Share

Sakit Hatiku

Penulis: Leon Hart
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 13:54:08

"Sebaiknya kamu periksakan kesehatan mentalmu juga. Sepertinya kamu mulai berhalusinasi."

Mulut Talita ternganga. Tak menyangka akan tanggapn Reynald, tapi tak sanggup membantah. Ada beban moral yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga tidak akan bisa serta-merta dia kesampingkan begitu saja.

"Aku baik-baik saja. Baiklah kita pulang sekarang."

"Aku harus antar Celine ke apartemennya. Dia mengeluh mual, tapi nggak mau periksa ke dokter. Aku tahu Celine nggak mau bebani aku karena keadaanmu, jadi tolong kerjasamanya."

Dengan mudahnya Reynald berkata demikian, sedangkan isi pikiran Talita semakin kalut. "Apa ... Apa Celine ... Hamil?" terlontar begitu saja pertanyaan ini dari bibir Talita.

"Kalau memang seperti itu, kamu sudah tahu kan siapa yang lebih aku khawatirkan sekarang," jawaban enteng Reynald. "Cepatlah. Mama sama Clarissa sudah menunggu. Mereka tidak akan menyukai itu."

Belum juga sanggup mencerna sepenuhnya pernyataan Reynald, kini di tambah bayangan akan satu mobil dengan Veronica dan juga Clarissa. Reynald sudah pergi dan tentunya kemungkinan besar akan bersama Celine dalam waktu lama, Talita hanya bisa menahan sakit batin dan fisiknya agar tidak berlama-lama membuat ibu mertua dan iparnya menunggu.

"Aduh cepetan. Jalan kok ngalahin siput. Kami harus lihat kondisi rumah sama para tamu. Gara-gara kamu, mereka pasti jadi tertahan di pesta tanpa pemilik rumah. Nyusahin aja bisanya!" gerutuan Vanessa.

Talita merasa sendiri, kehampaan yang dia alami selama ini hanya bisa di tahan dalam hati. "Aku harus bagaimana ini? Aku seperti orang nggak berguna banget. Yang aku lakukan cuma bisa bertahan," gumamnya sembari melangkah menahan sakit.

Talita hapus air matanya baru kemudian menguatkan diri untuk menyusul Veronica dan Vanessa. Prosesi terapi baru akan di jadwalkan minggu depan, jadi untuk saat ini di perbolehkan lakukan recovery pasca trauma di rumah saja.

**

"Hei, beban." Julukan baru yang di berikan Vanessa pada Talita.

Talita hentikan langkah saat akan menuju ke ruang makan di pagi hari sehari setelahnya. "Selamat pagi, Vanessa." Talita masih berusaha menjaga emosi di hadapan gadis cantik seumuran dengannya ini.

Terkadang ada keinginan dari Talita untuk melanjutkan kuliah S2 seperti Vanessa, tapi ia sadar diri hanya berasal dari keluarga biasa saja. Ayahnya memang dulunya seorang konsultan bisnis ternama, tapi karena usaha jahat dari rekan bisnis menjadikan namanya tenggelam. Hanya Reymond yang menaruh kepercayaan setelah pertemuan mereka kembali beberapa tahun sebelum kematiannya menyusul sang istri.

"Aku mau pergi ke Australi, jadi nanti yang jaga Mama untuk sementara adalah Celine."

"Apa?" Talita setengah tak percaya dengan pemberitahuan dari Vanessa ini. "Maksudmu bagaimana?" tanyanya untuk memastikan.

Vanessa mendekat dengan kedua tangan bersedekap dan menatap berupa lirikan tajam. "Sebenarnya ini rencana yang baru Kakakku utarakan nanti setelah makan pagi, tapi mulutku ini sudah gatel pengen cepet kasih tahu kamu!" tandas Vanessa tajam sesuai ekspresinya kini.

Setelah ditinggal Vanessa ke ruang makan, Talita kembali di kejutkan dengan kedatangan gadis lain yang baru saja jadi isi obrolan mereka.

