Tunggu Jandaku, Om!

Tunggu Jandaku, Om!

This is a 《Fiksi》 fanfiction

last updateLast Updated : 2021-08-25
By:  Ratih Bryan KenzieOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
32Chapters
3.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Cinta antara aku, dia, dan kau yang kuanggap malaikat. Namun, terhalang dia yang terus nekat. Hanya jodoh yang mampu mempertemukan, memisahkan, kemudian menyatukan sesuai alur-Nya.

View More

Chapter 1

Bab 1

Sore ini seorang ibu muda terlihat melamun sendu sambil memandangi wajah ceria putri kecilnya, menyaksikan guratan senyum bahagia terpancar di wajah polos yang tengah asyik bermain bersama teman barunya di taman itu.

"Maafkan mama, Sayang, mama terlalu egois padamu ... mama akan berusaha sebaik mungkin menjadi mama sekaligus ayah untukmu", gumamnya pelan sambil menyeka bulir bening yang meluncur bebas dari sudut mataku.

***Ria POV***

Empat tahun sudah aku berjuang membawanya pergi dari kehidupan kami yang sebelumnya, dimana kehidupan yang sangat membuatku tersiksa penuh dengan tekanan bathin.

Aku pergi dari suami tercinta dan mertua yang selalu menyakiti hati dan perasaanku.

Aku akui caraku memang salah, tapi sang waktu telah membuktikan bahwa apa yang kulakukan ini memang benar dan semua untuk kebaikan putri semata wayangku yang sekarang berusia delapan tahun.

"Mama ... Dhea main dulu ya di sini, Dhea janji gak lama, kok," teriak putriku dari tempatnya bermain dengan teman-temannya sambil menyunggingkan senyuman.

"Iya, Sayang, hati-hati jangan lari-larian nanti jatuh!" balasku padanya yang sedang kejar-kejaran penuh dengan tawa riangnya.

Setiap sore sepulang kerja aku memang selalu mengajaknya bermain di taman dekat kompleks. Alasannya agar dia selalu bisa menikmati masa indah bermain bersama teman-temannya.

Tanpa sadar aku kembali mengingat senyuman gadis kecilku, senyuman itu adalah senyuman yang sama yang dimiliki ayahnya.

Lelaki yang dulu sangat kucintai, tapi lama-lama kubenci karna sikap bodohnya yang terlalu membiarkan ibunya mencampuri urusan pribadinya meski dia telah berumah tangga.

Rasanya sakit sekali hati ini bila mengingat semua kejadian itu, dimana suamiku hanya bisa diam melihatku disakiti oleh ibunya.  Bahkan selalu membenarkan juga membela ibunya. Katanya dia selalu percaya dan harus menuruti setiap perkataan ibunya meskipun sebenarnya salah agar dia tak menjadi anak durhaka.

"Oh Tuhan setelah aku bisa memendam lukaku selama empat tahun ini, kenapa engkau pertemukanku kembali dengannya, lelaki yang tak bisa tegas mempertahankan anak dan istrinya?" keluhku pelan yang diiringi bulir bening yang jatuh bebas dari sudut mataku.

*** Flash back dua  hari yang lalu ***

Aku tengah asyik menikmati makan malam dengan Dhea putriku di sebuah rumah makan sederhana tapi cukup terkenal di dekat kompleks rumahku, lebih tepatnya disebut mess yang disediakan oleh perusahaan tempatku bekerja.

Aku sangat bersyukur bisa mendapatkan fasilitas mess itu karna selain dekat dengan kantor jadi tidak perlu mengeluarkan uang untuk ongkos berangkat maupun pulang, aku juga bisa pulang untuk sekadar menengok dan makan siang bersama putriku saat jam istirahat tiba yang hanya sendirian di rumah.

Entah karna apa alasannya, aku yang hanya seorang bawahan biasa yaitu sebagai OG (office girl) bisa mendapatkan fasilitas itu. Yang jelas aku sangat bersyukur dan berterima kasih pada bos yang belum pernah kulihat orangnya itu.

Saat tengah asyik bercanda dengan Dhea, tiba-tiba datanglah seorang anak laki-laki masih kecil berusia sekitar 3 tahun-an tersenyum pada kami.

Dengan malu-malu dia menyapa kami dan memegang tangan kananku.

