah orang. Notifikasi pesan masuk. “Nggak Sya, I swear to God. We knew each other before Kkuma. Here’s the clue : birthday lunch” ucap Radit yang semakin membuatku bingung. Aku benar-benar tidak ingat apa-apa soal Radit kalau memang kami pernah bertemu sebelumnya. Ya mau tidak mau aku harus berpikir keras malam ini agar aku bisa tidur tanpa dihantui rasa penasaran. Birthday lunch? Rasanya
Aku menengok ke belakang mencari asal suara, lalu membuang muka dan mengangguk untuk menjawab pertanyaannya."Bagaimana bisa orang ini tahu siapa aku dan tahu kalau aku merasa capek?" pikirku.Orang tadi langsung duduk di sebelahku, bergabung diantara Della dan Andra tanpa merasa canggung bahkan ketika mereka bertiga mengobrol. Jadinya aku hanya bisa menopang wajahku dengan tangan sambil memperhatikan mereka bertiga mengobrol."Kok lo kenal sama Tasya sih?" tanya Andra tiba-tiba.Aku langsung duduk tegap karena ingin mendengar jawabannya dengan jelas agar terjawab rasa penasaranku tentang siapa orang ini."Kan gue kerja disini sekarang, makanya kenal" jawabnya sambil melihatku.Angin malam yang berhembus semakin kencang dan rasa penasaranku yang tidak terjawab akhirnya membuatku memutuskan untuk memesan ojek online saja untuk pulang lebih dulu dibandingkan menunggu Arka selesai bekerja."Sya mau ba
Aku mengecek jadwalku di handphone dan semakin terkejut dengan yang Jordan sampaikan barusan. “Anjir gue tuh besok shift loh Dan, terus 14 open booth?” tanyaku memastikan. “Ya siapa lagi dong? Butuh anak finance soalnya buat rekap sama megang selling acara. Dendi nggak bisa, terus anak lama belum pada balik ke Bandung. Ngajak anak baru mah repot, mereka kan masih trial shift juga” jawab Jordan. “Gue manggil Arka dulu biar kesini deh. Sandra kayaknya udah nyampe” kata Ferdy yang langsung berjalan masuk ke bangunan Kkuma Coffee. “Ini lo sengaja nyari apa gimana Dan buat open booth?” tanyaku penasaran. “Nggak yang diniatin banget sih Kak. Lagi iseng aja, terus ada infonya di IG. Yaudah gue masukin, eh dapet ternyata” jawabnya. Tak lama kemudian, Ferdy dan Arka duduk bersamaku dan Jordan. Arka mengeluarkan bungkus rokok dari kantong celananya dan membakarnya sambil menunggu Jordan berbicara. “Giniiiii. Jadi lusa kita
"Gue nggak tau harus cerita apa, kalo nggak ditanya jadinya pasti nggak akan urut ceritanya. Ya kalo gue cerita urut aja suka tiba-tiba skip kan?" kataku sambil mengaduk-aduk sup jagungku."Ya gue sih kayaknya lebih banyak ya tau ceritanya daripada Manda, tapi ya pasti lupa-lupa dikit. Lo tau kan ingetan gue jelek banget?" sahut Angga."Lah gue dong yang nanya kalo gitu?" tanya Manda memastikan.Aku dan Angga mengangguk berbarengan. Manda terlihat berpikir keras untuk menanyakan tentang ceritaku dan Radit."OH GUE TAU!" seru Manda sambil memukul meja setelah sekian lama berpikir.Aku hampir menjatuhkan korek di tanganku yang sedang kupakai untuk membakar rokok, sedangkan Angga hampir jatuh dari kursi yang didudukinya. Kemudian aku hanya memandangi Manda yang tersenyum lebar kepadaku dan Angga. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dengan kelakuan Manda."Gila lo emang ya. Hobi kok bikin orang kaget sih? Untung gue
“Sya? Really?” tanya Manda yang ikut syok setelah mendengar apa yang baru saja aku ceritakan.Aku tersenyum kecil sambil mengangguk pelan. Manda langsung memelukku erat.“Tasya, I’m so sorry you have to experienced that shit” kata Manda sambil mengusap punggungku.“It’s okay Man. If only the awareness for sexual harassment back then as massive as these day” balasku sambil memeluk Manda erat.“Terus gimana si brengsek itu?” tanya Manda penasaran.“Hmm honestly gue nggak tau Man dan gue sama circle pas ospek gue itu juga udah nggak pernah kontakan lagi, ditambah juga waktu itu setelah gue nyampe apartemen semuanya yang berkaitan sama Reza langsung gue mute dan lama-lama gue block” jawabku.“Good move dan semoga orang begitu hidupnya kena karma sepedih-pedihnya karena udah ngasih orang lain trauma” ucap Manda penuh kekesalan. Aku hanya tertawa samb
