“Sya? Really?” tanya Manda yang ikut syok setelah mendengar apa yang baru saja aku ceritakan.
Aku tersenyum kecil sambil mengangguk pelan. Manda langsung memelukku erat.
“Tasya, I’m so sorry you have to experienced that shit” kata Manda sambil mengusap punggungku.
“It’s okay Man. If only the awareness for sexual harassment back then as massive as these day” balasku sambil memeluk Manda erat.
“Terus gimana si brengsek itu?” tanya Manda penasaran.
“Hmm honestly gue nggak tau Man dan gue sama circle pas ospek gue itu juga udah nggak pernah kontakan lagi, ditambah juga waktu itu setelah gue nyampe apartemen semuanya yang berkaitan sama Reza langsung gue mute dan lama-lama gue block” jawabku.
“Good move dan semoga orang begitu hidupnya kena karma sepedih-pedihnya karena udah ngasih orang lain trauma” ucap Manda penuh kekesalan. Aku hanya tertawa samb
"Gue nggak tau harus cerita apa, kalo nggak ditanya jadinya pasti nggak akan urut ceritanya. Ya kalo gue cerita urut aja suka tiba-tiba skip kan?" kataku sambil mengaduk-aduk sup jagungku."Ya gue sih kayaknya lebih banyak ya tau ceritanya daripada Manda, tapi ya pasti lupa-lupa dikit. Lo tau kan ingetan gue jelek banget?" sahut Angga."Lah gue dong yang nanya kalo gitu?" tanya Manda memastikan.Aku dan Angga mengangguk berbarengan. Manda terlihat berpikir keras untuk menanyakan tentang ceritaku dan Radit."OH GUE TAU!" seru Manda sambil memukul meja setelah sekian lama berpikir.Aku hampir menjatuhkan korek di tanganku yang sedang kupakai untuk membakar rokok, sedangkan Angga hampir jatuh dari kursi yang didudukinya. Kemudian aku hanya memandangi Manda yang tersenyum lebar kepadaku dan Angga. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dengan kelakuan Manda."Gila lo emang ya. Hobi kok bikin orang kaget sih? Untung gue
Aku mengecek jadwalku di handphone dan semakin terkejut dengan yang Jordan sampaikan barusan. “Anjir gue tuh besok shift loh Dan, terus 14 open booth?” tanyaku memastikan. “Ya siapa lagi dong? Butuh anak finance soalnya buat rekap sama megang selling acara. Dendi nggak bisa, terus anak lama belum pada balik ke Bandung. Ngajak anak baru mah repot, mereka kan masih trial shift juga” jawab Jordan. “Gue manggil Arka dulu biar kesini deh. Sandra kayaknya udah nyampe” kata Ferdy yang langsung berjalan masuk ke bangunan Kkuma Coffee. “Ini lo sengaja nyari apa gimana Dan buat open booth?” tanyaku penasaran. “Nggak yang diniatin banget sih Kak. Lagi iseng aja, terus ada infonya di IG. Yaudah gue masukin, eh dapet ternyata” jawabnya. Tak lama kemudian, Ferdy dan Arka duduk bersamaku dan Jordan. Arka mengeluarkan bungkus rokok dari kantong celananya dan membakarnya sambil menunggu Jordan berbicara. “Giniiiii. Jadi lusa kita
Aku menengok ke belakang mencari asal suara, lalu membuang muka dan mengangguk untuk menjawab pertanyaannya."Bagaimana bisa orang ini tahu siapa aku dan tahu kalau aku merasa capek?" pikirku.Orang tadi langsung duduk di sebelahku, bergabung diantara Della dan Andra tanpa merasa canggung bahkan ketika mereka bertiga mengobrol. Jadinya aku hanya bisa menopang wajahku dengan tangan sambil memperhatikan mereka bertiga mengobrol."Kok lo kenal sama Tasya sih?" tanya Andra tiba-tiba.Aku langsung duduk tegap karena ingin mendengar jawabannya dengan jelas agar terjawab rasa penasaranku tentang siapa orang ini."Kan gue kerja disini sekarang, makanya kenal" jawabnya sambil melihatku.Angin malam yang berhembus semakin kencang dan rasa penasaranku yang tidak terjawab akhirnya membuatku memutuskan untuk memesan ojek online saja untuk pulang lebih dulu dibandingkan menunggu Arka selesai bekerja."Sya mau ba
Aku mengabaikan chat dari Radit karena merasa itu bukan hal penting untukku yang harus aku gubris. Ya aku bisa saja memang mengatakan hal tersebut, namun kenyataannya chat tersebut sangat mengangguku saat aku berusaha fokus menonton. Sambil menyalakan batang rokok baru, aku pun membalas chat Radit. “Hah? Gue dari awal nggak pindah kemana-mana kok! Lo salah orang kali? Gue aja nggak tau itu dimana Dit” jawabku. 5 menit berlalu begitu saja dan aku sudah yakin kalau Radit salah orang. Notifikasi pesan masuk. “Nggak Sya, I swear to God. We knew each other before Kkuma. Here’s the clue : birthday lunch” ucap Radit yang semakin membuatku bingung. Aku benar-benar tidak ingat apa-apa soal Radit kalau memang kami pernah bertemu sebelumnya. Ya mau tidak mau aku harus berpikir keras malam ini agar aku bisa tidur tanpa dihantui rasa penasaran. Birthday lunch? Rasanya
