Share

Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri
Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri
Penulis: Leon Hart

Pesta Pembawa Petaka

Penulis: Leon Hart
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 13:48:06

"Kamu memang cantik, tapi tidak akan pernah seperti Celine. Tidak pernah!"

Netra Talita berkilat. Sentuhan tangan Reynald, suaminya, yang sudah terlepas dari dagunya adalah awal dari tekanan batinnya kali ini. Sudah berusaha keras memulas wajah dengan persiapan beberapa hari sebelumnya, masih saja tak menarik perhatian suaminya itu.

Malam ini adalah pesta rutin tahunan perusahaan keluarga Christopher dalam rangka penghormatan kepada para kolega dan pemegang sahamnya.

Setelah kematian Reymond Christoper setahun yang lalu, secara estafet tapuk pimpinan otomatis beralih pada Reynald, putra sulungnya.

"Aku sudah selesai. Tinggal memilih kalung mana yang cocok. Bantu aku ya. Tunggu sebentar." Talita berusaha kesampingkan harga dirinya yang sudah seperti tak bernilai lagi di hadapan Reynald dengan berbalik. Talita berniat mengambil 2 benda dari mutiara itu untuk di tunjukkan pada Reynald.

"Itu hanya hal kecil bagi wanita, tapi kenapa seperti sesuatu yang berat buatmu?" Tak habis pikirnya Reynald, menganggap upaya Talita untuk menarik perhatiannya itu sebagai hal menggelikan. "Aku harus turun sekarang. Celine sudah menunggu di bawah."

Seperti biasa, tatapan dingin Reynald merupakan bentuk dari cerminan hatinya. Meski sudah menikah selama lebih dari satu tahun, tapi kehadiran Talita seperti hanya wanita berstatus istri di atas kertas saja.

Kedua tangan Talita terkepal lebih erat. Binaran mata sedianya penuh harapan akan awal sebuah penerimaan Reynald atas kehadirannya, kini berubah jadi upaya mencegah air mata ini menetes.

Pintu telah Reynald tutup, tapi tatapan Talita tetap lurus dan hampa. Dua kalung mutiara dalam genggamannya terjatuh dari tangan yang melemah seperti tak kuasa menahan beban batin di dadanya.

Hampir satu bulan Talita mempersiapkan penampilannya ini. Dari banyak mencari informasi ataupun percobaan sembunyi-sembunyi demi tampil maksimal dan tidak di banding-bandingkan dengan Celine, tapi tetap saja tidak menggugah Reynald.

"Tidak bisakah kamu berikan minimal rasa kasihanmu padaku? Paling tidak kamu hargai usahaku, Rey." Harapan Talita yang di sadarinya tak akan pernah tersampaikan.

Keduanya menikah karena kepentingan bisnis. Beberapa tahun yang lalu, Christopher corp. sempat alami masalah finansial. Berkat tangan dingin dari ayah Talita, Arya Dharmawan, perusahaan keluarga Christopher tersebut jadi terselamatkan.

Talita sekuat hati memakai salah satu kalung mutiara yang sudah di pungutnya, lalu menyusul Reynald ke taman belakang dengan langkah tanpa semangat, terlebih saat pemandangan yang dia takutkan itu benar-benar terjadi. Di area tengah pesta, Reynald dan Celine tengah berbincang penuh senyum dan mesra. Siapapun yang berada di sekitar mereka pasti bisa merasakan gelora cinta dari saling menatap yang tidak dapat membohongi.

Hanya demi kehormatan keluarga Christopher, Talita paksakan diri lebarkan senyumannya ketika tamu undangan yang dia lewati menatap ke arahnya. Talita menyadari, sikap ramah mereka padanya hanyalah semu.

Iya, gosip itu telah tersebar. Pernikahan antara Reynald dan Talita hanyalah karena balas budi mendiang Raymond pada seorang konsultan bisnis sekaligus sahabatnya sewaktu kuliah S2 di Amerika yaitu Arya.

