Beranda / Romansa / Tujuh Ratu untuk Sang Raja / Sweet Girl and Bitches in Bed

Share

Sweet Girl and Bitches in Bed

Penulis: Choco Lady
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-07 19:12:22

"Apa-apaan kamu ini, Anne?" Mary mendelik ketika menatap bungkusan yang barusan diberikan oleh adiknya itu.

Anne tersenyum menggoda. "Ayolah, kamu akan menikah akhir pekan ini. Itu hadiah pernikahanmu, enjoy!"

Mary, putri sulung keluarga Thomas memiliki rambut berwarna pirang keeemasan yang indah, menaruh bungkusan itu ke atas ranjangnya. Kertas pembungkusnya saja sudah meneriakkan nama perusahaan yang memproduksi pakaian dalam yang terkenal di dunia, Victoria's Secret. Gadis itu merasa risih bahkan sebelum membukanya.

"Tidak, aku takkan membukanya." Mary bergidik, menatap wajah cantik adiknya yang berambut hitam legam, kontras dengan kulitnya yang pucat. Selama ini, setiap orang yang melihat putri-putri keluarga Thomas selalu mengatakan bahwa Anne adalah kecantikan yang sempurna. Sementara Mary adalah simbol gadis sederhana dengan wajah yang biasa-biasa saja. Meski pun rambutnya yang pirang keemasan itu selalu membuat siapa pun menoleh dan menatapnya.

"Ssst, aku susah payah mendapatkannya di Gaia, jangan buat usahaku sia-sia, Sister!" Anne merangkul leher Mary yang sedang berdandan di depan meja riasnya. Meski pun Anne selalu mendapatkan perhatian dari semua orang, tetapi Mary sangat sayang padanya.

"Hmm. Kamu belum bercerita bagaimana pertemuanmu di Gaia minggu lalu. Bagaimana? Kamu mewakili ayah untuk bertemu sang Raja. Pasti menyenangkan sekali."

Anne berdecak, "Ah, tidak ada yang menarik. Aku malah pusing menanggapi obrolan para menteri-menteri penjilat itu. Mereka omongannya setinggi langit tapi isinya nol besar. Phew!" Gadis berkulit pucat itu mengambil kursi lain dari dalam kamar itu dan duduk di sebelah kakaknya, membantu sang kakak menyisir rambutnya.

"Benarkah? Tapi bukankah itu impianmu, menjadi perdana menteri di Arthanavia? Kalau begitu kamu harus mulai memahami perkataan mereka dari sekarang."

"Bukan begitu, Mary. Dengar ya, pada saat di sana, aku sengaja mengecat rambutku menjadi pirang, serta melakukan tanning sebelum acara agar kulitku sedikit kecoklatan. Aku sengaja membuat penampilanku berbeda dan apa yang mereka katakan? Aku terlalu cantik untuk berada di kabinet. Gadis sepertiku hanyalah pemanis yang hanya cocok dijadikan boneka! Ew, aku bukan Barbie, maksudku, aku benar-benar ingin mempelajari kehidupan kabinet dan mereka malah melecehkan gadis berambut pirang! Rasanya aku ingin mencolok mata mereka dan ..."

"Anne, bahasamu." Mary menegurnya dengan lembut.

"Ah, Sister. Untung kamu tidak ada di sana. Mereka pasti akan mengerjaimu juga!"

Mary tersenyum manis. "Aku hanya akan menjadi istri yang baik, Anne. Penuh ambisi dan berapi-api, itu bukan hal yang cocok untukku."

"Astaga!" Anne menepuk dahinya. "Aku lupa, bahwa kakakku yang manis ini akan menikah. Oh ya, katakan, bagaimana calon suamimu?"

Gadis berambut pirang itu tersipu malu. "Sejujurnya, aku belum mengenal dia terlalu banyak. Kami hanya bertemu dua kali. Dan Arthur, menolak untuk berkencan di luar pertemuan bersama keluarga."

"Kalian kan sudah bertunangan!" seru Anne membelalak tak percaya. "Sebagai putra seorang jenderal militer yang berwibawa, harusnya dia juga lebih berani dan liar. Ya ampun!"

"Anne, hush. Jangan asosiasikan liar dengannya. Bagiku Arthur sangat lembut dan penyayang." Mary tersenyum dan tersipu sekali lagi. "Coba katakan, apa aku harus mengenakan pita biru di balik kerudungku nanti?"

