Share

Bab 112

Author: Frands
last update Huling Na-update: 2025-01-04 08:00:34

Juned akhirnya menyerah pada permintaan Rini.

“Baiklah mbak, saya akan memijatmu.” Kata Juned sedikit gugup melihat keindahan tubuh Rini. Meskipun sudah berumur 40 tahun ke atas namun badannya masih terlihat kencang bak seorang gadis.

Dengan ragu, ia memulai memijat bahu wanita itu. Tubuhnya terasa tegang, bukan karena takut atau lelah, melainkan karena suasana yang terasa aneh.

Rini duduk dengan santai di kursi panjang ruang praktik, sementara Juned berdiri di belakangnya, berusaha menjaga jarak.

"Ah, tanganmu ternyata kuat juga seperti yang dikatakan orang-orang, Mas Juned," kata Rini sambil tertawa kecil.

Juned hanya mengangguk pelan, tidak tahu harus menjawab apa. "Ini cuma pijatan sederhana saja," katanya, suaranya terdengar canggung.

Namun Rini tidak menghiraukannya. Ia malah menoleh sedikit ke arah Juned, senyum tipis di bibirnya. "Kamu tahu, Mas Juned, kamu ini benar-benar orang baik. Novi beruntung punya teman seperti
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Tukang Pijat Super   Bab 113

    Juned langsung melonjak, menarik tubuhnya menjauh dari pelukan Rini. Wajahnya memucat, sementara Rini tampak lebih tenang, hanya tersenyum tipis seperti tidak terjadi apa-apa.“Tante Lilis... ini enggak seperti yang kamu pikirkan,” kata Juned tergagap, mencoba menjelaskan situasi yang tampak sangat salah itu. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.Namun, Lilis menatapnya dengan sorot mata penuh kekecewaan. “Enggak seperti yang kupikirkan? Katamu jangan percaya kepada siapa pun! Tapi kamu melakukan itu dengan Mbak Rini, di klinik ini!” suaranya meninggi, membuat Juned semakin panik.“Tante Lilis, tolong dengarkan aku dulu,” kata Juned mencoba menenangkan. “Ini hanya salah paham. Mbak Rini tadi Cuma—“Rini, yang tampak santai sejak tadi, akhirnya berbicara. "Mbak Lilis, tenang. Awalnya aku yang meminta Mas Juned memelukku. Aku sedang merasa sedih dan butuh pelukan. Itu saja. Tapi aku tergoda oleh kejantanan Mas Juned," katanya dengan nada lembut,

    Huling Na-update : 2025-01-04
  • Tukang Pijat Super   Bab 114

    Lastri mengangguk pelan. "Aku nggak tahu harus bagaimana, Jun. Aku merasa nggak ada lagi yang bisa kita percaya."Lilis menggelengkan kepala, masih sulit menerima kenyataan ini. "Pak Samijo... selama ini dia yang selalu kelihatan mendukung kita. Tapi ternyata dia justru bermain di belakang kita."Juned berdiri dari kursinya, berjalan mondar-mandir sambil berpikir keras. "Ini berarti kita nggak bisa lagi mengandalkan siapa pun di kampung ini. Kalau Pak RT saja sudah berpihak ke Anton, berarti situasi kita jauh lebih buruk daripada yang kita kira."Lastri menatap Juned dengan penuh rasa takut. "Jun, aku takut Anton akan melakukan sesuatu yang lebih buruk. Saat di telepon, Pak RT bilang Anton nggak akan menyerah sampai dia mendapatkan apa yang dia mau."Juned menatap Lastri dengan penuh kekhawatiran. “Lastri, kamu bilang tadi dengar percakapan itu di rumah Pak Samijo? Lalu bagaimana dengan Vivi dan Novi? Mereka masih ada di sana?” tanyanya de

