Beranda / Romansa / Tunangan Kontrak Presdir Tampan / Bab 7 - Malam Panas, Hilang Keperawanan

Share

Bab 7 - Malam Panas, Hilang Keperawanan

Penulis: Ainjae
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-17 22:42:27

Lydia pikir, Marcell mungkin tak akan sudi menyentuhnya kalau dia sudah disentuh oleh pria lain.

“Perfect!”

Lydia menatap cermin, menampilkan pantulan dirinya yang mengenakan dress seksi setengah paha, berbelahan dada rendah, dan punggungnya terbuka. Dress berwarna merah menyala, dia juga memakai make up tebal dengan lipstik berwarna merah.

“Bukankah aku sudah seperti wanita nakal?” kata Lydia ke dirinya sendiri.

Ini sungguh bukan dirinya, tapi Lydia ingin membangkang untuk malam ini, untuk pertama kalinya setelah dua tahun pernikahan mereka.

Lydia mengenakan cardigan panjang untuk menutupi tubuh seksinya, kemudian ke basement untuk mengambil salah satu mobil Marcell.

Lydia kemudikan mobil itu sendirian, membelah jalan raya di malam hari.

Tiba di dalam sebuah night club, cahaya remang-remang dan musik yang memekakkan telinga menyambutnya. Lydia berkeliling sambil menatap sekitar, mencari seorang pria yang sekiranya bisa dia jadikan teman tidurnya malam ini.

Belum ada pria yang menarik perhatiannya, Lydia putuskan untuk duduk-duduk dulu sambil memesan minum, strawberry margarita.

Dia menyesap minuman beralkohol itu sambil mengamati sekeliling. Hingga tiba-tiba sudut matanya melihat seorang pria yang tak asing baginya.

Tunggu! Itu ‘kan …

Lydia bergegas mengikuti pria itu, barusan mirip dengan pria bermata biru yang dia temui di galeri seni.

“Tunggu sebentar, sir!” panggil Lydia.

Pria itu tidak berhenti berjalan, menoleh pun tidak. Dan entah mengapa, langkah Lydia menuntunnya untuk terus mengikuti pria itu.

Pria itu menuju ke lantai atas, memasuki salah satu ruang VIP. Tanpa berpikir panjang, Lydia menerobos masuk ke ruang VIP tersebut, tatapannya langsung bertemu dengan pria bermata biru yang sedang duduk di sofa panjang berbahan dasar kulit premium.

Ruang VIP yang mewah kini hanya diisi oleh dua orang. Lydia berjalan mendekat ke arah pria itu, tak mempedulikan tatapan tajam yang tertuju padanya.

“Siapa kamu? Berani sekali masuk ke sini,” tanya pria itu.

“Anda pasti masih ingat saya ‘kan? Di galeri seni. Saya seorang pelukis.”

Mata biru pria itu masih menyorot tajam ke Lydia, lebih tepatnya ke tubuh seksi Lydia yang terekspos. Dia menatap Lydia dari atas sampai bawah.

Lydia merasa panas diperhatikan seintens itu.

Dan, keterdiaman pria itu Lydia artikan sebagai ‘ya’, bahwa sang pria masih mengingatnya.

“Apa tujuanmu mendatangi saya?” tanya pria itu, masih tampak tenang.

Dengan gerakan menggoda, Lydia berjalan mendekati pria itu. Dia bahkan melempar senyum seduktif.

Beruntung sekali dia bertemu dengan pria yang menarik perhatiannya ini. Rencana gila Lydia adalah mengajak ‘tidur’ pria itu malam ini.

“Ayo berhubungan s*ks dengan saya!” ajak Lydia.

Pria itu mengangkat alis, tampangnya masih tenang, meskipun sorot matanya makin tajam memandang Lydia.

“Saya masih perawan, sir. Take my virginity, please,” mohon Lydia, meminta keperawanannya diambil.

Lydia tahu dia sudah gila, tapi dia melakukan ini karena kesabarannya sudah habis.