Mempelai perempuan di negara-negara Eropa, terutama di Arthanavia memiliki tradisi yang didasari oleh rima bahasa Inggris sejak abad ke sembilan belas. Something old, something new, something borrowed and something blue, a sixpence in your shoe (sesuatu yang lama, sesuatu yang baru, sesuatu yang dipinjamkan, dan sesuatu yang biru, koin enam penny di sepatumu). Artinya mempelai perempuan mengenakan sesuatu yang lama dan baru, sesuatu yang dipinjam dan berwarna biru.

Anne bangkit dari kursinya dan meraih bungkusan di atas ranjang Mary dan membukanya. "Lihatlah, yang harus kamu kenakan adalah ini!" Sebuah lingerie berwarna merah dengan hiasan garis berwarna biru dengan desain yang cukup menantang. Mary bahkan ternganga menatapnya sebelum ia membuat tanda salib dan berkomat-kamit membaca doa. "Ini biru, dan ini baru. Nah, dijamin kamu akan membuat tuan muda Arthur akan terpesona dan hmmm. Kamu harus beritahu aku detailnya!"

"Tidak, tidak, aku takkan mengenakan itu dibalik gaun pengantinku. Yesus akan membuatku dihukum di neraka, Anne!" desis Mary yang memalingkan muka.

"Ya ampun, kamu mengenakan ini di hadapan suamimu, yang sah. Mengapa kamu harus malu? Memangnya Arthur akan terkesan dengan dalaman bra old school berwarna putih yang membosankan itu? Kamu belum menjadi ibu rumah tangga, tapi kamu sudah seperti mereka!" omel Anne.

"Aku memang hanya bercita-cita sebagai ibu rumah tangga, tidak ada salahnya, kan?"

Anne menghampiri kakaknya dan berkata, "Memang tidak ada, ibu rumah tangga itu baik dan mulia. Hanya saja, kuberitahu kamu sesuatu ya, Sis. Laki-laki itu menginginkan istrinya baik di luar, tapi liar di ranjang, rrr," Anne menirukan geraman kucing.

"Ya ampun. Otakmu sudah teracuni dengan novel-novel Amerika yang kamu baca itu, Anne. Sungguh tidak pantas. Apalagi kamu ini juga belum menikah, kan?"

"Aku bilang yang sebenarnya. Mereka juga ingin istri mereka bisa melakukan hubungan intim dengan banyak gaya seperti para pelacur yang mereka sewa. Ah, memangnya Kakak tidak tahu itu? Makanya, demi bisa membuat suamimu terkesan, apalagi nanti di malam pertama mereka, gunakan ini," ujar Anne sambil mengangkat alisnya.

Mary menunduk, merasa malu dengan ucapan adiknya yang sangat tidak senonoh. "Sudahlah, Anne. Aku akan menikah, jadi jangan kotori pikiranku. Aku hanya akan menjaga kesucianku baik tubuh mau pun pikiran untuk suamiku nanti. Jadi jangan bicara yang aneh-aneh lagi."

"Ah, kamu memang tidak seru, Sis. Memangnya kamu ini hidup di abad pertengahan? Sekarang sudah abad 21, kita sudah moderen, dengan kecanggihan teknologi dan semua informasi bisa kita dapatkan dengan mudah. Lagipula belajar pendidikan seks seperti ini akan berguna untuk rumah tanggamu nanti. Siapa tahu nanti suamimu malah akan semakin mencintaimu," goda Anne memeluk kakaknya. Mary tersenyum dan rona merah mewarnai pipinya.

"Entahlah. Aku merasa ... tidak pantas mengenakan pakaian anehmu itu. Ambil saja untukmu sendiri, supaya kamu bisa mengenakannya untuk suamimu nanti."

Anne mendesah kecewa. Namun sebuah ide mendadak muncul dalam pikirannya. "Eh, Kak. Bagaimana kalau kita luangkan satu hari sebelum kamu menikah ke kota Gaia? Anggaplah ini pesta lajangmu kan! Kita bersenang-senang, dan aku akan mencarikan lingerie yang bagus untukmu, yang tidak akan membuatmu malu memakainya. Bagaimana? Aku akan minta izin kepada ayah."

"Tidak, tidak. Aku tak mau berada dalam toko lingerie yang itu. Terlalu ... terbuka."

