Chapter: Bab 97 - Our Daughter (End)Tahun pertama memimpin perusahaan tidaklah mudah. Tapi, Theo merasa beruntung karena didampingi oleh orang-orang yang baik yang mau membantunya. Untungnya, tak ada yang seperti Martin dalam memperlakukannya.Saat laporan keuangan kuartalan dirilis, laba bersih perusahaan yang mulai dipimpin oleh Theo turun sampai lebih dari sembilan persen, dan itu sempat membuat Theo tertekan. Meskipun bawahannya banyak yang menenangkannya, tapi Theo tetap kepikiran.“Nggak masalah, Pak Theo. Turun sembilan persen juga nggak terlalu besar untuk Pak Theo yang baru pertama kali menjabat,” ucap Brandon—sekretaris Theo.Theo menatap sekretarisnya yang sekarang itu, si Brandon. Dia direkomendasikan oleh sekretaris Martin, masih muda, dan merupakan adik dari sekretaris Martin. Sedangkan sekretaris Martin sudah ditempatkan di posisi lain yang tak kalah penting.“Tapi ini berdampak ke harga saham yang langsung anjlok,” sahut Theo. Saat ini dia sedang menatap grafik saham perusahaannya yang berada di fase down
Terakhir Diperbarui: 2024-08-03
Chapter: Bab 96 - Menjadi CEOSetelah mendengar cerita sekretaris Martin, Theo langsung mengusir pria itu. Theo takut lepas kendali dan emosi lalu menghajar sekretaris Martin, jadi lebih baik dia suruh pria itu pergi secepatnya.Selepas kepergian sekretaris Martin, Theo melemas, dia jatuh terduduk di sofa. Menunduk, dia mengusap wajahnya sambil menahan tangis.Felicia turut duduk di sebelah Theo, dia meraih tubuh Theo ke dalam pelukan, diusapnya lembut punggung Theo.“A-aku nggak nyangka, Mama …” Theo mulai terisak. Dia sedih membayangkan Mama kandungnya mengalami banyak penderitaan, bahkan meninggal karena diracun oleh Regina.Felicia tak sanggup berkata-kata, dia pun turut merasakan sedihnya. Sebagai istri Theo, dia hanya bisa terus mendekap Theo dan membiarkan Theo menumpahkan tangisnya.Namun, di saat kebenaran terungkap seperti ini, sayang sekali sang pelaku telah tiada. Regina bisa saja dipenjara atas perbuatannya kepada Mama kandung Theo, tetapi Regina telah meninggal.“Mama pasti menderita selama ini,” cic
Terakhir Diperbarui: 2024-08-02
Chapter: Bab 95 - Kebenaran“A-apa? Jangan bercanda!” seru Theo.Suara keras Theo mengejutkan semua orang, termasuk para tamu. Felicia juga merasa kaget, dia pun mengajak Theo untuk pergi dari keramaian bersama dengan sekretaris Martin yang mengikuti.“A-apa maksud ucapan anda tadi?” tanya Theo masih dengan raut kagetnya.Di sebelahnya, Felicia menggenggam tangan Theo, menguatkan Theo.“Saya nggak bercanda, Papa anda dan Mama tiri anda telah meninggal dunia,” jawab sekretaris Martin dengan raut sedih dan lelah yang tercetak jelas di wajahnya.Theo memang membenci Papanya, sangat. Tapi, kabar mendadak seperti ini tentu saja mengejutkannya.Sekretaris Martin lantas menjelaskan bahwa Martin telah mengetahui kabar pernikahan Felicia dan Theo. Martin berniat mencegatnya. Dan Regina pun mengikuti, berada dalam satu mobil yang sama dengan Martin.Namun, nahas, karena terlalu mengebut dan terburu-buru kemari, Martin dan Regina pun mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat.“Saat ini jenazah Pak Martin dan Bu Regina m
