George kehabisan kata-kata. Oke, jadi dirinya dicap manusia rendahan?"Sudah, cepat dimakan sebelum masakannya dingin!"Ketiganya duduk bersama. Felix kebingungan memilih makanan pembuka. Terlalu banyak makanan memenuhi meja di hadapannya."Kak Felix, coba daging buatanku!""Kak Felix, coba sayap ayam buatanku!""Kak Felix, coba ikan rebus buatanku!""Kak Felix ...."Dalam sekejap mata, tumpukan mangkuk kosong di dekat Felix menjadi setinggi bukit. George tampak iri akan hal ini."Melly, bagaimana dengan kakak kandungmu ini?""Kakak bisa ambil sendiri. Ada banyak makanan di sini. Kakak bisa makan sendiri." balas Melly dengan nada datar.George terkesiap. Ada sekat yang begitu jelas antara dirinya dengan Felix."Bukankah ... perbedaan sikapmu di antara kami berdua terlalu drastis? Aku mau protes!""Protes Kakak tidak ada gunanya. Kak Felix pernah menyelamatkan aku dan Kakak sekali. Siapa Kakak, berani bersanding dengan Kak Felix?""Aku ...." Untuk waktu yang lama, Felix kehabisan akal b
Menjelang malam, George mabuk sampai berbaring tak sadarkan diri di bawah meja. Berbeda dengan Felix yang tetap sadar meski langkahnya sudah terasa ringan."Jam sebelas! Aku sebaiknya pulang sekarang!""Pulang sekarang? Bagaimana kalau Kak Felix tinggal semalam di sini?" tanya Melly. Dia enggan membiarkan laki-laki itu pergi."Merepotkan, lagi pula, ada yang menungguku di rumah. Memang sudah larut malam, tapi aku bisa memanggil taksi. Transportasi umum di Zhongzhou sangat memadai, aku tidak perlu takut tidak dapat mobil!"Setelah melihat Felix pergi, Melly pun mengembuskan napas. Dia merasa kecil ketika memikirkan jarak antara dirinya dengan Julia dan yang lainnya."Ada apa? Kamu merasa tidak ada harapan?""I … iya ... apa?"Melly terkejut. Cepat, dia menoleh ke arah George."Bukannya Kakak sudah mabuk?" tanya Melly curiga."Banyak? Kakakmu ini sudah banyak berlatih di Distrik Tiga. Aku bisa meneguk tiga sampai lima botol arak. Barusan ini tidak ada artinya!" George mengangkat bahu."B
"Kalau begitu kamu harus bekerja keras. Mau bagaimana pun juga, dia itu pria berambut pirang!"Tepat sesudah itu, Felix mendengar tawa pecah di balik telepon. Dia sedikit kebingungan. Pria? Berambut pirang?Serigala juga berbulu pirang ...."Siapa maksudmu?" tanya Felix curiga."Namanya Enzo Kim. Dia pernah mencarimu dan pernah menyatakan cinta padaku, tetapi aku menolaknya lalu dia berkata ingin bekerja sama denganmu. Oh iya, sebelumnya aku juga sudah bicara dengan Laura. Dia tahu orang ini. Waktu jalan-jalan di mal dulu dia pernah menyatakan cinta padanya.”Seusai mendengarkan penjelasan itu, Felix pun teringat dengan sosok Enzo.Dasar, orang ini hobi merendahkan.Apakah laki-laki ini juga berniat mengambil semua perempuan miliknya?"Jadi? Lebih baik dia pergi. Kalau tidak berhasil, cari petugas keamanan dan bilang dia melakukan pelecehan!"“Tidak ada gunanya. Dia terus menunggu di depan kompleks kita. Sudah semingguan, kami juga sudah kehabisan akal. Lagi pula, perbuatannya juga tid
Enzo akhirnya mengerti kenapa katanya tidak boleh membanding-bandingkan dengan orang lain! "Pantas saja mereka semua bilang dia punya seorang laki-laki, tapi aku tidak menyangka mereka semua berpacaran lelaki yang sama. Sangat disayangkan ...," kata Enzo. Dia tidak tahu kalimatnya seketika menyulut amarah Felix."Kamu pikir karena kamu ini penduduk asli Negara Shawana dan aku orang asing, aku jadi tidak berani bersikap kasar sama kamu?" Felix mengerahkan sedikit kekuatan di tangannya. Seketika itu juga, Enzo terangkat.Mata petugas keamanan yang berada di sisi seketika membelalak. Gila! Kualitas baju si pirang bagus sekali!Kalau Enzo tahu apa yang para petugas keamanan pikirkan, dia pasti membentak mereka. Dari semua yang bisa diperhatikan, mereka memperhatikan kualitas bajunya? Tentu saja, Enzo tidak tahu hal ini. Para petugas keamanan merasa bahkan jika ada dua orang pun, Felix tetap bisa mengangkat dengan satu tangan!Semua petugas keamanan masih ingat jelas seberapa tidak berdaya