"Eh, ada kamu Talita. Bagaimana kabarmu setelah kejadian semalam?" Celine mendekat lalu memeluk hangat setelah berikan kecupan antar kedua pipi dengan Talita. "Aku tanya Reynald tapi jawabnya baik saja. Tahu sendiri, kan Rey itu orangnya nggak suka banyak bicara. Kalau aku sih masih peduli sama kamu. Walaupun aku mantan pacar Rey, tapi yakinlah aku nggak akan benci kamu kayak Mama Vero sama Vanessa."

Talita berikan senyuman. Kekaguman pada Celine kembali hadir tiap kali wanita muda itu berbicara. Selain cantik, Celine pandai menarik perhatian orang lain dengan penampilannya lewat pakaian dan make-up mahal. "Iya, Rey benar. Aku sudah baikan. Makasih juga ya, kamu perhatian banget sama aku."

Celine lalu menggandeng tangan Talita saat Reynald dan Veronica memasuki serambi ke arah ruang makan. "Hai, selamat pagi semua. Aku sama Talita baru saja obrolin kalian. Kata Talita, Mama lagi kurang sehat lagi. Tapi sepertinya lagi bahagia karena di temani anak laki-laki tercintanya. Iya, kan?"

Veronica sempatkan berikan senyuman dan anggukan persetujuan pada Celine, tapi kemudian justru kerutkan kening pada Talita. "Ngomong kok asal aja!" ucapnya ketus. "Aku emang lagi sakit, tapi belum mau mati!" lanjutnya kesal.

Talita ternganga, bahkan ucapan seperti itu tidak pernah keluar dari bibirnya. Namun Talita tak sanggup menyanggah saat Celine memeluk pundaknya erat lalu di arahkan ke ruang makan.

"Sudahlah, Ma. Celine tahu Talita nggak berniat apa-apa, kok. Yuk kita makan saja sekarang, sebelum aku masukin barang-barangku ke kamar tamu."

Bibir Talita hanya bisa membuka, menutup, membuka lagi tapi tak tahu harus berucap apa, jadi kemudian menutup pasrah menuruti gerakan ajakan dari Celine yang agak memaksa.

"Sorry ya. Ku kirain biar kamu dapat poin tambahan di depan Mama Vero, tapi nggak nyangka tanggapannya begitu. Untung saja aku bisa cepet-cepet ajak ke ruang makan." Celine berbicara di dekat telinga Talita sambil berbisik, seraya terus mengarahkannya duduk di sebelahnya.

"Iya, nggak apa-apa." Seperti biasanya, Talita tak bisa banyak memberi tanggapan dan pembelaan diri.

"Oh ya, sebelum ada pengumuman yang kita obrolin semalam, aku ada berita gembira." Celine memulai dengan wajah sumringah.

"Apa itu? Pasti itu membanggakan. Soalnya kamu nggak pernah gagal buat kita kagum," sahut Vanessa antusias.

Talita menghela napas tertahan. Pertunjukan baru yang akan membuatnya semakin terlihat tak berarti, batinnya.

"Tadi pagi aku dapat bocoran dari salah satu orang dalemnya produk skincare Glowing bakal jadi brand ambassador terbaru mereka. Wow nggak itu?"

"Wow banget, Celine!" pekik Vanessa senang. "Tuh kan aku bilang juga apa. Pesta semalam itu emang ada gunanya. Apalagi kamu disebelah Kak Rey terus, jadi aura bintangmu jadi makin bersinar, nggak sih?" Vanessa memperkuat cerita Celine dengan berapi-api.

Celine menarik tangan Talita kemudian menggenggamnya. "Jangan berkecil hati ya. Semua butuh proses dan usaha yang nggak mudah. Orang tuh bisa nilai kok mana yang pantas dapat kesempatan atau mana yang belum."