Untuk sesaat, Lydia bisa melihat sorot kaget di mata pria itu. Namun, benar-benar singkat, hanya sekitar dua detik sebelum ekspresinya kembali normal dan datar.

“Saya nggak berhubungan badan dengan wanita sembarangan,” ujar pria itu.

“Saya bukan wanita sembarangan.”

Lydia dengan tak tahu malunya atau mungkin juga sudah terpengaruh alkohol yang ditegaknya, duduk di pangkuan pria itu, kemudian menarik tangan sang pria dan diletakkan di atas bukit kembarnya.

“F*ck me, sir,” bisik Lydia dengan sensual lantas mengigit daun telinga pria itu.

Tak cukup sampai di situ, Lydia sengaja menggerakkan bokongnya di atas pangkuan pria itu hingga burung tempur sang pria pun bangkit.

“Sh*t!” umpat pria itu.

Pria itu menggeram rendah, dia terpancing. Tanpa berkata apa pun, dia meraih wajah Lydia lalu menyambar bibir berbalut lipstik merah itu. Ciuman berlangsung ganas, tanpa ampun, Lydia sampai kewalahan.

Dengan gerakan cepat, pria itu membalik posisi, merebahkannya di sofa lalu menindihnya.

“Aaaa!” Lydia menjerit, kaget.

“Kalau saya nggak bisa berhenti, ini salahmu karena menggoda saya,” bisik pria itu dengan suara serak dan makin berat.

Lydia terbelalak ketika pria di hadapannya ini membuka jasnya, hanya menyisakan kemeja yang membalut pas di badan. Dia melepas beberapa kancing kemeja atas, hanya begitu, tapi mampu membuat Lydia panas dingin. Dia sungguh pria yang sempurna!

Lydia tak bisa lagi berpikir jernih ketika tangan besar nan panas milik pria itu menggerayangi tubuhnya, kemudian melucuti pakaiannya hingga dia polos tanpa sehelai benangpun.

Ketika pria itu kembali mencumbunya, kemudian cumbuan itu turun hingga ke bukit kembarnya, Lydia tak bisa menahan diri untuk tak mendesah.

“Panggil saya Damian, desahkan nama saya,” bisik Damian.

“Ah … Damian, terus …”

“F*ck! Lydia …”

Lydia merinding, namanya disebut oleh Damian. Itu artinya, Damian memang masih mengingatnya, mungkinkah masih menyimpan kartu namanya juga?

Namun belum sempat berpikir lebih lanjut, Lydia dibuat terbang ke awang-awang oleh Damian.

 "Ah..."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 8 - Kabur?

    "Gila!" batin Lydia memikirkan semua. Dia dan Damian sudah mencapai puncaknya,tapi permainan belum barakhir.Damian membawanya ke hotel, kemudian berlanjut menggempurnya di ronde berikutnya. Lydia dibuat menjerit nikmat di kamar hotel, melakukan hubungan terlarang itu untuk yang kedua kalinya.Di pagi hari, Lydia terbangun dengan tubuh yang terasa begitu lelah, tulang-tulangnya seperti mau copot! Dan bagian bawahnya terasa nyeri.“Awh!” pekik Lydia ketika akan beranjak duduk.Lydia meringis, dia bangun perlahan sambil melirik di sebelahnya. Sosok Damian masih memejamkan mata, tidur dengan tampang tenang.Tatapan Lydia lantas tertuju ke dada bidang Damian yang terekspos, Damian masih belum mengenakan pakaian.Glek!Lydia meneguk ludahnya dengan kasar. Wah … betapa indahnya tubuh Damian, membuat keinginan Lydia untuk melukis tubuh telanjang itu muncul lagi.Lydia menggeleng, berusaha menyadarkan dirinya. Ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan itu. Sekarang dia harus segera kabur se