Satu tahun setelah keberhasilan Arya membantu menagemen perusahaan Christopher, kecelakaan pesawat kecil di daerah Papua menewaskannya bersama sang istri. Mengetahui Talita telah menjadi yatim piatu, Reymondpun memutuskan menjodohkannya dengan Reynald setelah mengetahui putranya tersebut telah putus dengan kekasihnya, Celine.

Semua orang telah tahu, Reynald tidak pernah sepenuhnya mencintai Talita. Terlebih latar belakang keluarga Talita yang biasa-biasa saja membuatnya selalu jadi bahan cemohoan. Parahnya lagi, biang gosip itu justru berasal dari ibu mertua dan iparnya sendiri, yaitu ibu dan adik perempuan Reynald, Veronica dan Vanessa.

"Walaupun pake gaun dan make-up tebal, tetap saja kelihatan kampungannya!"

Mendengar makian ini, Talita spontan menolehkan wajah. Tanpa dia sadari, seseorang dengan sengaja memposisikan kakinya di depan Talita.

Bukk!!

Talita terjatuh sampai menimbulkan bunyi debum yang lumayan keras dan bisa terdengar oleh para tamu.

"Kelihatan banget baru pertama kali pake highheels mahal, ya?!"

Talita mendongak dan ternyata suara iparnya, Vanessa.

"Cepet bangun. Bikin malu aja!" perintah dengan nada geregetan dari Veronica, ibu mertuanya. "Itu Reynald. Nggak bisakah kamu lihat wajahnya?!"

Sambil menahan rasa sakit, Talita paksakan diri untuk berdiri setelah Reynald ulurkan tangan untuknya. Setelah Talita berdiri tegak, cepat-cepat Reynald lepaskan tangannya dan berdiri menjauh untuk berada di samping Celine.

"Aduh, kalau misalkan itu aku pasti sudah malu terus lari masuk kamar dan nggak bakalan balik ke pesta lagi!"

Sentilan getir dari salah seorang tamu itu sontak membuat Talita sadar diri harus melakukan hal tersebut.

Tanpa berpikir panjang lagi dan tertatih, ia berjalan cepat ke arah dalam rumah. Sambil memegang bagian pinggangnya, tangga menuju ke kamarnya adalah yang ingin ia tuju.

Setelah sampai di atas, Talita segera lampiaskan perasaan kalutnya ini dengan tangisan. Talita mengintip dari balik korden jendela kamar menuju ke arah taman belakang tempat pesta telah di mulai.

Suara musik mulai terdengar justru setelah dirinya tidak berada di tengah-tengah pesta, seolah mengisyaratkan kalau dirinya tidak di harapkan kehadirannya di acara tersebut.

Perasaan getir itu semakin besar setelah melihat bagaimana Reynald dan Celine terus bersama, bahkan keduanya seperti pasangan suami istri yang saling menyapa para tamu.

"Mereka memang benar. Celine wanita yang cantik dan berkelas. Jauh berbeda dengan aku," ratapan Talita yang merasa jadi wanita paling buruk di dunia meski sudah berusaha maksimal berdandan lebih dari biasanya di depan Reynald. Upaya kerasnya ternyata tak membuahkan hasil.

Talita tiba-tiba saja merasakan kepalanya berputar dan mulai berkunang-kunang. Beban berat di hati seolah sudah di luar batas kesadarannya. Ia berusaha melangkah, namun terasa berat dan kemudian semua mendadak menjadi gelap.

Setelah beberapa saat, Talita coba membuka kedua matanya ketika mendengar suara beberapa orang di sekitarnya. "A ... Aku di mana?" ucapnya lirih sambil berusaha sekuat tenaga untuk mengingat.

"Talita. Kamu sudah sadar? Bagaimana keadaanmu? Apa yang kamu rasakan sekarang?" rentetan pertanyaan Reynald.

"Aku di rumah sakit?" tanya Talita setelah menyadari ada seorang dokter dan tempat di mana ia sekarang berbaring.

"Iya, Nyonya." Kali ini adalah sang dokter yang berbicara, sekaligus memberikan penjelasan soal keadaannya kini.