Talita melirik ke arah Reynald yang tersenyum dengan rasa bangga akan pencapaian Celine ini. Meskipun tidak banyak ikut percakapan, tapi kilatan dari kedua matanya sudah bisa gambarkan bagaimana suaminya itu begitu mengagumi semangat dari Celine.

"Dan siapa yang sebenarnya lebih pantas untuk mendampingi seorang presdir seperti Kak Rey."

Kesimpulan dari Vanessa itu segera mendapatkan tanggapan Veronica yang sudah sejak awal pernikahan putranya dan Talita tidak menyetujui. "Iya. Mama yakin Reynald juga sangat bangga sama kamu. Seperti yang kamu bilang semalam, Talita dan kamu tidak dapat di sandingkan untuk jadi perbandingan."

Talita semakin menyadari, wanita muda cantik disampingnya ini memang bermuka dua dan penjilat yang pandai bersilat lidah. Di balik sikap baik Celine padanya, sebenarnya adalah jalan untuk selalu membuatnya terlihat semakin buruk dan tak ada artinya, terutana di hadapan suaminya sendiri.

Talita bisa menyaksikan suaminya dan Celine saling menatap berhiaskan senyuman sebagai bentuk cinta yang masih tersisa di antara keduanya. Dilema besar untuk Talita berada pada dua sisi bertahan beserta luka ataukah terus jalani demi amanat di dalam wasiat sang Ayah?

"Talita."

Talita terperanjat dari lamunan saat suara Reynald terdengar memanggilnya. "I iya?" sahutnya terbata. Tak sengaja tangan kirinya menyentuh mangkok berisi sayur berkuah dan langsung terjatuh dan timbulkan bunyi denting yang lumayan keras.

"Auww. Sakit!"

"Ma ma maaf," ucap Talita kikuk lalu mundurkan kursi sebelum berjongkok untuk cepat memungut pecahan kecil-kecil di atas punggung kaki Celine yang sempat menjerit panik.

"Kamu gimana, sih?!" bentak Celine. "Besok persiapan pemotretan, kalau aku luka begini, kan bisa di batalin. Emang kamu sanggup ganti uang kontraknya, hah?!"

Talita menelan salivanya kasar. Titik air di pelupuk mata jadi pertanda betapa batinnya ini semakin sesak hadapi kejadian pahit yang terus berlanjut seolah belum temui akhirnya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Santih
dasar wanita ular . carmuk banget jadi orang dasar deh
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
ehhhh bener2 yaa
goodnovel comment avatar
Anah Sukmara
bener2 carimuka banget si Celine...pandai bersilat lidah juga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Perjodohan Suami Dengan Mantan Kekasihnya

    "Cepet bersihin luka Celine! Bawa sial aja bisanya!" Talita mengangguk patuh atas perintah dari Veronica ini. "Baik, Ma." Talita segera berdiri meski sedikit susah payah. Rasa nyeri pada pinggang masih sering kali hilang timbul ketika melakukan perubahan gerakan mendadak seperti saat ini. Seorang pembantu rumah tangga masuk ke dalam ruang makan dengan tergopoh-gopoh bersama 2 lap basah dan kering. "Nyonya muda, biar saya yang bersihin," pintanya tapi di tanggapi Talita dengan gelengan kepala. "Nggak usah. Aku saja. Mama Vero pasti nggak akan ijinin kamu bantu kesalahanku. Ambilin pengki saja ya." Perintah Talita ini kemudian jadi gerak cepat pembantu rumah tangga bernama Sari ini ke area belakang rumah. Sedangkan Talita merunduk lagi untuk membersihkan punggung kaki Celine. "Maaf, Celine. Aku benar-benar nggak sengaja. Aww!" Berganti Talita menjerit tertahan karena tak melihat bagian yang di bersihkan, jadi sempat ada remahan pecahan menusuk dan hampir masuk ke dalam kulitnya. "A