Mendengar kalimat sang kakak, Anne memutar bola mata. "Memang kamu akan melakukan hubungan intim bersama suamimu dengan mengenakan jaket tebal dan seluruh tubuh tertutup? Kasihan sekali suamimu." Anne berdecak dan membuat Mary melempar puff bedak yang dipegangnya ke arah kepala adiknya.

Bab terkait

  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Pertunangan Henry Baldwin

    Henry Baldwin akhirnya terpaksa berdiri di aula yang megah dan mewah ini, mengenakan tuxedo yang dirancang oleh desainer terkenal menatap para undangan dengan mata kosong. Lelaki itu entah mengapa menuruti permintaan sang kakak, yang juga rajanya, untuk bertunangan dengan Catherine of Monaco. Putri dari kerajaan Monaco itu telah datang sebulan yang lalu, menjalani bimbingan dan pengajaran tradisi pertunangan sesuai dengan adat Arthanavia, demi bisa menyesuaikan dirinya pada saat hari H pertunangannya.Hingar bingar pesta kali ini sama sekali tak membuat Henry tergerak. Biasanya dia adalah raja pesta, mabuk-mabukan hingga berdansa dengan penuh gairah, tetapi kali ini ia merasa kebebasannya telah dikebiri. Henry Baldwin hanya akan setia pada satu perempuan, seumur hidupnya, padahal ia belum puas untuk bersenang-senang. Baginya menikah adalah penjara seumur hidup. Lihatlah kakaknya yang menikah dengan putri dari keluarga bangsawan Arthanavia itu. Henry takkan bisa seperti sang kakak, yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07
  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   First Kisses

    "Sudah banyak orang yang mengatakan bahwa mataku indah." Henry tersenyum simpul. Perlahan ia mengarahkan matanya, memindai setiap jengkal wajah gadis berambut pirang di hadapannya. "Namun, matamu jauh lebih indah." Gadis itu menggigit bibir dengan gugup, sebelum ia memalingkan muka. Ia tak mengerti mengapa jantungnya berdebar begitu keras di bawah tatapan lelaki asing itu. Lidahnya mendadak kelu, sebelum akhirnya ia memalingkan wajah.“Siapa namamu?” tanya Henry dengan nada lembut. Ia mundur selangkah demi mengurangi ketidaknyamanan gadis di hadapannya.“Aku ... Mary.” Gadis itu tak berani menyebutkan nama keluarganya, karena takut akan mendapatkan masalah di kemudian hari.“Mary, namamu sungguh indah seperti wajahmu. Namun, kamu pasti sudah sering mendengar pujian seperti itu.”Pipi Mary bersemu merah, sehingga menyebabkan gadis itu menundukkan kepala. “Sebenarnya, ini pertama kalinya aku mendengar pujian seperti itu.”Ada gejolak yang mendadak menggelora dalam hati Henry, ketika m

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Merebut Mary

    "Dari mana saja kamu?" Raja Reginald memandang murka ke arah adiknya yang tampak termangu. Langkah kaki Henry terkesan lunglai tak bertenaga, kontras dengan kemarahan sang kakak. "Maaf. Aku akan masuk." Reginald mengerutkan glabela, merasa aneh dengan respons sang adik yang tidak membantahnya seperti biasa. "Kamu ..." "Aku hanya butuh udara segar, Yang Mulia. Sekarang aku akan masuk." Pipi Henry berdenyut nyeri, tetapi ia lebih merasakan sakit yang menusuk di dalam hatinya. Henry merasa lega karena acara pertunangannya hampir berakhir. Catherine masih duduk dengan kaku di kursinya, seolah ia memang dipahat di sana, dengan wajah minim ekspresi. "Maaf jika kamu menunggu lama, Putri Catherine," salam Henry kepada tunangannya yang menanggapinya dengan anggukan samar. Lelaki itu mengembuskan napas, kemudian duduk. Ia mengikuti sisa prosesi pertunangan mereka dengan wajah sama seperti tunangannya. Mungkinkah ini yang sedang dialami oleh Catherine? Menyembunyikan rasa sakit hatinya dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Rahasia Anne