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 9 - Tawaran Lydia

    Jantung Lydia berdegup kencang, dadanya naik turun dalam ritme tak terkendali. Tenggorokannya mendadak kering, seolah kata-katanya tersangkut di sana, enggan keluar.Keterkejutan melandanya begitu dalam hingga Lydia hanya bisa kembali membisu, berdiri mematung di hadapan Damian.Sedangkan Damian tampak tenang, memandang Lydia dengan sorot yang sulit diartikan.“Kita bertemu lagi,” ucap Damian.Suara Damian yang dalam membuat Lydia tersentak, lamunannya buyar.Lydia berdehem. Hanya mendengar suara Damian pun membuatnya merasa tergoda, nada yang rendah dan sedikit serak membuatnya berdesir. Sejenak, Lydia lupa cara bernapas.Sial!Ada apa dengan dirinya? Lydia baru pertama kali merasakan hal seperti ini, bahkan dengan Marcell pun dia tidak pernah merasakannya. Apa mungkin karena malam itu mereka sudah menghabiskan kegiatan panas bersama?“Ya, kita bertemu lagi,” sahut Lydia, memaksakan senyum yang terkesan kaku. “Anda di sini …”Ingin sekali Lydia bertanya, mengapa bisa Damian ada di si

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 10 - Sindiran Pedas Damian

    Damian mengernyit. “Balas dendam?”“Ya. Detailnya akan saya jelaskan nanti, kita harus bertemu di tempat lain, hanya berdua. Anda masih menyimpan kartu nama saya ‘kan?”Damian mengangguk singkat.“Kalau begitu, hubungi saya saat Anda setuju, kita bisa langsung bertemu dan membicarakan detailnya.”Lydia tidak melihat perubahan di raut wajah Damian, masih tampak datar. Berbeda sekali dengan malam itu, dia bisa melihat raut kenikmatan di wajah Damian.Astaga, apa yang dia pikirkan?! Ini bukan waktunya untuk memikirkan hal mesum.“Lalu apa yang saya dapatkan dengan membantumu? Selain kamu menjadi tunangan pura-pura saya. Tanpa kamu pun saya bisa mencari wanita lain,” ujar Damian.Lydia meneguk ludah. Dari perkataan Damian, seolah Damian ingin dia membuktikan ‘nilai’ dirinya di hadapan Damian, apakah dia benar-benar berguna atau tidak? Nada bicara Damian pun terkesan menuntut dengan aura mengintimidasi, berbeda dengan malam itu.“Harus saya, anda nggak akan kecewa kalau memanfaatkan saya.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 11 - Pria Licik yang Tamak

    “Anda mengenal suami saya?” tanya Lydia, dia berusaha tenang dan menahan sakit hati atas perkataan pedas Damian padanya.“Tentu.”“Boleh saya tahu anda siapa?”Karena Damian sudah mengulik tentangnya, dia juga berhak tahu tentang Damian ‘kan? Sebelum mereka bekerja sama.Lydia memperhatikan Damian yang mengeluarkan kartu nama pria itu lantas menyodorkan ke hadapannya.Lydia mengambilnya dan mulai membacanya. Beberapa detik kemudian, dia nyaris dibuat menganga.Damian Bradley Anderson. Tertulis nama lengkap Damian di situ.“I-ini …”Lydia meneguk ludah. Damian dari Anderson Group? Keluarga konglomerat yang masuk ke dalam daftar sepuluh besar orang terkaya di negara ini? Apa Damian salah satu penerusnya?Selama ini, yang Lydia tahu, mengenai perusahaan milik Anderson Group di dalam negeri dipimpin oleh generasi kedua yang itu artinya ayah Damian, apa sekarang sudah beralih ke Damian yang merupakan generasi ketiga?Dan, sepertinya benar, dilihat dari kartu nama Damian, tertera kalau pria

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 12 - Kesepakatan dengan Sang Presdir