Terakhir Diperbarui: 2024-07-30
Chapter: Bab 94 - Hari Bahagia & Kabar MengejutkanSulit bagi orang tua Felicia untuk menerima kenyataan yang baru saja terjadi. Karena itulah mereka butuh waktu untuk mencerna dan menenangkan diri, begitu juga dengan William yang sejak tadi lebih banyak marah.Sekarang tinggallah Theo dan Felicia berdua di ruang tamu. Semua orang meninggalkan mereka usai terkejut.“The, apa ini akan baik-baik aja?” tanya Felicia dengan gurat kekhawatiran yang terlihat jelas di wajahnya.Theo mengangguk dengan senyum menenangkannya, ia meraih tangan Felicia, menggenggamnya, kemudian mengecup punggung tangannya.“Ya, kamu nggak perlu khawatir,” jawab Theo.Felicia membalas genggaman tangan Theo.“Soal Papamu … gimana?”Senyum Theo luntur seketika. “Papa pasti sedang sibuk mencariku di luar negeri. Nggak lama lagi pasti ketahuan kalau aku ada di sini. Karena itulah aku ingin menikahimu secepatnya, sebelum Papa muncul.”Felicia mengangguk.Tak lama, Marcell kembali ke dalam. Felicia langsung tersenyum kepada Marcell.“Marcell, makasih udah turut bicara d
Terakhir Diperbarui: 2024-07-27
Chapter: Bab 93 - Mengikhlaskan"Aku …”Felicia masih tampak ragu.“Please,” mohon Theo.Felicia mendongak, menatap wajah Theo yang terlihat semakin dewasa. Namun, sorot mata Theo tak berubah, sorot mata itu yang selalu meluluhkannya setiap kali Theo membujuknya.“Tapi, kamu tahu kan? Aku udah tunangan sama Marcell, udah mau nikah,” ucap Felicia.“Kalau kamu setuju, ayo kita bicara bareng ke Pak Marcell dan keluargamu. Ganti pengantin prianya jadi aku, aku siap menikahi kamu,” tegas Theo.Felicia nyaris melongo. Apa Theo serius? Sekarang ini Theo seperti sedang melamarnya saja.Felicia hendak bicara, tapi teringat kalau ia harus berangkat kerja, dan tak lama lagi adiknya serta orang tuanya akan keluar rumah.“Kita bicarakan lagi nanti malam,” kata Felicia.Theo mengangguk, terpaksa ia melepaskan tangan Felicia.*Malam harinya, Theo kembali mendatangi rumah Felicia, berdiri di depan gerbang. Ketika Felicia muncul, tiba-tiba Felicia menarik Theo berjalan pergi agak jauh dari rumahnya.Saat berhenti melangkah, tiba-ti
Terakhir Diperbarui: 2024-07-25
Chapter: Bab 92 - Permintaan MaafFelicia meremas nampan di tangannya. Ia menahan diri untuk tidak menangis melihat sosok Theo yang sudah lama tidak ditemuinya, dan menahan diri sekuat tenaga untuk tidak berlari menghambur ke dalam pelukan Theo.Pikir Felicia, Theo sudah melupakannya. Tak pernah sekalipun Theo memberi kabar, dan ia dibuat khawatir selama bertahun-tahun. Tapi, ternyata Theo masih baik-baik saja.“Kenapa kamu diam aja di situ? Kamu nggak lihat kalau di rumah saya sedang ada acara? Kamu bisa pergi sekarang,” usir Felicia sambil menatap tajam Theo.Theo membuka mulut, tapi menutupnya kembali. Ia amat terkejut sampai lututnya terasa lemas. Susah payah ia berjuang untuk kabur, mengumpulkan uang, untuk menemui Felicia, tapi respon Felicia malah begini.Marcell yang tak menyangka respon Felicia akan begitu pun merasa kasihan kepada Theo.“Feli, jangan begitu, Theo juga tamu,” kata Marcell sambil tersenyum untuk mencairkan suasana. “Biarkan Theo masuk dan duduk di dalam.”Felicia tak merespon, ia memalingkan p