"Tante Cantik, boleh tidak Diego ikutan main?" tanyanya polos dan pelan nyaris tak terdengar mungkin sambil menahan malu.

"Oh ... nama adik ganteng Diego ya?" tanyaku sambil tangan kiriku mengelus tangan kecilnya yang masih memegang tangan kananku.

"Iya, Tante. Boleh gak, Diego ikut main sama Kkak Cantik itu?" ijinnya lalu tersenyum ke arah Dhea.

"Tentu boleh, Sayang, sini duduk di kursi sebelah tante sama kak Dhea. Diego kesini sama siapa?" tanyaku lagi sambil mendudukannya di kursi sebelah.

"Sama papa, Tante," jawabnya polos sambil celingukan mungkin mencari papanya.

"Papanya mana sayang?" Aku pun ikut celingukan berusaha mencari orang yang dimaksud Diego.

"Tadi papa bilang mau ke toilet, Diego disuruh nunggu di meja. Tapi pas Diego lihat Kakak sama Tante Cantik main, Diego pengen ikutan," terangnya terbata.

"Ok, Sayang, kalau begitu sambil nunggu papanya Diego, kita main tebak-tebakan yuk sama kak Dhea? Oh iya, kenalan dulu dong! Masa mau main bareng gak saling kenal!" Kugeser piring dan gelas kami yang sudah selesai makan ke arah meja kosong yang tak terpakai.

"Anak pintar, berani, manis dan ganteng Diego ini," gumamku pelan memuji sosok anak kecil menggemaskan yang tengah bermain dan bercanda tawa dengan kepolosan dan keluguan mereka.

Aku sampai tersenyum lepas lebih tepatnya menahan tawa mendengar ocehan konyol keduanya. Hingga tiba-tiba tanpa kusadari ada seorang pria yang mendekat setelah beberapa saat mengamati kami dari kejauhan dengan mata berkaca-kaca.

"Diego ... kamu di sini? Papa nyari kamu kemana-mana, Nak!" ucap lelaki itu lalu menggendong dan memeluk Diego.

Aku pun terkaget lalu menengok ke arah suara nge bass itu, untuk beberapa saat waktu terasa berhenti berputar. Aku terkejut bukan main saat menatap wajah lelaki itu, dia ... dia ... ah, kenapa aku harus bertemu dengannya?

*** Dio POV ***

Setelah selesai menunaikan panggilan alam yang sedari tadi tak mampu kutahan, aku segera berjalan setengah berlari untuk segera menemui putraku Diego yang terpaksa kutinggal sebentar di meja rumah makan di kota B yang baru tadi pagi kuinjaki. 

Aku sebenarnya tidak tega meninggalkan Diego sendirian, anak yang masih berusia tiga tahun, tapi apalah daya karna hasratku untuk ke toilet sudah tak tertahankan di tambah dia merengek tidak mau ikut dan lebih memilih menghabiskan menu makan malamnya.

Walau ragu, tapi aku berusaha yakin akan kepandaian dan keberaniannya bahwa dia akan baik-baik saja, dan sebisa mungkin secepat kilat kuselesaikan misiku itu.

Namun, setelah kembali, alangkah terkejutnya aku yang melihatnya tidak ada di meja makan yang kami tempati tadi. Dengan panik aku berusaha mencarinya, kukelilingi rumah makan ini, tapi tetap tak menemukannya dan pandanganku berubah kelegaan saatku ketahui dia ada di salah satu kursi di pojok ruangan di salah satu meja rumah makan ini.

Aku berusaha mendekat ke meja itu dan alangkah terkejutnya saat melihat seorang perempuan dan gadis kecil yang sedang bercanda dengan Diegoku.

"Ria ...," ucapku pelan saat melihat dengan jelas wajah yang sangat kukenali dan bahkan kurindukan itu.

"Tunggu, mungkinkah itu Dhea putriku? Kamu sudah besar, Sayang?" Memoriku kembali memutar saat-saat kebersamaan kami dulu, tak terasa sudut mataku mengalir butiran air mata yang kemudian segera kuhapus mengingat saat mereka pergi meninggalkanku empat tahun yang lalu.