    Huling Na-update : 2025-01-05
  • Tukang Pijat Super   Bab 115

    Lastri langsung berdiri dan dengan cepat menuju kamar Lilis. Lilis terlihat khawatir, namun Juned menenangkannya dengan isyarat agar tetap tenang. Juned mengambil napas dalam-dalam, mencoba mengatur ekspresi wajahnya agar tidak terlihat gugup.Ketukan keras di pintu terdengar, diikuti oleh suara Pak Samijo yang berat. “Juned, buka pintunya! Ini aku, Pak Samijo!”Juned berjalan ke pintu dan membukanya perlahan, berusaha memasang wajah bingung. “Pak RT? Ada apa kok datang kemari? Bagaimana keadaan mereka di rumah bapak?” tanyanya, seolah tidak mengetahui apa pun.Pak Samijo masuk tanpa diundang, wajahnya terlihat tegang. Ia menatap Juned dengan tajam sebelum berbicara. “Juned, aku harus kasih tahu kamu sesuatu. Vivi, Novi, dan Lastri yang bersembunyi di rumahku tadi... mereka ditangkap lagi oleh anak buah Anton.”Juned pura-pura terkejut, memasang wajah panik. “Apa? Ditangkap? Bagaimana bisa, Pak? Bukannya mereka aman di rumah Pak RT?”Pak Samijo menghela napa

    Huling Na-update : 2025-01-05
  • Tukang Pijat Super   Bab 116

    Juned berjalan cepat menuju rumah Pak Samijo, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang menggerogoti pikirannya. Dalam pikirannya, ia merancang setiap kata yang akan ia ucapkan, menyusun cerita agar terlihat meyakinkan. Ia tahu, jika ingin mendapatkan kebenaran, ia harus memainkan peran dengan sempurna."Kenapa kemarin aku menitipkan mereka di rumah Pak Samijo?" gumam Juned pada dirinya sendiri, mencoba mencari logika di tengah kekacauan pikirannya. Pak Samijo adalah orang terakhir yang bisa dipercaya, apalagi setelah Lastri mengungkap pengkhianatannya.Setelah beberapa menit berjalan, ia sampai di depan rumah Pak Samijo. Rumah itu tampak sepi, namun lampu di ruang tamu menyala, memberikan kesan seseorang sedang berada di dalam. Juned mengetuk pintu dengan sedikit ragu, memastikan dirinya tetap tenang.“Pak Samijo! Saya Juned, boleh masuk sebentar?” serunya dengan nada ramah.Pintu terbuka perlahan, dan Pak Samijo muncul dari balik pintu. Wajahnya tampa

    Huling Na-update : 2025-01-06
  • Tukang Pijat Super   Bab 117

    Juned menggenggam pinggiran jendela dengan erat, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Matanya membelalak ketika melihat Pak Samijo perlahan mendekati Rini dan menuruti permintaannya.“Astaghfirullah...” bisik Juned dengan suara tertahan. Namun, ia tahu bahwa ini bukan waktu untuk berkonfrontasi. Dengan hati-hati, ia turun dari tumpukan kayu dan menjauh dari rumah itu, pikirannya penuh dengan kekecewaan dan kemarahan.Juned memperhatikan dengan penuh rasa tak percaya ketika Rini semakin mendekat ke arah Pak Samijo, dan pria tua itu dengan senyum licik menunggu gerakan Rini selanjutnya. Suasana di kamar itu terasa begitu ganjil dan membuat darah Juned mendidih. Ia tidak bisa memutuskan apakah harus langsung masuk dan mengonfrontasi mereka atau terus mengintai untuk mengetahui sejauh mana permainan yang akan dilakukan mereka.Namun, saat Juned mencoba menggeser tubuhnya untuk mendapatkan posisi lebih baik, kakinya tib