    "Dia menolak lamaranmu. Dan dia bersikeras akan menikah sore ini. Jadi sebaiknya kamu mundur, Henry." Reginald menatap sang adik yang tidak tidur semalaman karena menanti kabar baik dari Andrew. Raja itu juga bingung, mengapa Andrew yang sedari tadi menentang keinginan Henry, langsung tampak gembira ketika Henry menyebutkan nama putrinya. Mary bahkan menikah hari ini! Sungguh, sepertinya kerajaan Arthanavia sudah kehilangan orang waras. Reginald menerima undangannya, ia sendiri juga akan menyempatkan hadir. Calon suami Mary adalah Mayor Arthur Thompson. Bukan dari kalangan biasa-biasa saja. Berani betul, Andrew melepaskan komitmen itu hanya karena Henry menginginkan putrinya? "Tidak. Aku akan ke sana dan melamarnya sendiri!" "Henry!" Reginald berusaha mencegah agar adiknya tidak bertindak bodoh. "Hentikan kegilaanmu itu dan sadarlah!" Namun, Henry segera melepaskan tangan sang kakak dan segera berlari menuju garasi kerajaan. Ia sudah dikuasai egonya, yang tidak mau kalah karena ad

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Terbongkarnya Rahasia

    "Anne, Anne! Mengapa kamu di dalam kamar? Keluarlah!" Andrew berkata dengan riang gembira, tak menyangka nasib baiknya sudah tepat berada di depan mata. "Iya, Ayah?" Gadis itu menatap pintu kamarnya yang tertutup dengan panik. "Anne, mengapa kamu tidak bilang bahwa kamu yang bertemu pangeran dan bukannya, Mary? Pangeran sepertinya bingung antara kalian berdua. Dia ingin bertemu denganmu. Ayo cepat keluar!" Pangeran? Anne tertegun. Mengapa tiba-tiba pangeran ingin bertemu dengannya? Anne yakin bahwa ia tadi tidak melihat iring-iringan mobil kerajaan yang datang. Lagipula, kapan ia bertemu pangeran? Anne membuka pintu kamarnya dengan menyimpan rasa penasaran itu di dalam hati. Matanya segera menyambut sang ayah yang langsung memegang tangannya dengan wajah berseri. "Anne, oh, Anne. Ayah tak menduga kamu akhirnya bisa menembus keluarga kerajaan! Mari kita turun ke bawah. Pangeran Henry tak sabar ingin bertemu denganmu!" Gelak tawa Andrew tak mampu menghapus kegundahan di hati Anne.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Pemberkatan Mary Jane Thomas

    Henry pulang ke kota Gaia dengan kecewa. Padahal ia sudah selangkah lebih dekat dengan Anne. Namun, paling tidak, ia sudah tahu identitas gadis itu. Henry bertekad akan menemuinya setelah huru-hara pembatalan pertunangannya berakhir. Ia harus menyampaikan berita gembira ini kepada Reginald. Setidaknya ia tidak perlu bertikai dengan suami orang. Anne masih lajang, statusnya masih keluarga pejabat parlemen. Tentu akan jauh lebih mudah meyakinkan parlemen untuk menerima Anne sebagai istrinya. Sementara itu di kediaman Thomas, Anne duduk diam di tepi ranjangnya. Ayahnya benar-benar murka karena ia telah melakukan kebodohan yang luar biasa. "Katakan pada Ayah, apa yang kamu lakukan di sana? Kamu hanya menyusup saja, kan? Hanya datang dan bertemu dengan pangeran kan?" desak Andrew. Anne menggeleng lemah. Ayahnya mungkin bukan orang kolot yang menutup mata dengan kegiatan seksual sang putri, tapi bercinta di ruang janitor, sementara suara mereka sempat membuat para pengawal kebingungan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Tekad Henry

    Kata Gaia yang meluncur dari bibir Anne membuat Mary membeku. Kenangan dirinya yang berciuman di bawah sinar bintang kembali terlintas. "Hei, Mary. Kenapa wajahmu tampak tegang begitu?" "Aku butuh bicara denganmu sebentar." Suara Mary lebih menyerupai bisikan, yang membuat Anne mengerutkan glabela. "Baiklah." Anne menarik sang kakak untuk menjauh dari kerumunan tamu yang sedang berdansa, lalu berseru, "Maaf, Pengantin Wanita butuh pipis!" Sesampainya di toilet, Anne membuka semua pintu bilik yang ada untuk memastikan tak ada orang di sana. Barulah setelah itu ia berpaling kepada Mary yang bersandar pada wastafel. "Aku telah melakukan kesalahan besar, Anne!" "Tapi apa? Kamu sudah mengucapkan sumpah pernikahan, kamu juga bilang kamu bahagia menikahi Arthur. Apa yang salah?" Mary menggeleng dan menggigit bibirnya. "Kemarin ... saat kita berada di istana untuk pertunangan Pangeran ..." "Benar. Kamu menghilang saat kita hendak menuju tempatnya dan setelah aku menemukanmu, kamu mala