    Namun, apa pun itu syarat dari Damian, Lydia bersedia. Justru bagus kalau seperti yang Damian katakan.“Saya bersedia melakukan apa pun selama bisa menjatuhkan Marcell. Senang mengetahui kalau kita punya musuh yang sama,” ungkap Lydia lantas tersenyum.Damian tidak merespon, tapi bisa Lydia lihat sudut bibir Damian sedikit tertarik ke atas seperti sedang tersenyum tipis.“Tapi kenapa anda nggak mencoba untuk mengakuisisi perusahaan Marcell secara damai?” tanya Lydia dengan tampang penasaran.“Saya pernah menawarkan kesepakatan bisnis, melakukan merger dan memberi janji kalau Marcell tetap bisa menjabat di posisi tertentu. Tapi nggak mudah, apalagi ayahnya, mereka menolak tegas.”Lydia manggut-manggut, meskipun tak terlalu paham karena dia tak peduli dengan apa yang Marcell kerjakan, tapi sepertinya memang rumit. Kedengarannya sih begitu.“Memakai cara dengan membeli saham mayoritas pun nggak bisa, karena saat ini pemegang saham utama adalah ayah Marcell, dan di bawahnya ada Marcell se

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 13 - Meminta Izin Marcell

    “Saya juga nggak akan menggoda anda lagi, dan nggak mau disentuh lagi. Dasar menyebalkan!” seru Lydia.Namun, tentu saja Lydia bicara begitu setelah Damian pergi dari sini. Dia tak mungkin mengutarakannya saat masih ada orangnya.Setelah kepergian Damian yang dengan tak berperasaan pergi lebih dulu dan meninggalkannya, Lydia yang tak ingin berlama-lama pun juga beranjak dari sana usai menghabiskan makanan dan minuman.“Berapa totalnya?” tanya Lydia saat akan membayarnya.“Sudah dibayar semua,” jawab pekerja di restoran tersebut.Lydia manggut-manggut. Tidak mengherankan, dia pun hanya berjaga-jaga bertanya begitu, pasti Damian sudah membayar. Justru aneh kalau Damian membiarkan Lydia yang membayar semuanya.Dalam perjalanan kembali ke rumah, Lydia berdebar-debar menantikan apa saja yang akan dia dan Damian lakukan ke depannya.Sudut bibir Lydia tertarik ke atas membentuk seringaian tipis. Dia tidak sabar menanti kehancuran keluarga Marcell dan keluarganya. Sudah lama dia ingin melihat

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 14 - Kepergok Damian, Wanita Aneh

    “Marcel …” geram Lydia.“Apa kata orang-orang kalau istriku bekerja di perusaahaan sainganku? Ini soal reputasiku juga, Lydia,” tegas Marcell dengan tampang serius.“Aku hanya akan menjadi karyawan biasa. Ada ribuan pekerja lain di sana, jadi mereka nggak akan tahu aku istrimu. Nggak semua orang hapal denganku, bahkan banyak yang nggak tahu tentang sosok istri Marcell. Iya ‘kan?”Lydia membatin, bahkan sepertinya lebih banyak orang yang tahu sosok jalang Marcell daripada istri Marcell.Marcell mendengkus. “Dari sekian banyak perusahaan, kenapa harus di sana, Lydia?”“Karena di sana yang saat itu sedang buka lowongan pekerjaan, kebetulan aja aku diterimanya di sana," dusta Lydia. Dia baru tahu kalau dirinya pintar mengarang.“Bagaimana kalau aku tetap menolak?”“Aku akan tetap berangkat,” ujar Lydia.Pasangan suami istri itu saling pandang dengan raut yang sama-sama serius, mereka seperti bersiap untuk berdebat dengan alot.Namun, sebelum itu terjadi, Lydia kembali berusaha meyakinkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 15 - Anda Indah, Iseng Menggoda

    Lydia malu setengah mati! Dia salah tingkah dan tanpa pikir panjang mengambil sushi yang jatuh ke kotak menggunakan tangannya, tanpa sumpit, kemudian langsung dia lahap.Namun, karena terburu-buru, dia sampai tersedak.Uhuk-uhuk!Lydia tersedak semakin menjadi-jadi ketika melihat Damian mendekatinya. Dia pikir Damian mau apa, ternyata pria itu menyodorkan minum ke arahnya.“Minum perlahan,” suruh Damian.Lydia mengangguk lalu menerima minum dari Damian dan menegaknya sembari menahan malu dengan wajah yang sudah semerah tomat busuk.Setelah lebih tenang, Lydia melirik Damian dengan canggung, pria itu duduk di hadapannya.“Terima kasih,” ucap Lydia, tak menduga akan mendapatkan kepedulian dari Damian. Well … memberikan minum termasuk bentuk peduli kan?“Hm.”Damian hanya bergumam singkat dan mulai fokus menyantap makanannya.Lydia yang masih menyisakan perasaan mal