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Rencana Jahat

    Baik Talita maupun Reynald berganti tujuan ke arah single sofa tempat Veronica duduk berada. "Mama? Kenapa?!" kepanikan Reynald, segera memposisikan ibunya tidur dalam pelukannya. "Kita ke dokter sekarang!" putusnya melihat keadaan Veronica yang terlihat sulit bernapas, tapi justru mendapatkan pencegahan. "Nggak usah, Rey. Bawa Mama ke kamar saja. Kita juga perlu bicara berdua." Veronica menurunkan kaki, lalu meminta putranya ini untuk memapahnya secara perlahan. "Aku bikinin teh anget ya, Ma." Talita masih menaruh rasa peduli, namun mendapatkan tanggapan sebaliknya. "Nggak usah!" sahut Veronica sewot. "Harusnya kamu itu bikin surat laporan. Nyadar nggak, sih?! Kalau hari ini kamu sudah buat dua orang bisa saja mati. Aduhh, Tuhan toloongg. Dosa apa aku pada-Mu sampai kirim menantu bisanya buat sial teruss!" Veronica merutuki diri seolah-olah tengah mendapatkan hukuman dan hanya berakhir pada penyesalan. "Sudahlah, Ma. Kita bicara saja di dalam." Reynald lalu beralih pada Tal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Keputusan Perpisahan

    Setelah beberapa hari Talita memutuskan untuk menyendiri. Tinggal bersama Vani adalah pilihan satu-satunya saat ini. "Gue jalan kerja dulu ya, Ta. Lo sudah nggak sedih lagi, kan?" tanya Vani serata menatap sahabat ini menutup bungkus nasi uduknya dengan wajah sendu. "Entahlah." "Sekarang lo tahu kalau Reynald yang membuat rencana jahat ini. Apalagi tujuannya selain agar secara perlahan bagian saham dan andil emosional Ayahmu di perusahaan itu berangsur hilang. Lo kan cuma minta cerai, tapi masih nggak mau lepasin prosentase saham itu. Iya, kan?" Vani menggiring Talita untuk menyetujui opininya. "Jadi dengan maksud rasa malu itu, lo akan dengan sukarela melepaskan." "Bagaimana lo punya pikiran seperti itu?" "Aduh, Ta. Kadar iblis di jiwa lo cuma berapa persen, sih? Heran gue. Habis baik banget. Kan ternyata benar kalau selama setahunan ini, perusahaan itu labanya sedang naik, dan otomatis kepemilikanmu juga." "Jadi menurutmu gue harus pastikan keputusan itu?" "Yups. Exac

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Bukan Aku

    "Benar itu nama ibu kandung saya, tapi sepertinya saya bukan orang yang Anda cari." Talita buru-buru mengajak Anna agar masuk ke dalam rumah. "Maaf saya tidak ada waktu. Kami harus ngerjain seuatu!" ucap Talita ketakutan, kemudian berjalan cepat sampai di balik pintu gerbang. "Saya sudah tahu banyak tentang Anda. Percayalah." "Ibu saya cuma orang biasa. Mungkin cuma kebetulan sama nama saja." Talita cepat-cepat menggembok pintu gerbang tersebut. "Pergilah, Pak. Saya bisa teriak minta tolong atau panggil polisi." "Akan saya jelaskan. Tolong beri saya waktu sebentar." Pria itu masih berusaha memaksa. "Maaf, Pak. Saya harus masuk." "Mbak Talita. Saya tahu perasaan Anda sekarang, tapi pastikan akan ada kiriman pembuktian dari saya nanti!" Talita mengajak asisten rumah tangganya segera masuk ke dalam dan kemudian menanyainya. "Apa saja yang sudah orang itu katakan sama kamu, Mbak?" "Orang itu datang dua hari yang lalu terus cari Mbak, tapi sebelum-sebelumnya saya sudah pernah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Mantan Kekasih Suamiku Hamil?