Dunia serasa runtuh bagi Talita, ketika dokter menjelaskan kalau dirinya telah alami trauma pada area peranakan paska terjatuh tadi, sehingga berakibat terganggunya fungsi rahim. Talita di minta untuk jalani terapi selama 6 bulan sampai pada pemeriksaan berikutnya apakah dia bisa kemungkinan untuk jalani program kehamilan.

"Nyusahin sekali, sih!" gerutu Veronica. "Sudah buat pesta jadi bubar sebelum waktunya, sekarang malah sakit dan kemungkinan nggak bisa kasih keturunan buat Reynald. Istri macam apa kamu?!" tambahnya setelah kepergian dokter yang menangani.

Dada Talita semakin sesak, terlebih keberadaan Celine memberikan tanda kalau keluarga Reynald sudah tidak menginginkan dirinya lagi.

"Maaf. Bisa aku bicara dengan Reynald sebentar?" pinta Talita lemah. Baik Veronica, Vanessa, dan Celine kemudian beranjak keluar setelah Reynald memberikan isyarat agar mereka menuruti.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Reynald dingin seperti biasanya.

"Katakan padaku dengan jujur. Apa kamu masih mencintai Celine?" Talitapun to the poin.

"Kenapa kamu tanyain itu?"

"Rey. Jujurlah. Aku terima apapun jawabanmu, dan nggak akan marah."

Untuk beberapa detik Reynald tunjukkan sikap dan raut bingung. Hal ini menjadi sebuah kesimpulan bagi Talita. "Berarti benar kalau kamu masih mencintainya."

Reynald terdiam tak menjawab. Hanya menatap dingin dan terpaku pada Talita.

"Kalau begitu ... Aku ingin kita bercerai, Rey."

Bibir Reynald ternganga tak percaya akan permintaan Talita yang tidak di sangka-sangkanya ini. Setelah menghela napas panjang, Reynaldpun akhirnya berikan jawaban.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (38)
goodnovel comment avatar
SusiVikers
ya ampun jahat bgt sih keluarganya si reynald ini padahal dulu di tolongin sama siapa coba, kan sama bapaknya Talita gak tau balas Budi dasar kacang lupa kulitnya ......... bagus Talita mendingan kamu pisah aja tuh sama si reynald dan jauhi keluarga toxic kayak mereka
goodnovel comment avatar
Santih
itu yang terbaik sih mending cerai talita daripada tersiksa kaya gitu
goodnovel comment avatar
Imha Deva
lebih baik pergi Talitha hidup kami lebih berharga daripada bersama mereka yang toxic
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Sakit Hatiku

    "Sebaiknya kamu periksakan kesehatan mentalmu juga. Sepertinya kamu mulai berhalusinasi." Mulut Talita ternganga. Tak menyangka akan tanggapn Reynald, tapi tak sanggup membantah. Ada beban moral yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga tidak akan bisa serta-merta dia kesampingkan begitu saja. "Aku baik-baik saja. Baiklah kita pulang sekarang." "Aku harus antar Celine ke apartemennya. Dia mengeluh mual, tapi nggak mau periksa ke dokter. Aku tahu Celine nggak mau bebani aku karena keadaanmu, jadi tolong kerjasamanya." Dengan mudahnya Reynald berkata demikian, sedangkan isi pikiran Talita semakin kalut. "Apa ... Apa Celine ... Hamil?" terlontar begitu saja pertanyaan ini dari bibir Talita. "Kalau memang seperti itu, kamu sudah tahu kan siapa yang lebih aku khawatirkan sekarang," jawaban enteng Reynald. "Cepatlah. Mama sama Clarissa sudah menunggu. Mereka tidak akan menyukai itu." Belum juga sanggup mencerna sepenuhnya pernyataan Reynald, kini di tambah bayangan akan satu mobil den

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Perjodohan Suami Dengan Mantan Kekasihnya