    Huling Na-update : 2025-01-06
  • Tukang Pijat Super   Bab 118

    Suasana di luar rumah kosong itu mulai hening. Kedua pria itu tampak berbicara pelan dengan wanita tersebut, membuat Juned kesulitan mendengar percakapan mereka. Ia hanya bisa terus mengawasi dari balik celah, menunggu saat yang tepat untuk bergerak. Setelah beberapa waktu, salah satu pria berdiri dan berkata, “Oke, gua mau patroli lagi. Lu jaga di sini. Kalau ada tanda-tanda Juned, langsung kabarin.” Pria lainnya mengangguk sambil menyulut rokoknya. Wanita itu hanya duduk santai, tampak tidak peduli dengan percakapan mereka. Juned merangkak keluar dari persembunyiannya dengan hati-hati, memastikan langkahnya tak mengeluarkan suara yang mencurigakan. “Ini kesempatan bagiku.” Gumam Juned sambil menggenggam sebatang kayu kecil yang dia temukan di dalam rumah. Pria tersebut masih tampak lengah, sibuk menikmati rokoknya sambil memainkan ponselnya. Juned mendekat perlahan dengan langkah hati-hati. Ketika jaraknya hanya beberapa meter dari pria itu, Juned dengan gerakan cepat dal

    Huling Na-update : 2025-01-07
  • Tukang Pijat Super   Bab 119

    Juned berjalan menyusuri jalan desa yang sudah sangat sepi malam itu. Dia menuju ke sebuah warung kopi tempat Sugeng biasa kongkow-kongkow setiap malam.Setelah berjalan sambil menarik gerobak, benar saja insting yang di rasakan Juned. Sugeng memang berada di warung kopi tersebut.“Kalau aku berhasil menculik Sugeng, posisi Anton akan terpojok. Pak Slamet pasti akan mendesak Anton untuk menyelamatkan anaknya, dan kalau Anton menolak, dukungan Pak Slamet kepadanya bisa runtuh.” Pikir Juned yang bersembunyi tak jauh dari warung kopi itu.Malam itu, suasana di warung kopi tampak seperti biasa. Sugeng dan beberapa pemuda duduk di kursi panjang sambil berbincang santai."Sasaran sudah di depan mata, tinggal eksekusi saja. Tapi aku enggak bisa bergerak sembarangan, kalau ketahuan, masalahnya akan jadi runyam." Gumam Juned dengan mata tajam yang terus memperhatikan Sugeng yang kala itu sedang tertawa lepas sambil menyeruput kopi dari gelas.Juned memutuskan untuk menunggu hingga Sugeng

    Huling Na-update : 2025-01-09
  • Tukang Pijat Super   Bab 120

    Juned melangkah meninggalkan Sugeng, dengan mengenakan topi dan jaket untuk membuatnya sedikit tersamarkan. Dengan raut wajah tenang, dia berusaha tampil senormal mungkin. “Kalau aku terlihat cemas atau gugup, itu malah bikin curiga,” pikirnya sambil melangkah menuju tempat hiburan yang dimaksud Sugeng.Setelah beberapa menit akhirnya dia sampai di desa sebelah.Bangunan itu tampak seperti kafe biasa dari luar, dengan lampu neon yang menyala terang dan beberapa motor dan mobil terparkir di depannya. Namun, atmosfernya terasa berbeda. Beberapa pria berpakaian mencolok berkeliaran di sekitar pintu masuk, dan musik keras menggema dari dalam bangunan.Saat mendekat, Juned memposisikan topinya agar menutupi sebagian besar wajahnya. Dua pria kekar berdiri di depan pintu, seperti penjaga yang siap menghadang siapa pun yang mencurigakan. Juned mengatur napasnya, lalu berjalan ke arah pintu dengan percaya diri.“Baru pertama kali ke sini?” salah satu penjaga bertanya, matanya mengamati Jun