Ternyata pagi sudah datang kembali.Entah sudah hari keberapa aku terbangun dari tidur ini dengan sebuah perasaan yang kupikir sudah cukup jelas sebutannya. Hampa. Aku merasa kosong. Sangat kosong. Aku pun merasa aku tidak mempunyai tenaga yang cukup untuk melewati hari-hariku entah seberapa banyak waktu yang kuhabiskan untuk tidur yang bahkan tidak dapat kubilang nyenyak, rasanya sama saja seperti ketika aku tidak tidur selama 2 hari penuh.Menatap nanar ke lagit-langit kamar, lalu jendela. Menghela napas panjang, lalu kembali menarik selimut biru mudaku yang lembut untuk menutupi tubuhku. Aku bertanya-tanya setiap kali bangun dari tidur, mengapa aku terus menerus merasa hampa seperti ini meskipun aku sudah melakukan berbagai cara agar merasa jauh lebih baik dari sekarang. Semua usaha yang aku lakukan selama ini sia-sia saja dan untuk memikirkan usaha baru lainnya pun aku jadi pesimis.Rasanya masih asing sekali untukku kondisi seperti ini, namun pada kenyataan
Teringat kembali dengan rencana hari ini, malas rasanya untuk membawa kendaraan sendiri karena cukup melelahkan dan belum lagi rasa lelah itu akan bertambah ketika jalanan macet, tapi aku harus mengakui kalau ini pilihan yang terbaik mengingat ketika aku menggunakan transportasi umum orang-orang akan memperhatikanku lekat-lekat dari ujung kepala sampai ujung kaki hanya karena penampilanku seperti zombie. Aku memperhatikan mobil sedan warna putih milikku yang sudah terparkir selama seminggu penuh di basement. Ya nampaknya rute perjalananku hari ini akan bertambah ke tempat carwash dengan kondisi mobil yang mulai terlihat kotor itu.Sambil memanaskan mobilku, aku melakukan kebiasaanku akhir-akhir ini sebelum berkendara. Menyiapkan playlist untuk seharian penuh selama aku pergi, menyemprotkan parfum kesukaanku sebanayk dua kali, dan bersandar di kursi yang sudah dimundurkan sambal menghela napas panjang selama 10 menit. Rasanya kebiasaan baruku ini tujuannya untuk menyiapkan dir
“Sya gue nggak tau apa yang lo rasain sekarang ini gimana persisnya dan gue juga nggak akan maksa lo untuk cerita kalo emang lo masih ngerasa belum nyaman untuk cerita ke orang-orng, tapi at least lo paksain makan ya mau gimanapun. Lambung lo kan udah lumayan parah Sya, paksain makan ya meskipun cuma sedikit. Tante Anna tuh dari dulu sering banget nanyain ke gue kalo lo kenapa-kenapa, nah sekarang ya makin intens. Nyokap lo khawatir lo sakit lagi Sya dengan kondisi lo yang mostly ngerasa sedih begini. Kalo lo bosen di apartemen nanti lo bisa kabarin gue sama Manda kapanpun itu kita akan berusaha untuk nemenin lo. Subuh-subuh lo suruh gue dating pun gue bakalan dateng. Lo harus inget ini, lo nggak sendirian. Gue sama Manda akan selalu ada buat lo, lo bisa jadiin gue sama Manda tempat sampah unek-unek lo Sya. Kapanpun dan apapun, ada gue dan Manda.”“Iyaaa gue tau kok dan gue juga selalu inget kalo gue nggak sendirian dalam kondisi apapun. Gue selalu paksain m
“Gimana? Lega?” tanya Angga dengan nada khawatir.Aku membalasnya dengan mengangkat bahu dengan pelan.“Nggak apa-apa, gue juga tau kok lo pasti sedikit cemas untuk berbicara dengan orang lain mau gimana pun juga. Tapi gue ngebiarin lo ngobrol sama Karina kayak tadi ya karena gue yakin Karina bukan orang yang suka ikut campur urusan pribadi orang lain. Anggep aja tadi itu pemanasan sebelum lo ketemu banyak orang seharian ini, apalagi mostly kita bakal lama kan di kampusnya. Well, in case nanti ada yang ngajak ngobrol lagi dan lo kejebak terpaksa harus ngobrol, nggak apa-apa ladenin aja semampu lo, nanti misalkan lo udah mau udahan ya nanti lo kodein aja ke gue biar gue yang ngurus gimana caranya buat narik lo pergi. Yaudah yuk lanjut jalan aja ke perpus biar beneran nggak usah ngobrol banyak kayak tadi” kata Angga sambil mengusap kepalaku untuk menenangkanku.“Eh Kak Bima mau nyusul nyokap ke hotel tau hari ini Ngga” aku berus