    "Cepet bersihin luka Celine! Bawa sial aja bisanya!" Talita mengangguk patuh atas perintah dari Veronica ini. "Baik, Ma." Talita segera berdiri meski sedikit susah payah. Rasa nyeri pada pinggang masih sering kali hilang timbul ketika melakukan perubahan gerakan mendadak seperti saat ini. Seorang pembantu rumah tangga masuk ke dalam ruang makan dengan tergopoh-gopoh bersama 2 lap basah dan kering. "Nyonya muda, biar saya yang bersihin," pintanya tapi di tanggapi Talita dengan gelengan kepala. "Nggak usah. Aku saja. Mama Vero pasti nggak akan ijinin kamu bantu kesalahanku. Ambilin pengki saja ya." Perintah Talita ini kemudian jadi gerak cepat pembantu rumah tangga bernama Sari ini ke area belakang rumah. Sedangkan Talita merunduk lagi untuk membersihkan punggung kaki Celine. "Maaf, Celine. Aku benar-benar nggak sengaja. Aww!" Berganti Talita menjerit tertahan karena tak melihat bagian yang di bersihkan, jadi sempat ada remahan pecahan menusuk dan hampir masuk ke dalam kulitnya. "A

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Rencana Jahat

    Baik Talita maupun Reynald berganti tujuan ke arah single sofa tempat Veronica duduk berada. "Mama? Kenapa?!" kepanikan Reynald, segera memposisikan ibunya tidur dalam pelukannya. "Kita ke dokter sekarang!" putusnya melihat keadaan Veronica yang terlihat sulit bernapas, tapi justru mendapatkan pencegahan. "Nggak usah, Rey. Bawa Mama ke kamar saja. Kita juga perlu bicara berdua." Veronica menurunkan kaki, lalu meminta putranya ini untuk memapahnya secara perlahan. "Aku bikinin teh anget ya, Ma." Talita masih menaruh rasa peduli, namun mendapatkan tanggapan sebaliknya. "Nggak usah!" sahut Veronica sewot. "Harusnya kamu itu bikin surat laporan. Nyadar nggak, sih?! Kalau hari ini kamu sudah buat dua orang bisa saja mati. Aduhh, Tuhan toloongg. Dosa apa aku pada-Mu sampai kirim menantu bisanya buat sial teruss!" Veronica merutuki diri seolah-olah tengah mendapatkan hukuman dan hanya berakhir pada penyesalan. "Sudahlah, Ma. Kita bicara saja di dalam." Reynald lalu beralih pada Tal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Keputusan Perpisahan

    Setelah beberapa hari Talita memutuskan untuk menyendiri. Tinggal bersama Vani adalah pilihan satu-satunya saat ini. "Gue jalan kerja dulu ya, Ta. Lo sudah nggak sedih lagi, kan?" tanya Vani serata menatap sahabat ini menutup bungkus nasi uduknya dengan wajah sendu. "Entahlah." "Sekarang lo tahu kalau Reynald yang membuat rencana jahat ini. Apalagi tujuannya selain agar secara perlahan bagian saham dan andil emosional Ayahmu di perusahaan itu berangsur hilang. Lo kan cuma minta cerai, tapi masih nggak mau lepasin prosentase saham itu. Iya, kan?" Vani menggiring Talita untuk menyetujui opininya. "Jadi dengan maksud rasa malu itu, lo akan dengan sukarela melepaskan." "Bagaimana lo punya pikiran seperti itu?" "Aduh, Ta. Kadar iblis di jiwa lo cuma berapa persen, sih? Heran gue. Habis baik banget. Kan ternyata benar kalau selama setahunan ini, perusahaan itu labanya sedang naik, dan otomatis kepemilikanmu juga." "Jadi menurutmu gue harus pastikan keputusan itu?" "Yups. Exac