    Huling Na-update : 2025-01-09

Pinakabagong kabanata

  • Tukang Pijat Super   Bab 265

    Juned mendekap tubuh Mbak Yuni dengan erat hingga membuatnya tak berkutik untuk melawan. Janda pemilik kos itu hanya pasrah menerima setiap irama dari jari jemari Juned yang kasar.“Jangan, Juned... Ku mohon.” Mbak Yuni hanya bisa menggeliatkan tubuhnya.Tapi bahasa tubuh Mbak Yuni bukan sebuah penolakan tapi sesuatu yang berbeda.“Jangan? Kamu sekarang beruntung, Mbak.” Bisik Juned di telinga Mbak Yuni.Tubuh Mbak Yuni mulai lemas, nafasnya memburu tak karuan. “Jangan berhenti.. Aku sudah lama tak melakukan ini dengan seorang pria.”Mata Mbak Yuni mulai sayu, sementara Juned melepaskan pakaiannya. Tak ada perlawanan lagi dari Mbak Yuni.“Kita pindah ke kamar saja, aku ingin kamu melakukan itu padaku. Tapi di kamar saja, jangan di sini.” Ucap Mbak Yuni dengan nafas yang memburu.Juned mengangguk dan mengecup bibir Mbak Yuni sesaat. Kemudian dia melepaskan dekapan pada tubuh wanita itu.Mbak Yuni melangkah menuju kamar diikuti oleh Juned dari belakang.Sesampainya di kamar, Mb

  • Tukang Pijat Super   Bab 264

    Juned berjalan pelan memasuki kos setelah kembali dari warung. Kepalanya masih dipenuhi dengan kata-kata Tania dan perdebatan batinnya sendiri. Apakah benar dia egois? Atau hanya sedang memperjuangkan sesuatu yang memang dia butuhkan?Dia menghela napas panjang setelah membuka pintu pagar kosnya. Namun, langkahnya terhenti ketika dia melihat pintu rumah Mbak Yuni sedikit terbuka. Dari dalam, terdengar suara televisi yang masih menyala.“Mbak Yuni belum tidur?” batinnya.Efek jamur yang pernah dia konsumsi kembali terasa. Sejak kejadian itu, tubuhnya seperti punya dorongan aneh, dorongan yang sulit dijelaskan. Rasanya seperti ada energi yang harus dia salurkan, dan entah kenapa, mendekati wanita menjadi satu-satunya cara agar dirinya merasa lebih baik.Juned menggigit bibirnya. Dia tidak bisa membiarkan pikirannya dikuasai oleh dorongan itu. Tapi tubuhnya terasa semakin panas. Dia harus melakukan sesuatu sebelum perasaan itu semakin kuat.Saat dia hendak melangkah cepat menuju kamarnya

  • Tukang Pijat Super   Bab 263

    Juned melangkah keluar dari warung dengan perasaan campur aduk. Tamparan Tania masih terasa di pipinya, bukan hanya meninggalkan jejak panas di kulitnya, tapi juga di hatinya. Dia menendang kerikil di jalan dengan kesal, mencoba mengalihkan pikirannya dari kata-kata Tania yang terus terngiang di kepalanya.“Kenapa dia nggak bisa ngerti? Ini Cuma pekerjaan. Aku butuh uang. Aku nggak bisa terus-terusan bergantung sama orang lain,” batinnya.Langkahnya melambat ketika dia menyadari matahari sudah mulai turun, menandakan sore hampir habis. Udara semakin sejuk, tapi pikirannya justru semakin panas.Tania benar. Dia memang egois.Dulu, saat dia berada di titik terendah hidupnya, Tania ada di sampingnya. Wanita itu merawatnya, mendukungnya, bahkan saat dia sendiri sudah hampir menyerah. Tapi sekarang, saat Tania memintanya berhenti, dia malah bersikeras tetap menjalani pekerjaannya sebagai tukang pijat.“Apa aku terlalu keras kepala? Atau aku memang nggak tahu diri?”Dia berhenti sejenak, me