Terakhir Diperbarui: 2024-07-25
Chapter: Bab 48 - Jatuh Cinta?Hujan masih turun rintik-rintik ketika Damian dan Lydia berbaring di atas kasur dengan napas terengah usai pertempuran panas selama dua ronde.Angin dingin berembus pelan, membawa aroma tanah basah dan sisa hujan yang menenangkan.Lydia terbaring di samping Damian, tubuhnya dibalut selimut. Dia menatap wajah pria itu dalam keheningan. Rambut Damian berantakan, matanya setengah terpejam, tapi tatapan mata birunya masih terfokus pada Lydia seakan ingin menghafal setiap detail wajahnya.Jemari Damian terangkat, menyentuh wajah Lydia dengan lembut. Ibu jarinya mengusap pipi wanita itu, turun ke sepanjang rahang, lalu berhenti di dagunya."You’re so pretty, Lydia," suara Damian terdengar rendah dan penuh kelembutan. "Saya masih nggak nyangka wanita sempurna sepertimu diselingkuhi."Lydia hanya diam. Tapi, dia merasa dadanya kembali berdebar hebat usai mendengar kalimat Damian yang seperti pujian baginya. Atau, itu memang benar pujian yang tulus?Astaga, rasanya pipi Lydia memanas. Dia sala
Terakhir Diperbarui: 2025-03-31
Chapter: Bab 47 - Kegiatan Panas di Kala HujanDamian mencium Lydia dengan tenang, tak terburu-buru, seakan menikmati setiap detik yang ada.Satu tangan Damian berada di pipi Lydia, sedangkan tangannya yang lain melingkar di pinggang wanita itu, menariknya lebih dekat.Lydia memejamkan mata, membiarkan dirinya tenggelam dalam cumbuan Damian yang memabukkan. Ditambah suasana yang sungguh mendukung dengan suara rintik hujan.Lydia mengerang saat Damian memperdalam ciuman. Napas Damian yang bercampur dengan wangi khas tubuh pria itu tercium, rasa bibir Damian yang bergerak semakin intens membuat Lydia berdebar hebat.Damian menjeda ciuman, menjauhkan bibirnya dari bibir Lydia, menarik diri sejenak. Dia menatap Lydia yang masih terpejam dengan napas memburu."Lydia," bisiknya pelan, suaranya terdengar serak.Lydia membuka matanya perlahan, tatapan mereka bertemu dalam keheningan hujan.“Aku … nggak bisa berhenti,” ujar Damian.Lydia belum sempat menyahut, dan Damian sudah lebih dulu menciumnya. Lebih dalam, dan lebih dalam lagi.Lydia
Terakhir Diperbarui: 2025-03-30
Chapter: Bab 46 - Ciuman di Kala Hujan“Kenapa kamu bertanya begitu? Kamu mencurigaiku?” tebak Marcell tepat sasaran.Lydia nyaris panik, tapi untungnya dia bisa mengontrol ekspresinya dengan cepat.“Bukan begitu, Marcell. Aku hanya nggak mau kamu terlibat dan aku juga turut terseret, aku ingin kehidupanku tetap tenang.”Marcell membuang pandangan, dia menegak winenya cukup banyak.“Kamu tenang aja, aku nggak akan mengusik kehidupanmu di tempat kerja.”Setelah mengatakan itu, Marcell beranjak pergi dari sisi Lydia.Lydia diam, mengamati kepergian Marcell dengan rasa penasaran. Baginya, Marcell seperti menggantung jawaban, tak memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan inti tadi. Kalau begini, dia malah curiga.“Nanti aku harus ceritakan ini ke Damian.”Lydia bergegas masuk ke kamarnya lalu mengunci pintu agar tak ada yang masuk. Dia menelepon Damian, berniat memberi tahu tentang obrolannya dengan Marcell. Tapi, Damian tak mengangkat panggilannya.Lydia mencoba lagi, dan masih belum diangkat. Mungkin Damian sibuk?Ak
