Share

Bab 117

Penulis: Frands
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-06 08:01:36

Juned menggenggam pinggiran jendela dengan erat, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Matanya membelalak ketika melihat Pak Samijo perlahan mendekati Rini dan menuruti permintaannya.

“Astaghfirullah...” bisik Juned dengan suara tertahan. Namun, ia tahu bahwa ini bukan waktu untuk berkonfrontasi. Dengan hati-hati, ia turun dari tumpukan kayu dan menjauh dari rumah itu, pikirannya penuh dengan kekecewaan dan kemarahan.

Juned memperhatikan dengan penuh rasa tak percaya ketika Rini semakin mendekat ke arah Pak Samijo, dan pria tua itu dengan senyum licik menunggu gerakan Rini selanjutnya. Suasana di kamar itu terasa begitu ganjil dan membuat darah Juned mendidih. Ia tidak bisa memutuskan apakah harus langsung masuk dan mengonfrontasi mereka atau terus mengintai untuk mengetahui sejauh mana permainan yang akan dilakukan mereka.

Namun, saat Juned mencoba menggeser tubuhnya untuk mendapatkan posisi lebih baik, kakinya tib
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tukang Pijat Super   Bab 118

    Suasana di luar rumah kosong itu mulai hening. Kedua pria itu tampak berbicara pelan dengan wanita tersebut, membuat Juned kesulitan mendengar percakapan mereka. Ia hanya bisa terus mengawasi dari balik celah, menunggu saat yang tepat untuk bergerak. Setelah beberapa waktu, salah satu pria berdiri dan berkata, “Oke, gua mau patroli lagi. Lu jaga di sini. Kalau ada tanda-tanda Juned, langsung kabarin.” Pria lainnya mengangguk sambil menyulut rokoknya. Wanita itu hanya duduk santai, tampak tidak peduli dengan percakapan mereka. Juned merangkak keluar dari persembunyiannya dengan hati-hati, memastikan langkahnya tak mengeluarkan suara yang mencurigakan. “Ini kesempatan bagiku.” Gumam Juned sambil menggenggam sebatang kayu kecil yang dia temukan di dalam rumah. Pria tersebut masih tampak lengah, sibuk menikmati rokoknya sambil memainkan ponselnya. Juned mendekat perlahan dengan langkah hati-hati. Ketika jaraknya hanya beberapa meter dari pria itu, Juned dengan gerakan cepat dal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Tukang Pijat Super   Bab 119

    Juned berjalan menyusuri jalan desa yang sudah sangat sepi malam itu. Dia menuju ke sebuah warung kopi tempat Sugeng biasa kongkow-kongkow setiap malam.Setelah berjalan sambil menarik gerobak, benar saja insting yang di rasakan Juned. Sugeng memang berada di warung kopi tersebut.“Kalau aku berhasil menculik Sugeng, posisi Anton akan terpojok. Pak Slamet pasti akan mendesak Anton untuk menyelamatkan anaknya, dan kalau Anton menolak, dukungan Pak Slamet kepadanya bisa runtuh.” Pikir Juned yang bersembunyi tak jauh dari warung kopi itu.Malam itu, suasana di warung kopi tampak seperti biasa. Sugeng dan beberapa pemuda duduk di kursi panjang sambil berbincang santai."Sasaran sudah di depan mata, tinggal eksekusi saja. Tapi aku enggak bisa bergerak sembarangan, kalau ketahuan, masalahnya akan jadi runyam." Gumam Juned dengan mata tajam yang terus memperhatikan Sugeng yang kala itu sedang tertawa lepas sambil menyeruput kopi dari gelas.Juned memutuskan untuk menunggu hingga Sugeng

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Tukang Pijat Super   Bab 120

    Juned melangkah meninggalkan Sugeng, dengan mengenakan topi dan jaket untuk membuatnya sedikit tersamarkan. Dengan raut wajah tenang, dia berusaha tampil senormal mungkin. “Kalau aku terlihat cemas atau gugup, itu malah bikin curiga,” pikirnya sambil melangkah menuju tempat hiburan yang dimaksud Sugeng.Setelah beberapa menit akhirnya dia sampai di desa sebelah.Bangunan itu tampak seperti kafe biasa dari luar, dengan lampu neon yang menyala terang dan beberapa motor dan mobil terparkir di depannya. Namun, atmosfernya terasa berbeda. Beberapa pria berpakaian mencolok berkeliaran di sekitar pintu masuk, dan musik keras menggema dari dalam bangunan.Saat mendekat, Juned memposisikan topinya agar menutupi sebagian besar wajahnya. Dua pria kekar berdiri di depan pintu, seperti penjaga yang siap menghadang siapa pun yang mencurigakan. Juned mengatur napasnya, lalu berjalan ke arah pintu dengan percaya diri.“Baru pertama kali ke sini?” salah satu penjaga bertanya, matanya mengamati Jun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Tukang Pijat Super   Bab 121