    Setelah beberapa hari berselang, Talita mulai membuka diri dengan menerima permintaan pertemuan dengan Mario. "Tersenyumlah Talita." Kalimat pertama yang Mario ucapkan pada tamu di hadapannya ini. Talita memang berikan senyuaman, tapi jelas terlihat kikuk. Tundukan malu-malunya ini akibat baru menyadari kalau Mario adalah pria yang sangat tampan. Tatapan lembut Mario cepat membuat lawan bicara merasa nyaman. "Nah gitu dong. Lampu aja kalah terang kalau kamunya lagi senyum begini." Wanita mana yang tak akan berbunga-bunga bila ucapan seperti ini meluncur dari pria yang selalu memperlakukan dirinya layaknya penjaga bagi mutiara dalam tempurung rapuh. "Terima kasih. Kamu selalu buat aku senang." "Masa? Tapi kok aku lihat kamunya masih suka murung, terus termenung kayak pikirannya lagi bawa barbel 5 kilo?" Mario berusaha menciptakan suasana cair. Setelah bertemu Talita beberapa kali, Mario sudah dapat menyimpulkan seperti apakah sifat serta karakternya. Talita tertawa tertah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Lakukan Demi Bayi Ini

    "Iya, bener itu." Jawaban Vani jelas buat Talita semakin berusaha tanamkan perasaan benci pada Reynald. "Reynald pernah hubungi Mario dan atur pertemuan hanya berdua. Kata Mario, memang nggak lama mereka ngobrolnya tapi pada intinya Reynald meminta Mario melepaskan Celine secara gentleman. Sudah kelihatan banget, kan kalau Celine jelas-jelas pilih Reynald. Sebagai laki-laki yang punya harga diri, Mario juga jelas memilih mundur. Sialan banget emang suamimu itu!" "Terus kok jadi bisa Mario kepikiran deketin aku? Katamu Dedi nggak sengaja kenal dia lewat temen gym-nya?" Vani terdengar menguap sebelum berikan jawaban. "Gue nggak tahu jelasnya. Itu obrolan para pria. Dedi juga nggak banyak kasih detil ceritanya, tapi intinya terus para cowok ini kepikiran rencana sekarang ini dari bahasan random mereka." Vani lantas terdengar kesal. "Udahan ah, Ta. Lagian semua sudah kejadian, jadi jangan bahas-bahas yang kemarin-kemarin. Yang lo harus pikirin itu sekarang sama masa depan. Mantan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Bermuka Dua

    "Hai." Sapaan dingin Talita, sedingin suasana ruangan kerja Reynald yang lantas berdiri menyambut wanita yang masih sah jadi istrinya ini. "Duduklah." "Apa ada yang harus aku lakukan? Katakan saja. Aku tahu waktumu tidak banyak," jawaban Talita searah dengan Reynald, tapi tatapannya tetap menurun. Talita juga mengkatup rapat bibirnya, sekuat tenaga menahan sendu. "Aku tidak mau bercerai," jawaban yang baru Reynald berikan setelah beberapa lama pernah Talita tanyakan. "Hanya demi perusahaan, kan?" Urat syaraf dahi Reynald menegang, dekapan dua tangan dan sandaran pada meja kerjanya jadi usaha Reynald meretas kekakuan. "Celine hamil. Aku berada di posisi sulit. Ada beberapa lelang proyek besar masuk, tapi yang paling aku inginkan dari keluarga Tanjung." "Keluarga Tanjung? Lalu? Apa hubungannya dengan status pernikahanmu?" Mendengar nama keluarga konglomerat ini, tanpa sadar Talita mengangkat dagu dan menatap serius pada Reynald. "Lelang proyek itu menyisakan dua nama per