Terakhir Diperbarui: 2025-03-29
Chapter: Bab 45 - Menginterogasi Marcell“Kamu bilang apa barusan? Saya nggak dengar jelas,” ujar mama Marcell.Lydia melirik Marcell yang sedang menatapnya tajam seolah mengode padanya untuk diam. Lydia hanya balas tersenyum tipis.“Bukan apa-apa, Ma. Hanya membicarakan makanannya enak,” dusta Lydia.Mama Marcell masih penasaran, karena sepertinya tadi Lydia bukan membicarakan soal itu. Tapi ya sudahlah, kembali ke topik utama.“Cukup pembahasan soal anak, Ma. Biar nanti aku dan Lydia memeriksakan kesehatan reproduksi kami ke rumah sakit,” ujar Marcell. Dia khawatir Lydia membocorkan soal Adel, jadi dia harus membela Lydia di sini kan?“Oke, mama tunggu kabar baiknya,” ujar mama Marcell.“Apa itu hal penting yang mau kalian bicarakan denganku?” tanya Marcell.“Bukan, nanti kita bicara berdua,” kata Papa Marcell.Lydia melirik sang papa mertua dengan sorot penasaran, apa hal pentingnya sampai mereka hanya akan bicara berdua? Sepertinya dia tak boleh tahu.Setelah makan malam bersama, Lydia tertahan di sofa, diajak mengobrol
Terakhir Diperbarui: 2025-03-28
Chapter: Bab 44 - Sindiran MertuaUsai mengenakan pakaiannya, meskipun dengan terburu-buru, tapi tak lama setelahnya Damian kembali seperti biasa. Tetap berwajah datar dan tak ada raut panik sama sekali.Dia mendekati Lydia, menyentuh pundak wanita itu.“Tetaplah tenang, Lydia,” ucap Damian karena Lydia terlihat panik sejak tadi, tak berhenti bergerak gelisah.Lydia menoleh, menatap Damian yang tampak santai. Padahal ini gawat!“Bagaimana bisa aku bisa tetap tenang di saat seperti ini? Ada Marcell di luar! Aku harus menyembunyikan kamu di mana? Nggak mungkin di bawah kasur, terlalu sempit.”Lydia menatap kasur kecil yang tak mungkin muat jika tubuh besar Damian bersembunyi di bawahnya. Tapi tak ada tempat lain lagi, lemari besar yang kosong pun tak ada di sini.“Aku nggak harus bersembunyi, kamu bisa bicara dengan Marcell tanpa harus membuka pintu kan?” ujar Damian.“Benar juga.”Lydia mulai lebih tenang.“Lydia! Bukan pintunya! Sedang apa sampai lama sekali?” tanya Marcell dari luar.Untunglah tadi Lydia sudah sempat
Terakhir Diperbarui: 2025-03-27
Chapter: Bab 43 - Oh, No! Ketahuan?“Kenapa, Sayang?” tanya Adel, memeluk lengan Marcell, bergelayut manja.Adel heran melihat Marcell yang tak berhenti menatap kepergian Lydia. Selain itu, dia juga merasa cemburu.“Bukan apa-apa,” jawab Marcell.Marcell tersenyum kepada Adel lalu kembali mengajak sang selingkuhan ke kamar.Sementara itu, di dalam kamarnya, Lydia duduk di depan meja rias, sedang menghapus make upnya. Dari pantulan cermin, dia menatap cincin berlian indah yang terkena cahaya lampu kamar.“Cantik banget cincinnya,” gumam Lydia, tanpa sadar mengulas senyum.Lydia kembali teringat saat Damian memasangkan cincin ini ke jari manisnya, dia sampai berdebar-debar seperti baru pertama kali mengalaminya. Padahal dulu dengan Marcell, dia tak merasa begitu.Tunggu, Marcell?!Lydia baru ingat, dia tak mengenakan cincin pernikahannya! Marcell tidak menyadarinya kan?“Sepertinya lebih baik aku pakai dua cincin,” ujar Lydia.Terpaksa, meskipun dia kurang suka karena jarinya merasa terganggu.Namun, entah mengapa, anehny