    Juned merasa terjebak. Dia tahu bahwa jika dia menolak, Rini bisa saja langsung melaporkannya ke Anton atau anak buahnya. Namun, jika dia setuju, dia akan masuk ke permainan yang tidak bisa dia kendalikan. “Baik, apa maumu?” Tanya Juned mencoba tenang.Rini berdiri dari kursi lalu memakainya topengnya kembali. “Ikutlah denganku, di sini terlalu banyak orang.” Rini melangkah pergi menuju ke suatu tempat.Juned mengikuti langkah Rini yang ternyata menuju ke toilet pria. Setelah berada di dalam, Rini dengan cepat mengunci pintu dan berbalik menghadap Juned. Tanpa diduga, dia melingkarkan lengannya di tubuh Juned, memeluknya erat dan mencumbu bibir Juned. Juned tersentak, merasa canggung sekaligus bingung dengan apa yang sedang terjadi.“Mbak Rini, apa-apaan ini?!” bisik Juned tajam, berusaha menjauhkan dirinya, tetapi Rini justru semakin erat memeluknya.“Kau jangan banyak bertanya, turuti saja.” Kata Rini dengan suara yang menggoda dan sedikit mengancam.Rini kembali mencium

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Tukang Pijat Super   Bab 122

    Wanita itu terus membawa Juned hingga keluar dari kafe. Setelah berada di luar Juned yang masih bingung dan mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi berdiri mematung, menatap wanita bertopeng yang telah menyelamatkannya dari kerumunan. Dalam sekejap, wanita itu membuka topengnya, memperlihatkan wajah yang sangat dikenalnya. Juned terkejut bukan main.“Tante Lilis?!” seru Juned dengan suara setengah berbisik, matanya membulat tak percaya.Lilis menatap Juned dengan ekspresi datar, seolah mencoba mengukur reaksi keponakannya. “Iya, ini aku, Juned,” jawabnya sambil melipat topeng itu dan menyelipkannya ke balik gaunnya.Juned mengernyit, kebingungan. “Kenapa Tante ada di sini? Apakah Tante juga bekerja di sini?” tanyanya, nadanya penuh curiga dan cemas.Lilis mendesah pelan, lalu mengalihkan pandangannya. “Aku nggak kerja di sini, Juned,” katanya dengan nada tenang, meski ada sedikit getaran. “Tapi, kadang aku... berkunjung ke sini. Hanya untuk... melampiaskan sesuatu.”Juned menger

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Tukang Pijat Super   Bab 123

    Lilis akhirnya berdiri, mengambil selimut dari kamar, lalu meletakkannya di atas tubuh Juned. "Istirahatlah, Juned. Kalau kamu terus begini, tubuhmu akan tumbang," ucap Lilis lembut.Juned hanya mengangguk pelan tanpa membuka matanya.Beberapa saat kemudian, suara napas Juned mulai teratur. Ia tertidur dengan tenang di atas sofa, sementara Lilis duduk di kursi di dekatnya, menjaga malam yang sunyi.Dalam pikiran Lilis masih terbayang saat Rini memberikan pelayanan ekstra kepada Juned. Hingga tanpa sadar kembali Lilis menggerayangi tubuhnya sendiri.“Sshh...” Lilis mengeluarkan desahan yang membuat dadanya mulai berdebar kencang.Perlahan, ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan debaran di dadanya. Perasaan yang selama ini ia simpan semakin sulit untuk ditahan.Dengan hati-hati, Lilis mendekatkan tubuhnya ke Juned. Ia menyelimuti dirinya sendiri dengan selimut yang sama, lalu meraih tubuh Juned dan memeluknya erat. "Juned...," bisiknya pelan, suaranya bergetar, "Kamu tahu nggak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Tukang Pijat Super   Bab 124