  • Tukang Pijat Super   Bab 262

    Juned diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. “Saat ini aku akan berhati-hati agar tak seperti dulu. Aku juga tahu memang pelanggan wanitaku lebih banyak, dan mereka lebih sering bayar mahal.”Tania mendengus kesal. “Jun, kamu pikir aku bakal diam aja lihat kamu kayak gini terus? Aku udah bilang, aku nggak suka! Aku nggak rela kamu melakukan ini lagi, apalagi buat wanita lain yang akan membuatmu terjebak dalam kerumitan!”Juned menatap Tania dengan tatapan penuh tanya. “Kenapa kamu kayak gini, Tan? Ini cuma pekerjaan.”Tania menatapnya tajam. “Cuma pekerjaan? Jun, aku yang ngerawat kamu waktu kamu hancur! Waktu kamu depresi dan nggak tahu harus gimana, siapa yang ada di samping kamu? Apa kamu lupa?”Juned terdiam.“Aku yang bantuin kamu bangkit, aku yang membiayai kamu waktu kamu nggak punya apa-apa! Aku yang selalu ada buat kamu! Tapi sekarang kamu malah kayak gini, masih keras kepala dan nggak mau dengerin aku!” Tania menggebrak meja dengan kesal.Juned menelan ludah, merasa bers

  • Tukang Pijat Super   Bab 261

    Dinda berusaha bersikap biasa saja, tapi jelas ada rona merah di pipinya. “Dasar narsis!” Ia memutar bola matanya, lalu berjalan menuju pintu. “Aku mau makan, kalau perutku lapar aku gak mau mikir begituan.”Juned hanya tertawa melihat Dinda yang berusaha menghindar. “Santai aja, Din. Lain kali kalau mau coba, silahkan.”Dinda melirik sekilas sebelum akhirnya benar-benar pergi. Juned tersenyum tipis, merasa puas bisa membuat Dinda salah tingkah.Setelah Dinda pergi, Juned duduk di tepi kasur sambil menghela napas. Dia melirik ke sekeliling kamar barunya yang masih terasa asing.“Bosan juga kalau Cuma di kamar terus,” gumamnya sambil merenggangkan tubuh.Dia lalu membuka tasnya, mencari sesuatu yang bisa menghibur, tapi hanya menemukan beberapa lembar kertas iklan pijatnya yang belum sempat ia sebarkan.“Apa keluar aja sekalian cari pelanggan?” pikirnya sejenak. Namun, mengingat tadi pagi sudah mendapat cukup uang dari Bu Ratna, dia memutuskan untuk tidak buru-buru bekerja lagi.June

  • Tukang Pijat Super   Bab 260

    Entah berapa lama Juned tidur, namun tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar kamar kosnya.Tok... tok...Ternyata itu adalah Dinda yang baru saja kembali dari menemui pelanggan mendapati kamar Juned masih tertutup. Dia berdiri di depan pintu, mengetuk pelan sambil memanggil, “Juned? Udah pulang, kan? Bangun, dong.”Tidak ada jawaban.Dinda menghela napas, merasa aneh karena biasanya Juned cukup responsif. Penasaran, dia mencoba memutar gagang pintu dan ternyata tidak dikunci.Begitu pintu terbuka, pemandangan yang tak terduga menyambutnya. Juned terlelap di atas kasur, tanpa memakai baju dengan napas teratur. Wajahnya terlihat begitu damai dalam tidur, dan tubuhnya yang atletis tampak jelas di bawah cahaya lampu kamar.Dinda terdiam sejenak, lalu mendekat dengan langkah pelan. Awalnya dia hanya ingin membangunkan Juned, tapi entah kenapa dia malah terdiam, memperhatikan tubuh Juned terutama barang milik Juned yang berukuran sangat luar biasa.Tergoda, dia membungkuk sedikit, lal