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Bukan Aku

    "Benar itu nama ibu kandung saya, tapi sepertinya saya bukan orang yang Anda cari." Talita buru-buru mengajak Anna agar masuk ke dalam rumah. "Maaf saya tidak ada waktu. Kami harus ngerjain seuatu!" ucap Talita ketakutan, kemudian berjalan cepat sampai di balik pintu gerbang. "Saya sudah tahu banyak tentang Anda. Percayalah." "Ibu saya cuma orang biasa. Mungkin cuma kebetulan sama nama saja." Talita cepat-cepat menggembok pintu gerbang tersebut. "Pergilah, Pak. Saya bisa teriak minta tolong atau panggil polisi." "Akan saya jelaskan. Tolong beri saya waktu sebentar." Pria itu masih berusaha memaksa. "Maaf, Pak. Saya harus masuk." "Mbak Talita. Saya tahu perasaan Anda sekarang, tapi pastikan akan ada kiriman pembuktian dari saya nanti!" Talita mengajak asisten rumah tangganya segera masuk ke dalam dan kemudian menanyainya. "Apa saja yang sudah orang itu katakan sama kamu, Mbak?" "Orang itu datang dua hari yang lalu terus cari Mbak, tapi sebelum-sebelumnya saya sudah pernah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Mantan Kekasih Suamiku Hamil?

    Setelah beberapa hari berselang, Talita mulai membuka diri dengan menerima permintaan pertemuan dengan Mario. "Tersenyumlah Talita." Kalimat pertama yang Mario ucapkan pada tamu di hadapannya ini. Talita memang berikan senyuaman, tapi jelas terlihat kikuk. Tundukan malu-malunya ini akibat baru menyadari kalau Mario adalah pria yang sangat tampan. Tatapan lembut Mario cepat membuat lawan bicara merasa nyaman. "Nah gitu dong. Lampu aja kalah terang kalau kamunya lagi senyum begini." Wanita mana yang tak akan berbunga-bunga bila ucapan seperti ini meluncur dari pria yang selalu memperlakukan dirinya layaknya penjaga bagi mutiara dalam tempurung rapuh. "Terima kasih. Kamu selalu buat aku senang." "Masa? Tapi kok aku lihat kamunya masih suka murung, terus termenung kayak pikirannya lagi bawa barbel 5 kilo?" Mario berusaha menciptakan suasana cair. Setelah bertemu Talita beberapa kali, Mario sudah dapat menyimpulkan seperti apakah sifat serta karakternya. Talita tertawa tertah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Lakukan Demi Bayi Ini

    "Iya, bener itu." Jawaban Vani jelas buat Talita semakin berusaha tanamkan perasaan benci pada Reynald. "Reynald pernah hubungi Mario dan atur pertemuan hanya berdua. Kata Mario, memang nggak lama mereka ngobrolnya tapi pada intinya Reynald meminta Mario melepaskan Celine secara gentleman. Sudah kelihatan banget, kan kalau Celine jelas-jelas pilih Reynald. Sebagai laki-laki yang punya harga diri, Mario juga jelas memilih mundur. Sialan banget emang suamimu itu!" "Terus kok jadi bisa Mario kepikiran deketin aku? Katamu Dedi nggak sengaja kenal dia lewat temen gym-nya?" Vani terdengar menguap sebelum berikan jawaban. "Gue nggak tahu jelasnya. Itu obrolan para pria. Dedi juga nggak banyak kasih detil ceritanya, tapi intinya terus para cowok ini kepikiran rencana sekarang ini dari bahasan random mereka." Vani lantas terdengar kesal. "Udahan ah, Ta. Lagian semua sudah kejadian, jadi jangan bahas-bahas yang kemarin-kemarin. Yang lo harus pikirin itu sekarang sama masa depan. Mantan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Bermuka Dua

    "Hai." Sapaan dingin Talita, sedingin suasana ruangan kerja Reynald yang lantas berdiri menyambut wanita yang masih sah jadi istrinya ini. "Duduklah." "Apa ada yang harus aku lakukan? Katakan saja. Aku tahu waktumu tidak banyak," jawaban Talita searah dengan Reynald, tapi tatapannya tetap menurun. Talita juga mengkatup rapat bibirnya, sekuat tenaga menahan sendu. "Aku tidak mau bercerai," jawaban yang baru Reynald berikan setelah beberapa lama pernah Talita tanyakan. "Hanya demi perusahaan, kan?" Urat syaraf dahi Reynald menegang, dekapan dua tangan dan sandaran pada meja kerjanya jadi usaha Reynald meretas kekakuan. "Celine hamil. Aku berada di posisi sulit. Ada beberapa lelang proyek besar masuk, tapi yang paling aku inginkan dari keluarga Tanjung." "Keluarga Tanjung? Lalu? Apa hubungannya dengan status pernikahanmu?" Mendengar nama keluarga konglomerat ini, tanpa sadar Talita mengangkat dagu dan menatap serius pada Reynald. "Lelang proyek itu menyisakan dua nama per