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Istri Yang Tak Di Anggap

    Acara telah di mulai. Talita memilih berdiri di pojok ruangan aula seorang diri. Baru kali ini berada di tengah-tengah para kolega perusahaan yang Ayahnya ikut andil mendirikannya, meski hanya sebatas konsultannya saja. Tak terbesit niatan bertemu Reynald lagi, tapi tetap saja suaminya itu menghiasi tatapannya. Sebagai Presdir utama, Reynald adalah pemegang pusat perhatian. "Bu Talita, mau saya bawakan sesuatu lagi?" Alika datang menyodorkan minuman disertai senyuman. "Oh, Mbak Alika. Minuman saja nggak apa-apa," terima Talita membalas dengan sebuah sunggingan manis, trenyuh setiap kali Alika bersimpati padanya. "Setelah ini waktunya laporan tahunan bagi para pemegang saham, apa Anda tidak duduk saja di kursi yang sudah di sediain?" "Tidak. Aku disini saja. Prosentase sahamku cuma remahan cup cake hidangan penutup, Mbak, jadi cukup dengerin dari sini saja. Para tamu juga nggak perhatian. Mereka kan nggak pernah lihat aku jadi istrinya Reynald." "Anda tidak bisa seperti i

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10

Bab terbaru

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Pergi! Sebelum Jatuh Cinta Padaku

    Talita terhenyak, begitu juga dua orang pendamping mereka. Celine sampai berdiri, lalu berjalan mendekati keduanya. "Sayang. Ayo kita pergi dari sini!" pinta Celine agak memaksa. Awalnya Reynald bimbang. Beberapa pertimbangan di pikirkan. Sadar juga bila bisa saja akan ada kegaduhan bila permintaan Celine ini tidak di turuti. Reynald hela napas panjang, baru kemudian memutuskan. "Baiklah. Kita pergi dari sini." Mendengar jawaban Reynald, Celine tersenyum penuh kemenangan. Tarikan di sambut lingkarkan tangan manja pada Reynald, menjauhkan Reynald dari Talita. Talita terdiam, tapi ujung matanya terpatri pada gerakan Reynald dan Celine menuju ke pintu keluar restoran hotel sampai menghilang. "Bagus, Talita!" puji Mario di sertai tepukan tangan pelan. "Aku perhatikan kamu mulai ada keberanian buat nolak," lanjutnya dengan tatapan bangga. "Yeah, thanks." Talita lantas mengambil tasnya, ingin segera pergi dari tempat tersebut. Tidak mau tersiksa dengan pikiran bodohnya. Suda

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Jangan Pergi!

    Sorot tajam Reynald pada Talita yang berdiri. Sudah kuasa bagi Talita bila harus terus di suruh menunggu aksi dan respon Reynald setelah permintaan cerainya tidak juga di gubris. "Talita. Duduk lagi. Jangan membuat gaduh. Ini bukan waktu yang tepat!" pinta Reynald tenang. Walaupun sikapnya tetap dingin, tapi kekaleman nada suaranya ini keluar setelah menyadari akan kedatangan Wira lagi. Begitu juga Talita. Terpaksa mengalah dengan menghela napas terlebih dulu, baru kemudian menuruti untuk duduk lagi. Wira seperti sosok yang seringkali jadi pembatas mereka berdua untuk berargumen lebih jauh. "Ada apa?" Tak di sangka Talita dan Reynald, Wira mencurigai akan adanya situasi tertentu. "Apa anda mau ke toilet juga, Nyonya?" Seperti biasa, Wira akan lebih perhatian terlebih dulu pada Talita. "Oh, tidak apa-apa Pak Wira. Saya cuma ... merapikan baju," sahut Talita. Sempat kebingungan, tapi jadi terpikir soal penampilan meski gelagapan sedikit. "Anda masih terlihat cantik, jadi nggak

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Terbakar Emosi

    "Nyonya Talita!" Semua pasang mata sontak menjadikan wanita muda dengan senyum mengembang itu menyambut berdiri. "Akhirnya. Saya sudah khawatir dengan kondisi anda, Nyonya." Wira meninggalkan kursi di ruangan private untuk memberi pelukan pada Talita. "Terima kasih, Pak Wira. Maaf kalau sudah buat khawatir." Talita sambut rangkulan kilat sebagai ungkapan pikiran Wira tidak kalah hangatnya. "Oh ya, kenalkan ini teman saya." Talita bergeser untuk berikan ruang pada Mario. "Selamat datang di New York, senang bertemu denganmu, Pak. Saya Mario." Wira mundur selangkah, memperhatikan sekilas penampilan Mario dan Talita di hadapannya. "Kalian berdua orang-orang yang luar biasa!" pekiknya senang. Meskipun belum tahu situasi seperti apa antara keduanya, tapi apa yang di kenakan keduanya sungguh membuat Wira kagum. "Wow. Saya seperti baru mengenal anda, Nyonya." Wira buru-buru menarik kursi di sampingnya untuk Talita, sedangkan Mario sengaja mencari meja lain. Setiap gerakannya berup