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08

Bab terbaru

  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 55 - Hasil Akhir Lukisan, Keraguan

    “Bunga dari siapa itu?”Lydia langsung melunturkan senyumnya saat baru saja menginjakkan kaki di dalam rumah.Marcell menghadangnya, menanyakan bunga dari Damian yang dia bawa ke rumah. Tentu saja, Lydia tak berniat membuang sebuket bunga ini.“Dariku, aku beli sendiri,” jawab Lydia, berbohong.“Sejak kapan kamu suka beli bunga?” heran Marcell.“Sejak hari ini,” jawab Lydia cuek.Marcell mengamati Lydia dengan tampang curiga. Sejujurnya, akhir-akhir ini Lydia memang aneh, seperti ada banyak hal yang wanita itu sembunyikan darinya.Lydia tak mempedulikan Marcell, dia yakin tak akan ketahuan kalau hanya perkara bunga.Saat tiba di kamar, dia menaruh bunga pemberian Damian di vas sambil memandanginya dan tersenyum-senyum sendiri.Lydia membuka ponsel, mengecek kalender di sana. Dia hampir lupa, pameran seni lukis di Prancis dimajukan, tak lama lagi. Dia harus segera menyelesaikan lukisan.Dia harap Marcell ada acara lagi di luar agar dia bisa membawa Damian ke rumah untuk menyelesaikan l

  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 54 - Bertindak Romantis

    Damian dan Lydia masih berada dalam pelukan setelah ciuman lembut yang mereka bagi. Ruangan terasa hangat oleh napas mereka yang saling bersahutan dalam jarak dekat.Damian menempelkan bibirnya ke pelipis Lydia, mengecupnya. Dia lantas menarik tubuh wanita itu lebih dekat.“Kamu sepertinya lebih kurus,” gumam Damian sambil mengamati dan mengelus tubuh Lydia. “Jangan diet.”“Aku nggak mau gendut.”“Kamu nggak gendut. Makanlah yang banyak, jangan ditahan-tahan.”Lydia mengangguk. “Tapi sepertinya bukan aku yang kurus, badanmu yang terlalu besar, kamu terlalu kekar.”Damian terkekeh.Jemarinya bergerak lembut menyisir rambut Lydia yang terurai lalu berhenti di dagu wanita itu, mengarahkan agar menatapnya.Mata biru Damian bergerak menelusuri wajah Lydia dalam keheningan. Lydia memang balas menatapnya, tapi tampak tak terlalu fokus, pikirannya seperti terbagi ke hal lain.“Ada apa, hm?” tanya Damian dengan lembut, hal yang jarang sekali dia lakukan bahkan kepada keluarganya sendiri.“Aku

  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 53 - Cuddle

    Panik, Lydia bergerak makin menjauh dari tubuh Damian.“Ada yang datang,” bisik Lydia.Damian mengangguk. “Kamu tetap di sini.” Dia lantas merapikan penampilan dan memasang tampang datarnya. “Masuk!”Sosok yang mengetuk pintu ruangan Damian masuk ke dalam. Bukan Felix, melainkan seorang direktur operasional di perusahaan tersebut.Mendapati Damian berduaan di ruangan dengan Lydia, dia tak curiga karena mereka terlihat biasa saja, tampak formal seperti atasan dan bawahan.Lydia berusaha bersikap profesional, mendampingi Damian yang sedang membicarakan terkait pekerjaan dengan sang direktur operasional.Lydia merasa lega. Untung saja tadi tak ketahuan. Dia terlalu nekat bermesraan di kantor kan?*Memang, mereka tak bisa berduaan lagi sampai pulang kerja. Tapi, pasangan terlarang itu tak mau menyia-nyiakan waktu saat Marcell dan Adel tak ada di rumah.Seperti malam ini misalnya, Lydia langsung mengundang Damian ke rumahnya, seperti biasa melukis di paviliun.Kali ini, ke sesi berikutnya