"Jadi, aku harus mengganti kewarganegaraanku? Lagi pula, kalian juga tidak mengakui bigami di luar negeri, tapi juga tidak mengakui hubungan pernikahan. Lalu apa gunanya? Terlebih, kalau aku ingin menikah, bukankah lebih mudah aku membeli sebuah pulau?"Kalimat Felix membuat si pengurus rumah kebingungan. Ucapan laki-laki itu ada benarnya."Pak Felix, coba pikirkan sekali lagi. Tuan Muda kami benar-benar perlu mendiskusikan sesuatu dengan Anda. Bagaimana ... bagaimana kalau Anda memutuskan setelah mendengarkannya terlebih dulu?""Ini tidak dapat ditawar. Tidak hanya itu, kalau kalian berani berdiri di hadapanku lagi ...."Suara Felix terhenti di tengah. Sebelum semuanya sempat bereaksi, dia menendang Rolls Royce di depannya. Mobil mewah itu seketika bergerak mundur. Keempat rodanya meninggalkan dua garis hitam panjang di aspal.Boom!Boom! Boom! Boom!Keempat ban mobil meledak hampir di waktu yang bersamaan. Namun ledakan itu tidak menghentikan laju mobilnya. Angkutan logam itu terus m
Felix tidak tahu harus menjawab apa. Apakah ini yang dimaksud dengan tidak akan muncul di hadapannya lagi? Bualan macam apa ini?Plak!Sekali Felix mengayunkan tangan, layar tablet itu seketika meletus, mengeluarkan gumpalan asap hijau. Terkejut, si kurir pun ketakutan melempar tablet itu ke samping."Bapak, ini ....""Selanjutnya jangan layani pesanan orang ini atau bukan tablet saja nanti korbannya!"Kurir itu bergegas mengangguk lalu kembali ke Enzo. Kejadian ini malah membuat Enzo semakin bersemangat. Apa lagi mendengar Felix hanya mengayunkan tangannya pelan dan tablet di tangan si kurir meledak hingga berkeping-keping.Sementara itu, di dalam vila ....Melihat wajah para perempuan menahan tawa mereka, Felix pun menghela napas dan berkata, "Tertawa saja sepuasnya. Aku tidak peduli!""Hahaha! Si pirang itu sangat patuh sekali. Dia tidak benar-benar datang!" Nala tertawa keras."Iya, untung saja dia tidak kembali muncul! Kalau iya, itu sama saja dengan cari gara-gara!" Cindy menamba
Untuk sesaat Felix bahkan enggan memarahi Enzo. Mau bagaimanapun juga, meski laki-laki itu menyebalkan, dia tidak bisa menyalahkan seseorang dengan keterbatasan mental, bukan?"Tuan, ada yang tidak benar dengan ucapan Anda. Tuan menyebut diri sendiri jelek?" Si pengurus rumah mengingatkan dengan suara pelan."Jelek? Aku tidak jelek, aku sangat tampan!" Enzo mendongak lalu berkata dengan bangga."Kamu memang tampan. Jangan ganggu aku lagi, oke?" tanya Felix memastikan.“Aku bukan sedang mengganggumu, aku sedang memelasmu. Asalkan Tuan Felix setuju, saya bisa membantu Tuan mendapatkan fasilitas terbagus. Anda juga tidak perlu mengganti kewarganegaraan. Selain itu, Konsorsium Jackie akan menikmati fasilitas tertinggi di Negara Shawana, pembebasan pajak penuh, dan ... dan ... intinya semua merugikan negara, tidak ada yang menguntungkan negara!"Si pengurus rumah kehabisan kata-kata. Malu sekali rasanya, kemampuan bahasa Xia yang dikuasai majikannya masih belum setinggi itu."Tuan, seharusn
Setelah mendengar ucapan dari mulut Felix, Zasky pun spontan tertegun.Apakah Felix adalah orang yang mengikuti peristiwa terkini? Atau peristiwa dunia saat ini!“Kamu bahkan tahu masalah ini? Kamu juga ikuti kabar Negara Shawana?”“Aku malas untuk mengikutinya. Hanya saja, ada orang bodoh yang terus mondar-mandir di depan rumahku. Dia pernah ungkit masalah ini sebelumnya. Dia bilang mau minta bantuanku!”Zasky terdiam sejenak, lalu bertanya, “Siapa namanya? Namanya panjang sekali …. Aku lupa, sepertinya Enzo … Bruce …. Pokoknya pemuda itu bermata biru dan berambut pirang, umurnya sekitar 20-an tahun.”“Betul, dia orangnya! Aku merasa IQ-nya bahkan lebih rendah daripada anak-anak di panti asuhanku!” ucap Felix sambil menggaruk keningnya.“Hahaha, namanya beda budaya, wajarlah! Tapi beda cerita kalau kamu diundang ke sana!”“Oh, tidak mau! Kalau tidak ada urusan lagi, aku tutup dulu.”Ucapan Felix seolah-olah sedang menanyakan pendapat Zasky. Namun sebenarnya, dia sama sekali tidak menu