Kumantabkan langkah kaki menghampiri mereka, sejujurnya aku merasa sangat bahagia melihat orang-orang yang kusayangi berkumpul di tempat yang sama setelah lama tak berjumpa.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Hamaro Lala
Up up up up up up up up
2021-08-24 18:40:17
0
user avatar
Hamaro Lala
Lanjutkan, terus berkarya ya? semoga sukses
2021-08-22 11:05:37
0
user avatar
Belva Alesha
Baca dan resapi ceritanya!
2021-06-30 22:36:11
1
32 Chapters
Bab 1
 Sore ini seorang ibu muda terlihat melamun sendu sambil memandangi wajah ceria putri kecilnya, menyaksikan guratan senyum bahagia terpancar di wajah polos yang tengah asyik bermain bersama teman barunya di taman itu."Maafkan mama, Sayang, mama terlalu egois padamu ... mama akan berusaha sebaik mungkin menjadi mama sekaligus ayah untukmu", gumamnya pelan sambil menyeka bulir bening yang meluncur bebas dari sudut mataku.***Ria POV***Empat tahun sudah aku berjuang membawanya pergi dari kehidupan kami yang sebelumnya, dimana kehidupan yang sangat membuatku tersiksa penuh dengan tekanan bathin.Aku pergi dari suami tercinta dan mertua yang selalu menyakiti hati dan perasaanku.Aku akui caraku memang salah, tapi sang waktu telah membuktikan bahwa apa yang kulakukan ini memang benar dan semua untuk kebaikan putri semata wayangku yang sekarang berusia delapan tahun."Mama ... Dhea main dulu ya di sini, Dhea janji gak lama, kok," ter
last updateLast Updated : 2021-06-04
Read more
Bab 2
 Tapi, bisa apa aku? Rasa bersalah jauh lebih besar daripada rasa bahagiaku, maafkan aku yang telah menyia-nyiakan kalian. Sungguh ingin rasanya aku menebus semua perlakuanku dulu pada kalian, aku terlalu banyak menyakiti kalian dan malah lebih mempercayai ucapan ibuku yang berniat memisahkan kita sekalipun sudah memiliki cucu darimu, wanita yang dianggapnya tak pantas dan tak memenuhi kriterianya meskipun beliau tahu aku sangat mencintaimu.Sebelum sampai di hadapan mereka kutarik dalam-dalam nafasku untuk sedikit mengurangi gemuruh di dadaku dan mencegah tangisku pecah karna terharu bisa menemukan orang terkasih yang selama ini selalu kurindukan dan kucari keberadaannya."Diego ... kamu di sini? Papa nyari kamu kemana-mana, Nak!" Aku langsung memeluk dan menggendong Diego merasa lega telah menemukannya.Kulirik Ria tengah memandangku kaget mungkin dia syock melihatku berdiri di hadapannya di kota ini, sedang Dhea dia terdiam kaget juga sepertinya,
last updateLast Updated : 2021-06-04
Read more
Bab 3
 "Hei, Ria .. ngelamun aja! Kesambet, loh!" Tiba-tiba ada yang mengagetkanku dan segera kuhapus lelehan air mata untuk menutupi kesedihanku."Gak kok, Mas, aku gak lagi ngelamun, kok!" elakku lalu mengalihkan pandangan pada Dhea untuk menyembunyikan sorot mataku yang mungkin terlihat sembab."Kenapa? Dhea minta jajan, ya? Terus kakaknya juga kepengen, akhirnya merengek nangis, ikutan minta terus gak dikasih, ya? Hahaha ...," godanya."Apaan sih, Mas Reyhan ini, Dhea itu anakku bukan adik ku! lagian siapa juga yang rebutan jajan?" protesku kesal mendengar ejekan yang terus dilontarkannya setiap kali dia melihatku sedih."What? Anak? Kalian itu pantesnya adik-kakak, karena usianya gak beda jauh hahaha ... makanya dulu kalau masih kecil jangan buru-buru nikah terus punya anak! Akhirnya gak ada yang percaya,kan, kalau itu anaknya? Terus kalau anaknya nangis minta jajan, ibunya juga ikutan nangis pengen jajannya juga!" ejeknya panjang kali lebar s
last updateLast Updated : 2021-06-05
Read more
Bab 4