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-26
  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Kegaduhan di Balairaja

    Suara desahan tertahan terdengar dari balik dinding. Seseorang berpakaian seperti prajurit dengan emblem bintang di bahunya mengernyit, karena ia seharusnya tidak mendengar suara seperti itu di ruangan ini."My Lord!" Suara tersebut terdengar lagi disertai erangan yang panjang. Jelas sekali itu suara perempuan. Meski pun suara tersebut tidak terlalu keras, tetapi prajurit tersebut mendengarnya dengan jelas.Si prajurit yang menahan teriakan histerisnya, segera memberi kode kepada rekannya yang juga sedang berjaga, untuk menghampirinya."Ada apa?" tanya temannya dengan suara berbisik. Pesta sedang berlangsung, para menteri telah saling menyapa dan berbicara dengan tangan-tangan memegang gelas anggur. Tawa membahana menjadi dominan di ruangan itu, tapi tak ada yang bisa menandingi suara desahan yang kini mulai semakin gencar didengarkan oleh prajurit tersebut. Ia kemari untuk menjaga ruangan itu dari hal-hal yang tak diinginkan menyangkut keselamatan, karena orang nomor satu di negara Ar

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07

Bab terbaru

  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Tekad Henry

    Kata Gaia yang meluncur dari bibir Anne membuat Mary membeku. Kenangan dirinya yang berciuman di bawah sinar bintang kembali terlintas. "Hei, Mary. Kenapa wajahmu tampak tegang begitu?" "Aku butuh bicara denganmu sebentar." Suara Mary lebih menyerupai bisikan, yang membuat Anne mengerutkan glabela. "Baiklah." Anne menarik sang kakak untuk menjauh dari kerumunan tamu yang sedang berdansa, lalu berseru, "Maaf, Pengantin Wanita butuh pipis!" Sesampainya di toilet, Anne membuka semua pintu bilik yang ada untuk memastikan tak ada orang di sana. Barulah setelah itu ia berpaling kepada Mary yang bersandar pada wastafel. "Aku telah melakukan kesalahan besar, Anne!" "Tapi apa? Kamu sudah mengucapkan sumpah pernikahan, kamu juga bilang kamu bahagia menikahi Arthur. Apa yang salah?" Mary menggeleng dan menggigit bibirnya. "Kemarin ... saat kita berada di istana untuk pertunangan Pangeran ..." "Benar. Kamu menghilang saat kita hendak menuju tempatnya dan setelah aku menemukanmu, kamu mala

  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Pemberkatan Mary Jane Thomas

    Henry pulang ke kota Gaia dengan kecewa. Padahal ia sudah selangkah lebih dekat dengan Anne. Namun, paling tidak, ia sudah tahu identitas gadis itu. Henry bertekad akan menemuinya setelah huru-hara pembatalan pertunangannya berakhir. Ia harus menyampaikan berita gembira ini kepada Reginald. Setidaknya ia tidak perlu bertikai dengan suami orang. Anne masih lajang, statusnya masih keluarga pejabat parlemen. Tentu akan jauh lebih mudah meyakinkan parlemen untuk menerima Anne sebagai istrinya. Sementara itu di kediaman Thomas, Anne duduk diam di tepi ranjangnya. Ayahnya benar-benar murka karena ia telah melakukan kebodohan yang luar biasa. "Katakan pada Ayah, apa yang kamu lakukan di sana? Kamu hanya menyusup saja, kan? Hanya datang dan bertemu dengan pangeran kan?" desak Andrew. Anne menggeleng lemah. Ayahnya mungkin bukan orang kolot yang menutup mata dengan kegiatan seksual sang putri, tapi bercinta di ruang janitor, sementara suara mereka sempat membuat para pengawal kebingungan