  • Tukang Pijat Super   Bab 259

    Saat Juned mulai makan, Mbak Yuni duduk di seberangnya, menyandarkan dagunya di tangan sambil tersenyum. Tatapan matanya tak lepas dari Juned, memperhatikan setiap gerakan pria itu dengan penuh minat.Juned yang awalnya fokus menikmati makanan mulai merasa risih. Dia melirik sekilas ke arah Mbak Yuni dan melihat ekspresi wanita itu yang tampak… berbeda. Ada senyum kecil di sudut bibirnya, dan matanya menatap Juned dengan penuh ketertarikan.“Makan yang banyak, Juned,” kata Mbak Yuni dengan suara lembut. “Biar makin kuat.”Juned menelan makanannya dengan sedikit gugup. “Iya, Mbak. Makanannya enak banget.”Mbak Yuni tertawa kecil. “Kalau suka, besok-besok bisa makan di sini lagi. Aku sering masak, tapi nggak ada yang nemenin makan.”Juned hanya tersenyum sopan. “Makasih, Mbak. Saya nggak enak sering-sering numpang makan.”Mbak Yuni menggeleng sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi, memperlihatkan ekspresi menggoda. “Nggak usah sungkan. Aku malah senang kalau ada yang nemenin.”Juned menc

  • Tukang Pijat Super   Bab 258

    Dinda berjalan di samping Juned, menuntunnya menuju rumah pemilik kos. “Kamu bakal suka tempat ini,” ucapnya dengan nada santai. “Yang punya juga orangnya baik kok.”Mereka tiba di sebuah rumah sederhana tapi terlihat terawat, lokasinya tepat di samping kos-kosan. Dinda mengetuk pintu, dan tak lama kemudian, seorang wanita muncul dari balik pintu. Dia terlihat berusia sekitar pertengahan 30-an, dengan wajah yang cantik dan penampilan yang santai.“Oh, Dinda,” sapanya dengan senyum ramah. “Ada perlu apa?”Dinda tersenyum balik. “Mbak Yuni, ini temanku, Juned. Dia lagi cari kamar kos. Katanya ada yang kosong di sebelah kamarku?”Mbak Yuni mengalihkan pandangannya ke Juned, menatapnya dengan penuh minat. “Oh, Jadi kamu yang mau kos di sini?” tanyanya lembut.Juned mengangguk sopan. “Iya, Mbak, kalau masih ada kamar kosong.”Mbak Yuni tersenyum manis. “Ada, kebetulan masih kosong. Sebentar aku ambil kunci kamar dulu, biar aku tunjukan kamarnya.”Setelah Mbak Yuni mengambil kunci, dia ber

  • Tukang Pijat Super   Bab 257

    Setelah membujuk Juned untuk berhenti jadi tukang pijat keliling, Dinda menatapnya dengan penuh pertimbangan.“Juned, ikut aku ke kos, yuk,” ajaknya tiba-tiba.Juned mengangkat alis. “Ngapain ke kos kamu?”Dinda tersenyum kecil. “Ada yang mau aku omongin, penting. Lagian, di sana lebih enak ngobrolnya daripada di taman begini.”Juned awalnya ragu, tapi akhirnya mengangguk. “Ya udah, ayo.”Mereka berjalan keluar taman, lalu naik angkutan ke kos Dinda. Setelah sampai, Dinda membuka pintu dan mengajak Juned masuk. Kosnya cukup rapi, dengan perabot sederhana tapi nyaman.Dinda duduk di kursi dekat meja kecilnya, sementara Juned memilih duduk di lantai bersandar ke dinding. “Jadi, apa yang mau kamu omongin?” tanya Juned.Dinda menghela napas, lalu berkata, “Di sebelah kamar aku ada kamar kosong. Aku kepikiran, kenapa kamu nggak tinggal di situ aja agar operasional bisa lebih lancar?”Juned terdiam sejenak, terkejut dengan tawaran itu. “Serius? Tapi aku takut kalau sewaktu-waktu nggak ada u

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status