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10

Bab terbaru

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Di Minta Kembali Pulang

    Seharusnya jawabannya mudah. 'Iya, san aku juga mencintaimu.' Tapi tidak semudah itu buat Talita. Senyuman penuh harap pengertian dari Mario dia berikan. "Sabar. Kita bukan Reynald atau Celine. Aku ingin hubungan kita bisa terlepas dari bayang-bayang mereka dulu. Kamu tahu maksudku, kan?" "Maksudmu, kamu mau sudah benar-benar pegang status bercerai dari Reynald?" "Iya," sahut Talita membenarkan. "Tapi jangan kamu kira aku masih terbayang-bayang Celine. Nggak banget itu." "Kamu tahu kabar Celine sekarang? Apa dia masih aktif sosial media? Tahu sendiri, kan sekarang lagi hamil, apa dia berani tampil jualan produk kecantikan sama nge-vlog dalam kondisi begitu?" Mario kerutkan bibir, berpikir sebentar. "Hm, sepertinya sudah 2 bulanan ini dia nggak aktif. Isi sosmed dia cuma berisi iklan dan ada foto-foto terbaru, tapi cuma bagian wajah doang. Selebihnya, nggak ada live lagi." "Tuh, kan. Kamu aja kesannya masih kebayang-bayang mantan. Buktinya, tahu aja update-an sosmednya

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Apa Benar Aku Mencintai Mario?

    Hari selanjutnya setelah jam pulang bekerja. Talita sudah berdiri menunggu Mario menjemput di depan cafe. Belum ada tanda-tanda keberadaan pria manis yang kini menjadi kekasihnya itu, sehingga Talita putuskan mengambil ponsel sebagai pengisi waktu. Terinspirasi gaya fashion kota modern New York, Talita sengaja tampil berbeda malam minggu ini. Atasan lengan panjang bergaya crop top, di padu rok jeans di atas lutut jadi pelengkap saat menata rambut panjangnya bergelombang besar di biarkan terurai. Talita sedang ingin mencari suasana baru dalam hidupnya. Sebuah notifikasi pesan mulai mengganggu Talita. Nama Wira tertera di sana. Penuh degupan kencang, Talita timang-timang ponsel. "Aku buka sekarang atau nanti ya?" gumaman bimbang Talita. Bisa saja dia hanya mengintip isi pesan dari pesan tersebut, dan membalasnya nanti-nanti. Selain itu ada pikiran untuk segera membuka dan membalasnya sebagai pencitraan baik. "Aku gugup kalau ketemu Pak Wira." Sisi rapuh Talita, tapi Tuhan selalu

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Kamu Nggak Bisa Tanpa Aku, Talita

    Talita tarik tangan secara kasar dari genggaman Reynald. "Aku ... masih belum berani," ucap Talita baru satu anak tangga. "Aku masih dalam masa recovery." Keadaan medis jadi harapan Talita agar tidak berduaan saja dengan Reynald. "Masih suka sakit?" Dua kaki Reynald satu di bawah dan satu di anak tangga atasnya. Sempatkan berhenti untuk penuhi rasa ingin tahu. "Sudah tidak terlalu. Cuma kemarin malam sudah minum obat pereda nyeri, jadi aku nggak mau nanti terlalu tergantung sama pain killer kalau sakitnya kumat lagi." "Masih rutin kontrol, kan?" selidik Reynald. Talita gelengkan kepala. "Nggak lagi. Masih bisa aku atasi sendiri, karena itu harus hemat-hemat obat." "Kartu hitam itu, milik siapa?" "Kartu hitam? Yang mana?" Talita kerutkan dahi. "Aku pernah lihat kamu jatuhkan kartu hitam Kamu buat transaksi waktu kita ketemu di rumah sakit." "Oh itu ..." Talita hampir saja lupa dengan benda yang sudah di masukkan ke dalam kotak penyimpanan, dan tak pernah dia gunaka