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Menemui Reynald Lagi

    "Meminta Celine ikut ke Amerika juga maksudmu?" Talita mengulang untuk memastikan. "Yes," sahutan santai Mario. Satu gulungan mi goreng sudah masuk ke dalam mulutnya. Talita menatap Mario untuk menilai ekspresi yang di tunjukkan. Meskipun terlihat dingin, tapi ada guratan lain di kedua matanya yang menunduk. Talita membava ada kekecewaan bertumpuk menjadi bola kebencian yang kapan saja bisa jadi bom waktu. "Kenapa? Kayaknya kamu sedih?" "Hah? Sedih?" Mario angkat wajah. Makanan yang semula ada di dalam mulutnya telah tertelan. "Nggak. Aku justru pengen Celine lihat bagaimana perubahan yang sedang kita usahakan." "Progessmu yang bagus, tapi aku belum." Berganti Talita menunduk, tersenyum geli merutuki diri. "Gimana-gimana, aku masih belum bisa di sepadankan dengan Celine, tahu!" ujarnya tegas. Tak mau terlalu ikut berandai bersama Mario. "Siapa bilang? Dengan kamu berani ambil sekolah bisnis di sini, sudah buktikan kalau ada kemajuan juga." Hampir saja Mario secara refle

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Harus Bertemu Lagi

    Beberapa minggu berlalu, bukan hal mudah bagi Talita untuk memulai suatu hal pertama dalam hidupnya. Walaupun memiliki teman-teman baru, termasuk Mario, tapi masih saja tidak menghindarkannya dari masalah yang masih tertinggal di Jakarta. "Iya, Mbak Alika?" Sudah beberapa kali sengaja menolak panggilan dari orang-orang yang dia kenal di Indonesia, tapi akhirnya Talita menyadari bahwa tidak akan mungkin seterusnya menghindar. Tanggungan dan beban tanggung jawab masih jadi pikulan yang harus di pertanggung jawabkan. "Bu Talita. Akhirnya anda menjawab panggilan saya," sahut Alika dengan desah sisa keputusasaan. "Maaf aku sibuk. Ada apa?" Talita menjawab sedikit dingin. "Ada yang kurang untuk anda tanda tangani waktu itu. Saya bisa kapan temui ibu?" Terdengar jelas ada harapan besar Alika, mengingat sudah sempat mengecewakan Reynald. Alika masih di bayangi rasa bersalah tak mengetahui terlebih dulu maksud Talita segera menandatangani dokumen waktu itu. "Apa urgent?" Talita turun

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Sampai Di New York

    "Ayo kita ke Gilbartar." Ajakan Mario ini di balas Talita dengan senyuman. Bukan sepenuhnya karena senang, tapi ada langkah berat sebagai awal menuju kehidupan barunya. "Ayo, kenapa? Apa kamu sedang nungguin orang? Kan sudah pamitan sama Vani?" ajak Mario lagi, mencurigai akan gelagat Talita yang sesekali melihat ke arah belakang. "Oh, nggak ada apa-apa. Cuma takut ada tasku ketinggalan di lounge," alasan Talita menutup hal sebenarnya. Di depan sana sudah terdengar suara mesin pesawat meraung-raung seiring baling-balingnya berputar kencang. Hal berat buat Talita membayangkan kehidupan barunya di New York nanti, tapi saat menatap ke arah Mario, perasaan gamang itu jadi berangsur sirna. Ada keyakinan kalau dia akan memiliki seseorang yang bisa di andalkan. ** Setelah menempuh perjalanan panjang di udara, sampailah Talita, Mario, serta para rombongan beberapa orang dengan tujuan sama sampai di New York. Sebagian calon mahasiswa adalah orang-orang dari kalangan menengah ke