    “Aku serius, Juned,” jawab Lilis tanpa ragu. “Aku ingin kita memulai hidup baru. Aku ingin kita membangun keluarga kita sendiri, jauh dari semua kekacauan ini. Aku ingin memiliki seorang anak darimu”Juned tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya memeluk Lilis lebih erat dan mengecup bibir tantenya dengan ganas. Hal itu menunjukkan Juned tak menolak permintaan Lilis. Akhirnya suara benturan paha mereka yang saling beradu kembali memecah keheningan malam untuk yang kedua kalinya.Saat Juned dan Lilis tenggelam dalam lautan birahi, mereka tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang tengah mengamati.Ya benar saja, Lastri yang sebelumnya berada di kamar tidak bisa tidur karena mendengar suara-suara yang di keluarkan oleh Lilis maupun Juned. Sehingga dia mencoba mengintip pemandangan yang tak terduga dari celah pintu.“Hmmppff” Lastri membungkam mulutnya dengan tangan kanan, mencoba menahan suaranya sendiri.Awalnya, Lastri merasa tak habis pikir saat melihat seorang tante dan keponakann

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Tukang Pijat Super   Bab 125

    Juned yang tanpa menggubris bisik-bisik Lilis dan Lastri terus menikmati sarapannya Tiba-tiba Juned meletakkan sendoknya dengan cepat. Ekspresinya berubah serius, seolah mengingat sesuatu yang penting.“Astaga, aku lupa!” serunya sambil menepuk dahinya.Lilis yang duduk di sebelahnya menoleh dengan heran. “Lupa apa, Juned? Ada apa?”Juned berdiri dan segera meraih ponselnya yang tergeletak di meja. Ia memeriksa sesuatu di layar dengan tergesa-gesa. Matanya menatap layar ponsel itu sejenak sebelum ia menghela napas panjang.“Aku ada janji,” katanya singkat sambil mulai menghabiskan sisa makanannya dengan cepat.“Janji sama siapa?” tanya Lilis penasaran, nada suaranya sedikit curiga.Juned hanya menggeleng, tidak memberikan jawaban yang jelas. “Nanti aku jelasin, Tante. Ini penting banget. Aku harus pergi sekarang,” ucapnya sambil meneguk segelas air dan meraih jaket yang tergantung di dekat pintu.Lastri, menatap Juned dengan sedikit ragu. “Hati-hati di jalan, Jun,” katanya pelan.June

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Tukang Pijat Super   Bab 146

    Itu adalah sebuah jamur kecil dengan bentuk yang sangat mirip dengan jamur yang pernah ia makan di hutan dulu.Alisa menghapus air matanya perlahan dan menjawab dengan suara lemah. “Saya menemukannya di belakang sekolah, Mas. Ada semak-semak yang jarang orang lewati. Saya nggak sengaja lihat jamur ini tumbuh di sana.”Juned menatap jamur itu dengan perasaan campur aduk. Ia tidak ingin membuat Alisa maupun Pak Darma panik, tapi ia tahu jamur ini mungkin memiliki kekuatan tersembunyi seperti pengalaman aneh yang pernah ia alami.“Alisa, boleh saya minta jamur ini? Saya ingin memeriksanya lebih lanjut,” ujar Juned sambil berusaha terdengar tenang.Alisa tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk. “Kalau Mas Juned mau, ambil saja. Saya juga nggak tahu itu jamur apa.”Juned menerima jamur itu dan memasukkannya ke dalam kantongnya dengan hati-hati. Ia tidak memberi tahu Pak Darma atau siapa pun tentang penemuannya, memilih untuk menyimpannya sebagai rahasia.Juned baru saja memasukka

  • Tukang Pijat Super   Bab 145

    Sebelum Juned sempat menyadari apa yang terjadi, tubuh Ratih yang membawa ember berisi air tiba-tiba tersandung dan menabrak tubuhnya.“Aaah! Maaf, Mas Juned!” Seru Ratih panik, sementara ember di tangannya terlepas hingga menumpahkan air ke tubuh mereka berdua.Juned dan Ratih terjatuh bersama. Tubuh Ratih yang basah kuyup kini menimpa tubuh Juned.Selama beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Juned hanya bisa terdiam. Pandangannya terpaku pada wajah Ratih yang begitu dekat dengannya, matanya yang bulat dan penuh rasa bersalah, serta aroma tubuh Ratih yang wangi menyeruak menusuk hidung Juned.Ratih buru-buru berusaha bangkit. "Maaf, Mas Juned! Saya benar-benar nggak sengaja."Namun Juned masih diam di tempat, tanpa sadar tangannya menahan pinggul Ratih agar tak bisa bangkit.Pikiran-pikiran Juned berputar cepat diiringi dengan aroma wangi tubuh Ratih yang memabukkan hingga tanpa dia sadari barangnya mulai berkembang di dalam celananya.Juned bahkan sempat terpikir untuk