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Berhimpitan Di Dalam Lift

    "Itu hakmu." Setelah berikan jawaban, Reynald kembali berjalan. Langkahnya cepat lagi, tapi beberapa langkah berbalik. "Putar balik sana. Aku antar kamu pulang," perintahnya dingin. Keduanya berdiri berhadapan dalam kebekuan. Berikan waktu buat sepasang kekasih yang lewat. Dua sejoli warga New york itu awalnya bergandengan tangan, lalu berpelukan dan kemudian berciuman. Suasana canggung terjadi saat sang pria menyinggung lengan Reynald seraya berujar godaan. "Cium dia juga, Dude. Bawa pulang ke tempat tidurmu, jangan di tengah jalan begini." Reynald salah tingkah, jadi hanya senyum tipis buat jawaban. Setelah sejoli itu berlalu, ia angkat dagu tertuju pada Talita. "Keburu malam. Sudah berani kabur ke New York, masa pulang kerja malam dikit gitu malah takut," sindirnya. "Ngeselin!" Kedua pipi Talita menggelembung. Sepanjang langkah terus picingkan mata. Hatinya berat penuh kedongkolan. Memang sih, baru-baru ini bisa ekspresikan diri di hadapan Reynald, tapi kesannya kok b

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Sakiti Hatiku Agar Bisa Melupakanmu

    "Maaf." "Apa?!" tanggap Sophie. Tubuhnya bergeser, mengintip ke tulisan dari secarik kertas dalam genggaman Talita. "Itu artinya apa?" Rasa ingin tahu Sophie. Bagaimana bisa satu kata, tapi bisa membuat Talita termenung lumayan lama. "Sorry. Itu artinya." "Oh, My God!" Sophie takjub. Selagi belum ada pengunjung baru masuk, Sophie bergeser menempel ke Talita. "Manis sekali. Dia juga sepertinya seorang gentleman. Apa hubungan kalian sangat spesial dulunya?" koreknya. Awalnya Talita ragu. Selama ini, yang jadi tumpuan curahan hati adalah Mario. Sejak tinggal di New York dan jauh dari Vani, memang berat buat Talita untuk menyimpan setiap kegalauan seorang diri. Tapi kini, ia berharap Sophie bisa jadi penggantinya. "Dia suamiku ... Sampai sekarang masih suamiku." "What!!" Sophie tutup bibirnya yang ternganga. "Karena itu kamu pernah bilang hubungan kalian berdua rumit?" Sorot simpati Sophie layangkan. "Iya," anggukan Talita. "Dan pria pengantar kamu tadi pagi? Siapa dia?"

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Kok Jadi Merasa Kasihan, Ya?

    Kau menjauh saat ku butuh. Kini, kamu mendekat saat pilar cintaku runtuh. Talita balik pergelangan kirinya. Jam bergelang silver menunjukkannya pada waktu. "Ini belum juga jam 5, kamu kok sudah datang ke sini?" Terlihat jelas, Talita sedang tidak bersahabat. "Aku sudah lapar," jawaban santai Reynald. "Apa yang harus aku makan kalau jam segini?" Di hadapannya telah tersuguh buku daftar menu, tapi Reynald tak sekalipun menyentuh, alih-alih membukanya. Talita berkacak pinggang. Wajahnya tertekuk, biburnya berkerut. "Kemarin malam-malam kesini, sekarang bahkan belum waktu lazimnya makan malam. Apa tunanganmu itu nggak kasih kamu makan? Atau restoran hotel kalian masih tutup? Urusan bisnis kita sudah selesai, kenapa kamu nggak juga balik ke Indonesia?" Bibir Reynald membuka, tubuhnya tergerak ke belakang seolah terkena imbas pusaran kemarahan Talita tepat di depan wajahnya ini. "Mbak. Aku pelanggan baru cafe ini. Masa cuma pesen makanan aja, pake di kasih bonus bentak-bentak

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Apa Kamu Mau Kita Bercinta?