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Kabur

    Beberapa jam kemudian, setelah berbicara dengan Celine secara diam-diam. "Oke. Baiklah. Terpaksa aku setujui," gumamnya seraya mengeluarkan lagi koper yang semula sempat dia kembalikan ke bagian paling bawah dalam lemari wardrobenya. Talita lalu melongok ke arah jendela. Memastikan kalau Celine sudah memulai awal rencananya. Talita tak menyangka akan menuruti wanita bermuka dua yang berniat mengusirnya, tapi justru itulah yang dia harapkan kini. Suara mesin mobil terdengar di bagian depan jendela kamarnya. Itu adalah pertanda kalau dia harus segera turun dari kamar. Talita hela napas dalam, baru kemudian keluar dengan tunjukkan ekspresi biasa saja. Setelah melewati lorong menuju ke tangga, apa yang sudah dia duga terjadi. Saling menatap dengan sang tuan muda pemilik rumah tak bisa terelakkan. Bukan seperti biasanya, Talita berikan senyuman tipis. Cara yang terpaksa di lakukan demi bisa mencapai jalan keluar, menjauhi suaminya sendiri. *** Di tempat lain, setelah beberapa

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Aku Juga Punya Hati

    Malam harinya. Tempat melamun Talita berganti di tempat tidurnya. Memang Mario tidak mengungkapkan secara gamblang, bahkan setelahnya di selingi gelak tawa seolah sebuah candaan, tapi Talita tak mau memungkiri situasi sore itu. "Apa aku bisa mencintai pria lain selain Reynald?" Talita bertanya pada dirinya sendiri, tanpa bisa berikan jawaban. Suara air dari kamar mandi Reynald terdengar. Talita sengaja ciptakan suasana hening. Sayup-sayup Talita bisa pastikan ada suara wanita sedang berbicara dengan Reynald. Talita menoleh pada sisi dinding, dimana di perkirakan tempat kemungkinan Reynald dan Celine berada. Terdengar cekikikan manja wanita yang sedang mengandung anak dari suaminya itu. Hati Talita terkoyak, lalu putuskan segera berdiri menuju lemari pakaian. Satu koper berisi sebagian besar baju dan barang-barang masih tertata rapi di dalamnya kemudian di seret keluar. Talita melirik ke arah dinding perbatasan antara kamarnya dan Reynald, lalu teguhkan diri untuk segera per

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Wanita Tulus Dari Pria Yang Tak Bersyukur

    "Pembawa sial?" lirih Talita tersedu di depan kaca wastafel. Kalau hinaan soal ketidakbecusannya dalam segala hal, masihlah bisa dia terima. Menjadi orang yang di buat seolah pembawa sial, tentu sangat menyakitkan hati. "Memang sepertinya aku pembawa kekacauan." Setelah kejadian seharian ini, Talita jadi minder dan tak punya keberanian kembali ke tempat acara. Walaupun menyadari akan membuat Wira dan juga istrinya, Lina kecewa, namun penambahan derita batin dari Reynald semakin tak bisa buatnya kuasa kembali. Melalui pintu belakang kantor, Talita benar-benar memutuskan untuk pergi. Bukannya meminta antar sopir seperti sewaktu datang, Talita ingin memesan taxi online saja seperti biasa. "Tolong agak di percepat, ya Pak." Permintaan Talita, kali ini tidak seperti biasanya. Tak pernah Talita ingin cepat pergi menjauh dari kantor yang di besarkan oleh ayahnya juga ini. Rasanya diri sudah terpental oleh hinaan suaminya sendiri. Pembawa sial. Sebutan yang terus memenuhi pikiran Ta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status