Dengan respon Radit yang nampak tidak tertarik untuk mencoba akrab saat aku mencoba akrab dengannya yang merupakan teman Reza, aku pun jadi malas mencoba mengajaknya bicara kembali. Biarkan saja dia sibuk dengan handphonenya itu. Lagipula aku lebih banyak mengobrol dengan Dhika dan Galih sejak awal yang jauh lebih friendly dibandingkan dengan dia dan aku sih tidak masalah dengan Reza yang sedang sibuk mengurus usaha milik keluarganya karena mengharuskannya untuk bolak-balik menelepon orang banyak.Setelah menunggu lumayan lama, semua yang kami pesan pun datang. Akhirnya ada waktu dimana aku tidak harus terus-terusan mengobrol dengan mereka. Sehabis makan, kini waktu untukku untuk sibuk dengan handphoneku sendiri. Sedangkan Reza, Dhika, Galih, dan Radit sibuk mengobrol sambil merokok, aku hanya sesekali mendengarkan obrolan mereka yang ternyata banyak membahas tentang kehidupan dan teman-teman SMA-nya saja. Dengan topik tersebut, sudah pasti aku tidak bisa ikut dalam obrolan m
Pertemuan pertama bagi sebagian orang adalah awal dari segalanya. Awal mula dari sesuatu yang nantinya memberikan perasaan bahagia untuk kita atau bahkan awal mula dari sesuatu yang nantinya tidak berhenti memberikan oerasaan tidak nyaman kepada kita apapun bentuk dari perasaan tidak menyenangkan itu.Terkadang pertemuan pertama memberikan kita perasaan gugup yang tidak karuan dan ada juga pertemuan pertama yang rasanya menguras habis tenaga kita meskipun pada kenyataannya kita tidak berbuat banyak didalamnya.Manis atau pahitnya pertemuan pertama dijadikan patokan bagi banyak orang tentang bagaimana nantinya masa depan ketika melibatkan orang lain tersebut, banyak yang mengalami sesuai prediksinya, banyak juga yang mengalami kebalikannya. Ya semuanya memang tidak ada yang pasti ketika kita membicarakan soal perasaan karena Tuhan bisa saja merubah isi hati sesorang dalam sekejap.Tidak lama kemudian seseorang keluar dari kamar tadi dengan (akhirnya
Aku meminum es coklatku yang baru saja datang sambil melihat keluar jendela, sudah banyak kelas yang usai terlihat dari banyaknya mahasiswa yang berlalu lalang. Angin sore ini berhembus lumayan kencang, nampaknya nanti akan turun hujan. Langit perlahan berubah mendung. Aku melirik ke arah Reza yang sedang merokok dan sibuk sendiri dengan handphone miliknya.“Za lo nggak mesen apa gitu?” tanyaku yang memegang erat gelas es coklatku.“Mesen kopi kok, belum dianter aja Sya” balas Reza.Keheningan kembali mengitari aku dan Reza. Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan kepada Reza. Ya ini sih sudah aku pikirkan sejak awal putus dengan Akbar, namun aku bingung saja bagaimana cara mencari kebenaran soal kebingunganku ini. Aku berharap kepada Reza yang selama ini menjadi tempat curhatku dan Akbar sekiranya mengetahui sesuatu yang bisa menjawab kebingunganku ini.“Za” panggilku pelan.“Hmm” balasn
2013“Tasyaaaaa!” seseorang berteriak memanggilku sambil melambaikan tangannya dari kejauhan.Aku terdiam sambil mencoba menegaskan pandanganku untuk mengetahui siapa yang berteriak memanggilku barusan. Orang itu semakin mendekat, kini justru aku berusaha untuk mengingat siapa orang tersebut dan kenal dimana aku dengannya.“Parah banget gue udah manggil sampe dadah-dadah di depan tapi didiemin ckck” keluhnya.“Yeeee mana jelas muka lo keliatan dari tempat lo teriak tadi!” balasku.Yang barusan adalah Reza, salah satu teman dekatku yang kukenal saat ospek tingkat universitas. Tiba-tiba saja dia datang menemuiku tanpa memberitahuku sebelumnya. Untung saja aku sedang di kampus, kalau tidak ya sudah dipastikan dia hanya buang-buang waktu saja datang kesini.“Apa kabar Sya?” tanya Reza girang sambil merangkulku.“IIIIIH NGGAK LIAT? Ini fotokopian mat