 *** MASIH POV RIA***Di rumah dengan lincah kupersiapkan menu makan malam, walau hanya seadanya.Tak sadar aku senyum-senyum sendiri mengingat candaanku dengan Reyhan tadi, aku sebenarnya tak tega mengolokinya seperti tadi, tapi itu di luar kendaliku.Kata-kata itu seperti lolos begitu saja dari mulutku, aku jadi bisa tertawa lepas melupakan kesedihan.Terima kasih tuan Reyhan Pratama, kau adalah malaikat tak bersayapku. Selama empat tahun ini sudah banyak membantuku.Seperti hari-hari kita yang penuh kekonyolan, saat pertama berjumpa pun dengan cara yang konyol.Aku yang saat itu tengah berjalan menggandeng Dhea yang sudah kelelahan. Saat itu matahari tengah teriknya. Aku dan Dhea terus mencari kost-an kosong untuk kami tinggali di kota asing ini, karena kasihan melihat putri kecilku kepanasan juga kelelahan, akhirnya aku berinisiatif mencari ojek saja biar lebih cepat dapat kost yang nyaman dan sesuai budget.Saat lewa
last updateLast Updated : 2021-06-05
Read more
Bab 5
" Assalamualaikum, Mama ... Dhea pulang!" teriaknya lalu berlari menuju kipas angin yang ada di kamar, kemudian menyalakannya, mungkin kegerahan.Suara Dhea mengagetkan lamunanku, membuatku kembali konsentrasi memasak menu makan malam."Waalaikumusalam, Sayang, udah pulang? Mana Om Reyhan?""Itu di luar, Ma, Om Reyhan ketinggalan, kalah cepet larinya sama Dhea, hihihi...," kelakar Dhea bahagia.Selalu, Reyhan pasti selalu punya cara untuk membuat Dhea senang. Dia pasti mengalah untuk anak itu."Assalamualaikum, hem ... harum banget baunya, masak apa, sih?" Yang dibicarakan datang, kemudian masuk dan duduk di depan tv yang sekaligus menjadi ruang tamu di mess ini.Mess ini memang tidak terlalu besar, hanya terdiri ruang tamu sekaligus yang kufungsikan sebagai ruang tv, satu kamar tidur, ditambah satu dapur kecil yang bersebelahan dengan kamar mandi minimalis. Tidak ada sofa, hanya karpet berukuran sebesar ruang tamu yang terbentang.Me
last updateLast Updated : 2021-06-05
Read more
Bab 6
"Maafkan aku yang sudah meragukanmu, Ria, aku terpengaruh oleh ucapan ibuku," sesalnya."Itulah kebodohanmu, Mas, kamu hanya mendengarkan ibumu tanpa mendengar penjelasanku. Aku sangat sakit hati akan hal itu, Mas!" Bibirku bergetar menahan rasa marah yang selama ini kupendam."Maaf Ria, maaf ... tapi aku sudah tahu semuanya yang telah terjadi, ibu sudah menjelaskan segalanya sebelum beliau meninggal," isaknya."Innaillahi wa innaillahi rojiuun, apa, ibu meninggal, Mas? Kapan?" tanyaku kaget mendengar berita kematian mertuaku. Meski beliau pernah menyakiti hatiku tapi aku tetap menghormatinya."Dua tahun yang lalu, ibu juga berpesan ingin meminta maaf padamu dan juga Dhea. Ibu menyesal atas semua perlakuannya kalian. Andaikan bisa, beliau ingin bersujud meminta maaf langsung padamu. Namun, setelah mengucapkan keinginannya itu beliau sudah dipanggil Allah terlebih dahulu," terangnya sambil matanya menerawang."Lalu Marissa? Dan Diego itu bukankah be
last updateLast Updated : 2021-06-05
Read more
Bab 7
Tak tahan lapar, akhirnya kuputuskan menuju meja makan, kemudian mulai membuka tudung saji tanpa menghiraukan hadirnya Marissa.Dengan tenang dan diam kuambil piring lalu menyendokkan nasi ke piring, Namun tiba-tiba tangan Marissa mencekalku."Sini, Sayang, biar aku ambilin, aku 'kan harus belajar melayani calon suamiku," ucapnya sambil meraih piring dari tanganku yang malah kutepis."Tak usah aku bisa sendiri! Calon suami? Ingat ya, sampai kapan pun aku tak 'kan sudi menikah denganmu!" Kupandang dia dengan sorotan tajam, beranjak duduk di kursi ujung menjauh darinya kemudian makan dengan lahapnya."Sialan! Awas saja Dio, kamu boleh sombong sekarang, tapi lihat saja nanti, kamu akan jadi milikku dan setelah itu akan kubalas perbuatanmu ini," gumam Marissa yang masih bisa terdengar tanpa kuhiraukan.Selesai makan aku menonton tv, setelah bosan kuputuskan menuju kamar untuk tidur saja, tapi saat sampai di depan pintu kepalaku terasa sangat berat dan