Terakhir Diperbarui: 2025-03-26
Chapter: Bab 16-Sorot Kecewa di Matanya“Kamu sudah siap untuk bertemu dengan Rendy?”Aku menoleh ke arah Edwin, menatap iris biru terangnya. “Ya, aku siap.”Bagaimanapun, aku harus siap menghadapi ini. Mungkin, pertemuanku dengan Pak Rendy kali ini akan menjadi pertemuan terakhir kami. Dia akan kembali ke planetnya dan aku tetap berada di bumi. Ah, mirisnya, kisah cintaku hanya bertahan sebentar.“Kalau kamu belum siap, kami bisa menundanya.”Bungkam, aku tak menanggapi ucapan Edwin. Sebenarnya, aku memang belum benar-benar siap untuk berpisah dengan Pak Rendy. Namun, mau bagaimana lagi? Hubungan kami tidak akan berhasil, sudah seharusnya kami berpisah, lebih cepat lebih baik, agar perasaanku tidak semakin mendalam.Aku menatap lurus ke depan, saat ini aku berada di dalam mobil yang dikemudikan oleh Daniel dengan Edwin yang duduk di sebelahku dan Arden yang berada di sebelah Daniel. Para pria berjas yang lain mengikuti dari mobil yang berada di belaka
Terakhir Diperbarui: 2022-03-01
Chapter: Bab 15-Membantu MerekaAku sarapan dengan tidak berselera, makanku tidak habis, padahal aku paling suka makan dan sulit untuk menolak makanan. Entahlah, sepertinya pembicaraan tadi malam masih berefek besar padaku, saking terkejutnya sampai tidak bisa berhenti terpikirkan tentang hal itu. Jujur saja, aku merasa dikhianati oleh Pak Rendy.“Mau keluar?”Pertanyaan itu terdengar berbarengan dengan munculnya Edwin. Aku terpaku sesaat melihat Edwin dalam setelah non formalnya, kaus berwarna hitam dengan bawahan celana jeans. Berdehem lantas mengalihkan pandangan ke arah lain, aku mengangguk-angguk.Aku berjalan mengikuti langkah Edwin keluar ruangan ini. Keluar dari ruangan tadi, aku seperti berada di ruang tengah yang amat luas, sama seperti ruang tengah di rumah-rumah besar. Saat itulah aku mendapatkan kesimpulan kalau mereka menyewa rumah untuk markas, atau merampas rumah? Ah, sepertinya pilihan pertama lebih masuk akal mengingat mereka tidak boleh melukai makhluk dari plane
Terakhir Diperbarui: 2022-01-28
Chapter: Bab 14-Identitas Rendy yang SebenarnyaKelopak mataku terbuka perlahan. Hal pertama yang kulihat adalah ruangan dengan alat-alat dan beberapa komputer di sekitarnya. Di mana ini?Sekelebat ingatan langsung memasuki kepalaku tatkala beberapa pria berjas datang dan berjalan mendekat ke arahku. Sontak, aku yang tadinya dalam posisi berbaring di sofa langsung beranjak duduk dan memandang mereka dengan sorot tajam.“Di mana saya? Kalian menculik saya?” tuduhku.Salah satu pria berjas yang memiliki iris berwarna biru terang beranjak duduk di sofa yang berada di hadapanku. “Kau berada di markas kami dan kami tidak menculikmu, hanya meminjam sebentar,” ucapnya diikuti senyum tipis.Oh, astaga, nyaris saja aku tepesona. Jadi benar kalau alien memang tampan-tampan?Aku menggeleng saat menyadari apa yang baru saja kupikirkan. “Apa tujuan kalian membawa saya ke sini?” tanyaku dengan lebih tenang, apalagi saat aku teringat ucapan Pak Rendy kalau mereka tidak mungk