  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 52 - Hari Pertama sebagai Pasangan

    "Apa ada hal baik yang terjadi?” tanya Marcell.Pagi ini, Marcell sedang sarapan bersama Lydia dan Adel. Namun, fokusnya terus tertuju pada Lydia yang tak berhenti tersenyum, bahkan entah kerasukan apa, wanita yang masih berstatus istrinya itu menyapanya dan Adel dengan ramah.Padahal, biasanya Lydia hanya diam dengan tampang dingin.“Hm?” sahut Lydia, diam sejenak.Pikirin Lydia masih dipenuhi oleh Damian yang semalam. Senyum pria itu, tatapannya, genggaman tangannya, dan tentu saja ciuman mereka sebagai pasangan.“Ah, hal baik. Ya, tentu saja ada,” jawab Lydia.“Tentang lukisanmu?”Lydia mengangguk, berbohong. Entah akan sekaget apa Marcell kalau tahu hal baik yang dia maksud adalah jadian dengan Damian.“Aku sudah selesai,” ujar Lydia lalu beranjak dari kursinya, dia lantas menatap Adel dengan senyum elegan. “Makanlah yang banyak, agar bayimu nggak kekurangan gizi.”Adel menggenggam alat makan erat-erat. Dia kesal mendengar kalimat Lydia yang entah mengapa seperti ejekan baginya, d

  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 51 - Sealed with a Kiss

    Suasana di dalam ruangan mendadak sunyi. Lydia menatap Damian dengan perasaan campur aduk. Dia merasa terkejut, tak percaya, dan jantungnya berdebar begitu cepat hingga dia khawatir Damian bisa mendengarnya.“Damian …” Lydia mengerjapkan mata. “Apa kamu serius?”Damian tidak menjawab dengan kata-kata, hanya menatap Lydia dengan intens.Tatapan itu … Lydia tak bisa mengabaikannya. Ada sesuatu yang berbeda di sana, bukan sekadar ketertarikan, tapi lebih dalam dari itu.Damian menyandarkan tubuhnya ke kursi, tangannya masih memegang segelas wine yang berisi sisa minuman yang belum disentuhnya lagi. Dia tidak main-main dengan ucapannya barusan.“Aku serius, Lydia. Aku ingin menambahkan satu poin dalam kontrak kita. Aku ingin ada kemungkinan bagi kita untuk memiliki hubungan romantis sungguhan, bukan sekadar akting.”Lydia merasa tubuhnya melemas. Ini terlalu mendadak. Dia bahkan masih memproses fakta bahwa Damian menyukainya.“Tapi …” Lydia terdiam sejenak. “Ini terlalu mendadak buatku. A

  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 50 - Confess? Kesepakatan Ulang

    Damian tampak terguncang setelah meresapi perkataan Felix. Dia bahkan membuat Felix khawatir ketika akan pamit pulang.“Anda mau saya antar?” tawar Felix yang merasa tak tega.“Nggak,” tolak Damian.Di dalam mobil, Damian mengusap wajahnya dengan kasar.DIa tidak menyukai perasaan tidak pasti seperti ini. Selama ini, segala sesuatu dalam hidupnya berjalan sesuai rencana, terkontrol, logis, terstruktur. Dan mayoritas berkaitan dengan pekerjaan.Tapi, sosok Lydia… bagi Damian seperti badai. Masuk ke dalam hidupnya tanpa aba-aba, mengguncang segalanya, dan membuatnya merasa tidak menentu seperti sekarang.Di tempat tidurnya, apakah Damian bisa tidur nyenyak setelah mendapatkan pencerahan dari Felix? Oh, tentu saja, tidak. Dia malah semakin sulit tidur. Terjaga terus-menerus dan makin memikirkan Lydia.Damian menatap jam dindingnya, sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Ini gila!Akhirnya, dia bangkit dari tempat tidur, berjalan menuju dapur, dan menuangkan segelas whiskey. Dia menyesapn