  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Terbongkarnya Rahasia

    "Anne, Anne! Mengapa kamu di dalam kamar? Keluarlah!" Andrew berkata dengan riang gembira, tak menyangka nasib baiknya sudah tepat berada di depan mata. "Iya, Ayah?" Gadis itu menatap pintu kamarnya yang tertutup dengan panik. "Anne, mengapa kamu tidak bilang bahwa kamu yang bertemu pangeran dan bukannya, Mary? Pangeran sepertinya bingung antara kalian berdua. Dia ingin bertemu denganmu. Ayo cepat keluar!" Pangeran? Anne tertegun. Mengapa tiba-tiba pangeran ingin bertemu dengannya? Anne yakin bahwa ia tadi tidak melihat iring-iringan mobil kerajaan yang datang. Lagipula, kapan ia bertemu pangeran? Anne membuka pintu kamarnya dengan menyimpan rasa penasaran itu di dalam hati. Matanya segera menyambut sang ayah yang langsung memegang tangannya dengan wajah berseri. "Anne, oh, Anne. Ayah tak menduga kamu akhirnya bisa menembus keluarga kerajaan! Mari kita turun ke bawah. Pangeran Henry tak sabar ingin bertemu denganmu!" Gelak tawa Andrew tak mampu menghapus kegundahan di hati Anne.

  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Rahasia Anne

    "Dia menolak lamaranmu. Dan dia bersikeras akan menikah sore ini. Jadi sebaiknya kamu mundur, Henry." Reginald menatap sang adik yang tidak tidur semalaman karena menanti kabar baik dari Andrew. Raja itu juga bingung, mengapa Andrew yang sedari tadi menentang keinginan Henry, langsung tampak gembira ketika Henry menyebutkan nama putrinya. Mary bahkan menikah hari ini! Sungguh, sepertinya kerajaan Arthanavia sudah kehilangan orang waras. Reginald menerima undangannya, ia sendiri juga akan menyempatkan hadir. Calon suami Mary adalah Mayor Arthur Thompson. Bukan dari kalangan biasa-biasa saja. Berani betul, Andrew melepaskan komitmen itu hanya karena Henry menginginkan putrinya? "Tidak. Aku akan ke sana dan melamarnya sendiri!" "Henry!" Reginald berusaha mencegah agar adiknya tidak bertindak bodoh. "Hentikan kegilaanmu itu dan sadarlah!" Namun, Henry segera melepaskan tangan sang kakak dan segera berlari menuju garasi kerajaan. Ia sudah dikuasai egonya, yang tidak mau kalah karena ad

  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Merebut Mary

    "Dari mana saja kamu?" Raja Reginald memandang murka ke arah adiknya yang tampak termangu. Langkah kaki Henry terkesan lunglai tak bertenaga, kontras dengan kemarahan sang kakak. "Maaf. Aku akan masuk." Reginald mengerutkan glabela, merasa aneh dengan respons sang adik yang tidak membantahnya seperti biasa. "Kamu ..." "Aku hanya butuh udara segar, Yang Mulia. Sekarang aku akan masuk." Pipi Henry berdenyut nyeri, tetapi ia lebih merasakan sakit yang menusuk di dalam hatinya. Henry merasa lega karena acara pertunangannya hampir berakhir. Catherine masih duduk dengan kaku di kursinya, seolah ia memang dipahat di sana, dengan wajah minim ekspresi. "Maaf jika kamu menunggu lama, Putri Catherine," salam Henry kepada tunangannya yang menanggapinya dengan anggukan samar. Lelaki itu mengembuskan napas, kemudian duduk. Ia mengikuti sisa prosesi pertunangan mereka dengan wajah sama seperti tunangannya. Mungkinkah ini yang sedang dialami oleh Catherine? Menyembunyikan rasa sakit hatinya dan

  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   First Kisses

    "Sudah banyak orang yang mengatakan bahwa mataku indah." Henry tersenyum simpul. Perlahan ia mengarahkan matanya, memindai setiap jengkal wajah gadis berambut pirang di hadapannya. "Namun, matamu jauh lebih indah." Gadis itu menggigit bibir dengan gugup, sebelum ia memalingkan muka. Ia tak mengerti mengapa jantungnya berdebar begitu keras di bawah tatapan lelaki asing itu. Lidahnya mendadak kelu, sebelum akhirnya ia memalingkan wajah.“Siapa namamu?” tanya Henry dengan nada lembut. Ia mundur selangkah demi mengurangi ketidaknyamanan gadis di hadapannya.“Aku ... Mary.” Gadis itu tak berani menyebutkan nama keluarganya, karena takut akan mendapatkan masalah di kemudian hari.“Mary, namamu sungguh indah seperti wajahmu. Namun, kamu pasti sudah sering mendengar pujian seperti itu.”Pipi Mary bersemu merah, sehingga menyebabkan gadis itu menundukkan kepala. “Sebenarnya, ini pertama kalinya aku mendengar pujian seperti itu.”Ada gejolak yang mendadak menggelora dalam hati Henry, ketika m