last updateLast Updated : 2021-06-05
Read more
Bab 8
Itulah sebabnya hingga kini kupilih berdiam diri sambil mencari bukti bahwa semua yang diucapkan ibu itu salah. Namun, aku bisa apa? Ibu selalu mengancam akan pergi dari rumah bila aku tak percaya dan berani melawannya.Ah, betapa lemahnya diriku ini sebagai lelaki, di satu sisi ingin tetap bersamamu karena jujur aku masih sangat mencintaimu, tapi kenapa kamu malah mengkhianatiku, Ria, dan kamu kenapa selalu berlaku buruk pada ibuku yang juga sangat aku sayangi.Sedangkan di sisi lain aku selalu tak bisa membantah ibu, karena telah terikat janji pada almarhum ayah untuk terus mengikuti apa yang dikatakannya dan tidak akan pernah membantah maupun menyakiti hatinya. Meski terpaksa harus kulanggar saat itu dengan terpaksa untuk menikahimu tanpa restunya sekalipun karena besarnya rasa cintaku padamu. Harusnya kamu mengerti dan membalas pengorbananku dengan juga menurut padanya. Namun kini seakan sia-sia semuanya, semua gara-gara aku berbuat bodoh demikian."Kamu uda
last updateLast Updated : 2021-06-06
Read more
Bab 9
"Dio, aku sadar aku memang tak berarti untukmu. Tapi, demi anak yang ada dalam kandungan ini kumohon nikahi aku, walau hanya secara siri aku rela asal anakku saat lahir nanti mempunyai seorang papa. Aku tak ingin digunjing orang telah hamil tanpa suami, jangan buat orangtuaku malu, Dio," rengek Marissa yang tengah menangis di depanku."Ah, kenapa sih, kamu gak nolak saat itu?" Aku sangat frustasi. Sementara Marissa terus terisak."Aku mohon demi anak ini, Dio, kasihanilah dia yang tak berdosa.""Apa yang dikatakan Marissa itu benar, Dio. Kamu harus secepatnya menikahi Marrisa walau hanya secara siri sampai Ria di temukan, lalu ceraikanlah Ria kemudian menikahlah secara sah hukum negara dengan Marissa! Ingat yang ada dikandungannya itu anak kandungmu, cucu ibu!" bela ibuku."Apa, Bu? Itu semua tidak mungkin. Aku akan menikahi Marrisa, tapi tolong jangan menyuruhku menceraikan Ria! Dan kamu Marrisa, harus kamu tahu aku menikahimu hanya semata-mata demi anak
last updateLast Updated : 2021-06-07
Read more
Bab 10
Kucoba berkali-kali menghubungi ponsel Marrisa, tapi tak dijawabnya, kukirimi dia pesan berkali-kali namun masih belum ada balasan.Hingga saat aku mulai menyerah tiba-tiba Marrisa mengangkat teleponku."Marrisa cepatlah ke rumah sakit, Diego sedang sakit dan membutuhkan tranfusi darah," jelasku saat dia menjawab panggilan yang entah ke berapa kali itu."Tinggal ditranfusi aja apa sih, susahnya?Kamu kan, bisa ngatasi sendirian. Aku masih sibuk, masih liburan di Bali jadi tidak bisa pulang sekarang," jawabnya ketus tanpa rasa khawatir."Tapi golongan darahku gak sama dengan Diego, aku O sementara Diego A--""Cari ke PMI 'kan bisa, gitu aja kok repot!" potongnya."Stocknya lagi habis, ini darurat Marrisa pokoknya sekarang juga kamu harus pulang!" perintahku tegas."Mana bisa? Aku pulang pun percuma karena golongan darahku juga O, jadi ...." Marrisa menghentikan ucapannya."Kalau aku O dan kamu juga O, kenapa bisa  Diego A, h
last updateLast Updated : 2021-06-07
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status