  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 49 - Perasaan Terlarang yang Sama

    Damian menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Seharusnya dia bisa tidur nyenyak setelah menghabiskan malam panas yang luar biasa dengan Lydia, tapi justru sebaliknya. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.Lydia. Wanita itulah penyebabnya.Nama Lydia terus berputar di benaknya dan di pikirannya. Wajahnya. Senyumnya. Cara dia bicara, cara dia melukis, cara dia menatapnya dengan raut serius. Dan tubuhnya yang terasa begitu pas di dalam pelukannya.Damian menghela napas, menatap tangannya. Dia masih teringat bagaimana rasanya menyentuh kulit Lydia. Hangat. Lembut. Menyebabkan kecanduan.Sialan!Dia bukan tipe pria yang terobsesi pada wanita. Tapi Lydia... wanita itu berbeda. Namun, mengapa harus istri Marcell?“Sepertinya aku mulai gila!” geram Damian pada dirinya sendiri.Tadi di pagi harinya usai ikut sarapan bersama Lydia, dia langsung pamit pulang. Dia tak sanggup berlama-lama lagi dengan Lydia, dia khawatir perasaan aneh ini berkembang semakin besar.Damian merasa bahwa

  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 48 - Jatuh Cinta?

    Hujan masih turun rintik-rintik ketika Damian dan Lydia berbaring di atas kasur dengan napas terengah usai pertempuran panas selama dua ronde.Angin dingin berembus pelan, membawa aroma tanah basah dan sisa hujan yang menenangkan.Lydia terbaring di samping Damian, tubuhnya dibalut selimut. Dia menatap wajah pria itu dalam keheningan. Rambut Damian berantakan, matanya setengah terpejam, tapi tatapan mata birunya masih terfokus pada Lydia seakan ingin menghafal setiap detail wajahnya.Jemari Damian terangkat, menyentuh wajah Lydia dengan lembut. Ibu jarinya mengusap pipi wanita itu, turun ke sepanjang rahang, lalu berhenti di dagunya."You’re so pretty, Lydia," suara Damian terdengar rendah dan penuh kelembutan. "Saya masih nggak nyangka wanita sempurna sepertimu diselingkuhi."Lydia hanya diam. Tapi, dia merasa dadanya kembali berdebar hebat usai mendengar kalimat Damian yang seperti pujian baginya. Atau, itu memang benar pujian yang tulus?Astaga, rasanya pipi Lydia memanas. Dia sala

  • Tunangan Kontrak Presdir Tampan   Bab 47 - Kegiatan Panas di Kala Hujan

    Damian mencium Lydia dengan tenang, tak terburu-buru, seakan menikmati setiap detik yang ada.Satu tangan Damian berada di pipi Lydia, sedangkan tangannya yang lain melingkar di pinggang wanita itu, menariknya lebih dekat.Lydia memejamkan mata, membiarkan dirinya tenggelam dalam cumbuan Damian yang memabukkan. Ditambah suasana yang sungguh mendukung dengan suara rintik hujan.Lydia mengerang saat Damian memperdalam ciuman. Napas Damian yang bercampur dengan wangi khas tubuh pria itu tercium, rasa bibir Damian yang bergerak semakin intens membuat Lydia berdebar hebat.Damian menjeda ciuman, menjauhkan bibirnya dari bibir Lydia, menarik diri sejenak. Dia menatap Lydia yang masih terpejam dengan napas memburu."Lydia," bisiknya pelan, suaranya terdengar serak.Lydia membuka matanya perlahan, tatapan mereka bertemu dalam keheningan hujan.“Aku … nggak bisa berhenti,” ujar Damian.Lydia belum sempat menyahut, dan Damian sudah lebih dulu menciumnya. Lebih dalam, dan lebih dalam lagi.Lydia

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status