Terakhir Diperbarui: 2022-01-23
Chapter: Bab 13-PenculikanKeningku menempel di kening Pak Rendy. Napas kami yang tak beraturan saling bersahutan. Aku membuka kedua mata perlahan dan tepat saat itulah kedua netra hitamku langsung bertemu pandang dengan netra cokelat terang Pak Rendy. Dapat kulihat netra cokelat terang Pak Rendy bergerak turun menatap bibirku, kemudian tangan pria itu terulur dan mengelap sisa saliva di bibirku. “Bibir kamu bengkak,” beri tahu Pak Rendy, seolah aku tidak tahu saja. “Salah siapa coba?” kesalku dengan memutar bola mata. Aku lantas melepaskan diri dari pelukannya, bergerak sedikit menjauh. Pak Rendy tertawa singkat. “Salah saya dan kamu juga tentunya.” Aku berdecak mendengar ucapannya. Dasar alien menyebalkan, untung sayang. Di tengah perbincangan kami, terdengar dering ponsel. Yang jelas, itu bukan berasal dari ponselku karena aku tidak mengaktifkan nada dering ponsel. Terbukti karena setelahnya Pak Rendy mengeluarkan ponsel dari saku celananya. “Dari siapa?” tan
Terakhir Diperbarui: 2022-01-23
Chapter: Bab 12-I Like Your LipsBerulang kali aku duduk lalu kembali berdiri setiap kali ada mobil yang mirip dengan mobil Pak Rendy lewat. Saat ini aku tengah berada di halte dekat kampus, menuggu Pak Rendy yang katanya akan menjemputku, tetapi sampai sekarang pria itu belum terlihat, padahal aku sudah mengirimnya pesan sejak tadi.Sebuah mobil berwarna putih berhenti tepat di depanku. Aku mengernyit, itu bukan mobil Pak Rendy, selain itu tidak ada orang lain di halte ini selain aku, lalu sedang apa mobil itu berhenti di depanku?Kaca mobil terbuka dan menampilkan sosok lelaki dengan masker berwarna hitam. Ketika lelaki itu menurunkan masker dan menampilkan wajah seseorang yang tengah tersenyum, aku langsung membalas senyumnya. “Lo kenapa berhenti di situ, Vin?”Gavin melongokkan kepalanya. “Lo belum pulang?”Aku menggeleng sebagai jawaban.“Mau bareng?” tawar Gavin.“Nggak deh, entar ngerepotin,” tolakku.“Eman
Terakhir Diperbarui: 2022-01-13
Chapter: Bab 11-Teman BaruKetika kedua mataku terbuka, tidak kudapati Pak Rendy di sebelahku. Aku mengernyit, bertanya-tanya ke mana perginya pria itu? Namun, saat bau masakan tercium, masuk ke dalam kamar yang pintunya terbuka, aku langsung mendapatkan satu kesimpulan. Sepertinya Pak Rendy sedang memasak.Aku bangkit dari atas kasur dengan malas, kemudian melangkah menuju kamar mandi di dalam kamar ini. Mencuci muka lantas menyikat gigi. Tepat saat aku sedang menyikat gigi, dapat kulihat melalui cermin di depanku kalau Pak Rendy melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Pria itu berjalan mendekat ke arahku lantas memeluk tubuhku dari belakang. Aku sempat tertegun sesaat, namun setelahnya aku dapat menutupi keterkejutan dengan pelototan.“Ngapain peluk-peluk?” tanyaku dengan mulut penuh busa, kemudian aku lanjut menggosok gigi.Pak Rendy tak menjawab, pria itu malah menatapku lekat melalui cermin. Ditatap seperti itu langsung membuat debar jantungku menggila, apalagi iris cokelat
Terakhir Diperbarui: 2022-01-13