    Ke esokan harinya. "Hayo melamun!" Gertakan Mario pada Talita yang termenung menatap kosong layar laptop. "Mikirin apa, sih? Sudah baikan, belum?" "Iya, begitulah." Talita lantas menutup laptop, lalu melipat kedua tangan di atas meja di salah satu meja gazebo. "Maaf, tadi aku langsung jalan ke kampus sendirian. Bangunku kesiangan, jadi ku pikir kamu pasti sudah jalan duluan," penjelasan tak enak hati Talita. Sudah jadi kebiasaan jalan bersamaan, tapi pagi ini ternyata pengecualian. "Pantesan aku gedor-gedor, telpon, kamunya nggak ada respon. But it's oke. Kamu pasti butuh istirahat gara-gara semalam. Apa kamu mau libur kerja part time? Kali aja masih kecapean." Talita gelengkan kepala. "Nggak apa-apa, aku masuk kerja aja. Itu juga buat hiburan, biar nggak keingetan." "Keingetan? Sama siapa? Reynald?" Talita terlambat nyadar. Tak sengaja ungkapkan pikiran, dan sialnya Mario sudah terlanjur menangkap gelagatnya ini. "Eh, ehm ... Itu, nggak begitu ..." "Hayo. Masih kepik

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Dia Siuman, Aku Pergi

    Bukk!! "Talita!" Pekikan secara bersamaan antara Reynald dan Mario, tapi Reynaldlah yang pertama menjadi penopang tubuh Talita yang tiba-tiba lunglai dan matanya terpejam. "Lu apain Talita?!" gelegar suara tanya Mario. Ada ketidakterimaan darinya pada Reynald. Reynald yang memang memiliki sifat dasar dingin, tak menggubris pertanyaan Mario. Tubuh Talita telah berada dalam gendongannya. Masih memakai sepatu, Reynald terpaksa masuk ke ruang tamu. Di rebahkan Talita di atas sofa, kemudian di goyang-goyangkan seraya ucapkan panggilan. "Talita ... Talita ... Buka matamu," usaha Reynald dalam kepanikan. Wajahnya pucat, menatap gusar pada wajah cantik istrinya ini. "Minggir!" bentak Mario kasar. Sedianya tangan Reynald akan memegang pipi Talita, tapi telah di tangkis Mario. "Lu sudah nggak berhak sama hidup, Talita!" sentaknya serasa kepemilikan atas diri Talita. "Dia istriku." "Bukan lagi!" Mario dorong tubuh Reynald yang berjongkok, sehingga dengan mudah menjatuhkannya di a

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Adu Ego

    Reynald tertegun sesaat. Talita sudah semakin berani mengutarakan isi hati. "Ma maaf. Mungkin aku no respect." Talita lepaskan jaket dan sepatu, lalu di taruh tempat khusus sebelum masuk ke dalam terlebih dulu. Reynald masih berdiri mematung, kedua tangannya terangkat di pinggang. Tatapannya tertuju pada Talita. dengan kepala manggut-manggut. Semakin yakin kalau mulai saat ini tidak bisa memandang Talita sebagai wanita lemah dengan segala kerapuhannya. "Katakan apa yang pengen kamu bahas sama aku? Surat cerai? Saham? Apa? Bagiku kok sudah beres semua. Kamunya aja mungkin yang problematik, anggap semua itu belum kelar-kelar." Perlahan, Reynald lepas sepatu booth setengahnya untuk di sejajarkan di samping milik Talita. Hal yang baru kini dia lakukan, tanpa gerak pelayanan Talita seperti masih jadi istrinya. "Soal dirimu," jawab Reynald singkat, karena selanjutnya tidak ada penjelasan lebih sampai beberapa detik. Talita mengambil lap kering untuk membasuh air dari sisa mencuc

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status