  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Pertunangan Henry Baldwin

    Henry Baldwin akhirnya terpaksa berdiri di aula yang megah dan mewah ini, mengenakan tuxedo yang dirancang oleh desainer terkenal menatap para undangan dengan mata kosong. Lelaki itu entah mengapa menuruti permintaan sang kakak, yang juga rajanya, untuk bertunangan dengan Catherine of Monaco. Putri dari kerajaan Monaco itu telah datang sebulan yang lalu, menjalani bimbingan dan pengajaran tradisi pertunangan sesuai dengan adat Arthanavia, demi bisa menyesuaikan dirinya pada saat hari H pertunangannya.Hingar bingar pesta kali ini sama sekali tak membuat Henry tergerak. Biasanya dia adalah raja pesta, mabuk-mabukan hingga berdansa dengan penuh gairah, tetapi kali ini ia merasa kebebasannya telah dikebiri. Henry Baldwin hanya akan setia pada satu perempuan, seumur hidupnya, padahal ia belum puas untuk bersenang-senang. Baginya menikah adalah penjara seumur hidup. Lihatlah kakaknya yang menikah dengan putri dari keluarga bangsawan Arthanavia itu. Henry takkan bisa seperti sang kakak, yan

  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   Sweet Girl and Bitches in Bed

    "Apa-apaan kamu ini, Anne?" Mary mendelik ketika menatap bungkusan yang barusan diberikan oleh adiknya itu.Anne tersenyum menggoda. "Ayolah, kamu akan menikah akhir pekan ini. Itu hadiah pernikahanmu, enjoy!"Mary, putri sulung keluarga Thomas memiliki rambut berwarna pirang keeemasan yang indah, menaruh bungkusan itu ke atas ranjangnya. Kertas pembungkusnya saja sudah meneriakkan nama perusahaan yang memproduksi pakaian dalam yang terkenal di dunia, Victoria's Secret. Gadis itu merasa risih bahkan sebelum membukanya."Tidak, aku takkan membukanya." Mary bergidik, menatap wajah cantik adiknya yang berambut hitam legam, kontras dengan kulitnya yang pucat. Selama ini, setiap orang yang melihat putri-putri keluarga Thomas selalu mengatakan bahwa Anne adalah kecantikan yang sempurna. Sementara Mary adalah simbol gadis sederhana dengan wajah yang biasa-biasa saja. Meski pun rambutnya yang pirang keemasan itu selalu membuat siapa pun menoleh dan menatapnya."Ssst, aku susah payah mendapatk

  • Tujuh Ratu untuk Sang Raja   The Playboy of Arthanavia

    “Kamu itu seorang pangeran, Henry! Bisa-bisanya kamu mempermalukan nama keluarga kita hanya demi nafsumu! Memangnya kamu tidak mau mempergunakan otakmu?” Reginald menanggalkan semua formalitas dan ketenangannya ketika ia hanya berdua dengan adiknya di ruangan pribadi.“Astaga, Yang Mulia.” Henry menghela napas. “Tidak banyak orang yang tahu, lagipula toh, itu tidak menambah apa-apa ketimbang popularitas kita yang akan semakin naik, ya kan?”“Henry Leonard Baldwin! Jaga bicaramu! Kita sudah bekerja keras dari generasi ke generasi mempertahankan reputasi kita, lalu kamu malah seenaknya sendiri? Kamu berada di nomor satu pewaris tahta. Kelakuanmu ini hanya akan mengecewakan rakyat kita!” Reginald berkacak pinggang, menunjuk adik laki-lakinya yang badung itu, karena tak tahan dengan emosinya yang meluap.“Yang Mulia, mereka toh tak peduli bagaimana perilaku kita selama kita tidak mengemplang pajak dan tampil baik di media.” Henry mengusap rambutnya yang ditata dengan indah setiap pagi ole

DMCA.com Protection Status