  • Tukang Pijat Super   Bab 144

    Juned akhirnya menyerah. “Baiklah, Marina. Terserah kamu saja.”“Kamu gak usah memikirkan hal berat-berat, Juned. Biar aku yang urus semuanya buat kamu, ya,” balas Marina sebelum menutup telepon.Juned menghela napas panjang dan menyandarkan tubuhnya ke sofa. Ia menatap ke arah dapur, di mana Siti dan Ratih sedang bekerja. Setelah dipikir-pikir, Siti dan Ratih memang lumayan cantik juga. Tapi entah, apakah benar kalau Juned bisa meminta apa saja kepada mereka berdua.Juned memutuskan untuk keluar rumah dan menghirup udara segar. Ia melihat Pak Darma sedang duduk di bangku kecil di dekat pagar, memandangi jalanan yang mulai ramai oleh orang-orang berlalu-lalang.Juned berjalan mendekat dan menyapanya. "Pak Darma, santai di sini ya?"Pak Darma menoleh dan tersenyum. "Iya, Mas Juned. Lagi lihat-lihat suasana. Kota ini memang lebih hidup dibanding tempat-tempat lain."Juned ikut duduk di bangku kecil di sebelah Pak Darma. Mereka berbincang ringan sejenak, hingga akhirnya Juned merasa p

  • Tukang Pijat Super   Bab 143

    Setelah Marina pergi, Juned baru saja ingin duduk dan menikmati suasana rumah barunya ketika tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Ia membuka pintu, dan di sana berdiri dua orang wanita dengan senyuman ramah. Salah satu dari mereka menyapa, “Selamat siang, Pak Juned. Kami orang suruhan Bu Marina. Nama saya Siti, dan ini teman saya, Ratih. Kami ditugaskan untuk membantu pekerjaan di rumah ini.”Juned mengernyit sejenak, merasa sedikit bingung. “Membantu pekerjaan? Maksudnya seperti asisten rumah tangga?”Siti mengangguk. “Iya, Pak. Bu Marina bilang Bapak akan membutuhkan bantuan untuk menjaga kebersihan rumah dan mungkin memasak.”Ratih menambahkan, “Kami sudah bekerja lama dengan Bu Marina, jadi Bapak tidak perlu khawatir. Kami di sini untuk memastikan rumah ini tetap nyaman untuk Bapak.”Juned mengangguk, mencoba mencerna semuanya. “Baiklah, kalau begitu silakan masuk. Mari kita bicara di ruang tamu.”Keduanya masuk dengan sopan dan duduk di sofa. Juned pun mulai mengajukan beberapa

  • Tukang Pijat Super   Bab 142

    Saat Juned tiba di ruang makan, Marina sudah menunggunya di sana dengan senyum tenangnya. Di atas meja sudah tersedia berbagai hidangan sarapan lengkap. Namun suasana tampak agak tegang, terutama dengan ekspresi Marina yang sedikit berbeda dari biasanya.“Selamat pagi, Juned. Duduklah,” kata Marina sambil menunjuk kursi di depannya.Juned mengangguk dan duduk, mulai menikmati sarapannya.“Juned, kamu itu selalu kebiasaan tidur di sofa padahal Marina sudah menyiapkan kamar untukmu hehehe.” Celetuk Lastri sambil tertawa cekikan.“Juned selalu seperti itu sejak dulu, Lastri. Asalkan sudah mengantuk, dia bisa tidur walaupun dalam keadaan berdiri.” Sahut Lilis.Ucapan Lilis membuat tawa semua orang menggema di ruangan itu. Kecuali Juned yang hanya bisa menunduk menahan malu.Pagi itu, kehangatan menyelimuti ruang makan di rumah Marina. Lilis, Lastri, Vivi, Rini, dan Novi berkumpul di sekitar meja makan, menikmati sarapan terakhir mereka bersama Juned sebelum berpindah ke rumah baru mas

  • Tukang Pijat Super   Bab 141

    "Aku sudah memeriksa tempat ini. Lokasinya di pinggir jalan besar, mudah diakses, dan sudah memiliki izin usaha. Aku yakin ini akan cocok untuk klinik pijatmu."Juned menatap foto-foto itu dengan mata berbinar, namun juga ada keraguan yang muncul. "Marina, ini terlihat... sangat bagus. Tapi apakah aku bisa mengelola tempat seperti ini?"Marina menatapnya tajam namun penuh kepercayaan. "Juned, aku tidak memilih tempat ini tanpa alasan. Kamu punya kemampuan, dan aku percaya kamu bisa mengelolanya. Selain itu, aku akan membantumu di awal. Kamu hanya perlu fokus pada apa yang kamu kuasai, yaitu memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan."Juned terdiam, merenungkan kata-kata Marina. Tempat itu terlihat seperti impian, sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan bisa ia miliki. "Tapi, Marina, ini pasti sangat mahal. Aku..."Marina mengangkat tangan, menghentikan Juned sebelum ia melanjutkan. "Biarkan itu urusanku. Anggap saja ini adalah bentuk kepercayaanku padamu. Yang perlu kamu lakukan

  • Tukang Pijat Super   Bab 140

    Marina membuka pembicaraan dengan nada tenang tetapi tegas. “Aku sudah memutuskan sesuatu untuk kalian semua. Aku ingin kalian mulai hidup baru tanpa harus takut atau khawatir tentang masa lalu. Untuk itu, aku telah menyediakan rumah untuk kalian masing-masing.”Semua orang yang mendengarnya tampak terkejut. Lilis, yang duduk paling dekat dengan Juned, langsung bertanya, “Rumah? Maksudmu Marina, kita akan tinggal di kota ini?”Marina tersenyum. “Iya. Aku sudah membeli beberapa rumah sederhana di satu kompleks perumahan. Juned, Rini, Lastri, Vivi, dan kamu, Lilis, masing-masing akan mendapatkan satu rumah dariku.”Lilis tampak tidak puas mendengar itu. “Tunggu dulu! Berarti aku tidak akan tinggal bersama keponakanku, Juned. Padahal Kami selalu hidup bersama. Kenapa kamu tak berikan satu saja untukku dan Juned, aku bisa merawatnya seperti biasanya.”Marina menggeleng lembut tetapi tetap tegas. "Aku tahu kamu peduli pada Juned, Lilis. Tapi aku ingin kalian berdua mulai hidup mandiri. J

  • Tukang Pijat Super   Bab 139

    Marina membuka semua busana Juned dengan cepat. Mereka tenggelam bersama di ranjang hotel yang empuk, menikmati setiap hembusan nafas yang saling berebut di antara bibir."Juned," kata Marina tiba-tiba sambil melepaskan ciumannya di bibir pria itu. "Aku punya tawaran untukmu."Juned menatap Marina, terlihat ragu-ragu. "Apa itu, Marina?"Marina menatap pria itu dalam-dalam, senyumnya samar namun tajam. "Aku ingin kamu tinggal di kota ini. Lupakan rumahmu di desa, lupakan semua yang pernah terjadi dengan Anton. Mulailah hidup baru di sini bersamaku."Juned mengernyit, merasa bingung dengan maksud ucapan Marina. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."Marina menarik napas panjang sebelum melanjutkan. "Jadilah laki-laki simpananku, Juned! Aku akan memberimu kekayaan, kenyamanan, dan keamanan. Semua yang kamu butuhkan. Kamu hanya perlu ada untukku."Ucapan itu membuat Juned terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa. Tawaran Ma

  • Tukang Pijat Super   Bab 138

    Pria itu tampak sedikit bingung dengan pertanyaan itu. “Perwakilan dari Anton Perkasa memang sudah tiba pagi ini, lebih awal dari jadwal semula. Dan mereka langsung diterima oleh Ibu Ratna.”Mendengar penjelasan itu, wajah Marina berubah. Sorot matanya menunjukkan sesuatu yang mencurigakan. Sementara Juned, yang berdiri di sampingnya, hanya bisa mengerutkan dahi, tak sepenuhnya memahami situasi.Tepat saat itu, Marina dan Juned melihat Ibu Ratna keluar dari ruangannya, berjalan menuju pintu utama bersama seorang pria muda. Pria itu mengenakan setelan jas hitam yang sempurna, rambutnya tersisir rapi, dengan senyum penuh percaya diri. Sosoknya begitu kharismatik, membuat siapa pun yang melihatnya langsung terkesan.Marina memperhatikan pria itu dengan penuh perhatian. Sesaat kemudian, dia berbisik kepada Juned, “Itu perwakilan dari Anton Perkasa. Tapi... sesuatu tidak beres di sini.”“Apa maksudmu?” tanya Juned bingung.“Seharusny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status