Share

Bukan Aku

Author: Leon Hart
last update Last Updated: 2025-02-08 05:39:23

"Benar itu nama ibu kandung saya, tapi sepertinya saya bukan orang yang Anda cari." Talita buru-buru mengajak Anna agar masuk ke dalam rumah. "Maaf saya tidak ada waktu. Kami harus ngerjain seuatu!" ucap Talita ketakutan, kemudian berjalan cepat sampai di balik pintu gerbang.

"Saya sudah tahu banyak tentang Anda. Percayalah."

"Ibu saya cuma orang biasa. Mungkin cuma kebetulan sama nama saja." Talita cepat-cepat menggembok pintu gerbang tersebut. "Pergilah, Pak. Saya bisa teriak minta tolong atau panggil polisi."

"Akan saya jelaskan. Tolong beri saya waktu sebentar." Pria itu masih berusaha memaksa.

"Maaf, Pak. Saya harus masuk."

"Mbak Talita. Saya tahu perasaan Anda sekarang, tapi pastikan akan ada kiriman pembuktian dari saya nanti!"

Talita mengajak asisten rumah tangganya segera masuk ke dalam dan kemudian menanyainya. "Apa saja yang sudah orang itu katakan sama kamu, Mbak?"

"Orang itu datang dua hari yang lalu terus cari Mbak, tapi sebelum-sebelumnya saya sudah pernah lihat mobilnya mondar-mandir di depan rumah."

"Kan sudah aku bilang kalau ada orang nggak kenal ya jangan di bukakan pintu."

"Tapi sepertinya orangnya baik. Selalu senyum, gitu. Cuma selama ini lihatnya dari balik kaca mobil yang di turunin. Pak itu nanya bener ini rumah Mbak Talita, terus nanya-nanya soal orang tua Mbak juga. Saya bilang cuma di bayar buat jaga rumah ini, bersihin dua hari sekali, jadi kerjanya nggak pake nginep. Rumah saya juga sekitar sini, buat jaga-jaga biar Pak itu nggak macam-macam kalau saya kenal banyak orang sini."

"Bagus. Kalau orang itu kesini lagi, bilang saja aku nggak mau berurusan sama orang yang nggak aku kenal, ya."

"Siap, Mbak."

Talita kemudian beranjak masuk ke dalam kamar kedua orangnya. Rumah itu memang terbilang lumayan besar, tapi secara keseluruhan semuanya tampak sederhana. Perabot dan dekorasinyapun tidak ada unsur yang menonjolkan sebuah kemewahan, tapi sebuah kehangatan hadir ketika setiap senyuman dari tiap foto terpampang di dinding adalah bentuk kebahagiaan yang selalu jadi kenangan indah tak terlupakan, terutama bagi Talita yang kini hidup sendiri.

"Tanjung. Kenapa selama ini aku nggak pernah kepikiran kalau nama belakang ibuku itu sama dengan keluarga konglomerat itu, ya?" gumam Talita. "Tapi mama hanya cerita kalau orang tuanya jauh darinya." Talita lalu kibaskan tangan. "Ah, sudahlah. Jaman sekarang orang suka lakuin apapun buat menipu."

Baru saja Talita akan keluar kamar, tapi asisten rumah tangganya juga sudah berada di hadapan dengan ekspresi panik. "Mbak, barusan ada orang kasih amplop ini."

"Buat aku?" tanya Talita seraya meraih amplop coklat besar, lalu membukanya dengan tangan bergetar. "Apa dari orang tadi ya, Mbak Anna?" duganya.

"Katanya sih iya. Nama orang tadi Pak Wira, kan?"

Talita mengangguk lemah, lebih tertarik pada foto-foto yang terjatuh saat tumpukan kertas itu dikeluarkan. "Apa ini?" Talita spontan duduk jongkok dan terbelalak. Beberapa menunjukkan wajah kecil sampai remaja ibunya bersama dua orang yang tak di kenal tapi pernah dia lihat di TV pada berita bisnis.

"Bukannya itu Bu Lina, Mamanya Mbak Talita. Jangan-jangan orang itu ngomong sebenarnya, Mbak?" Anna kini jadi bagian keraguan Talita.

"Entahlah. Jaman sekarang pasti gampang buat ngedit-ngedit foto kayak gini, Mbak. Aku sih masih ragu ini beneran asli. Biarin saja lha. Malah nanti bikin aku sedih aja jadi keinget Mama."

"Tapi, Mbak. Apa kertas-kertas itu nggak di baca dulu aja?" harap Ana sebenernya penasaran.

"Nanti aja. Setelah bantu bersih-bersih, aku mau keluar. Kamu ikut juga ya." Talita memutuskan merapikan foto-foto dan dokumen ke dalam amplop besar coklat itu lagi. Bukan berniat membuang dan mengacuhkan, hanya saja saat ini pikirannya sedang ruwet tak karuan dengan masalah pernikahannya.

"Baik, Mbak. Saya siap-siap dulu." Anna bergegas ke dalam untuk bersiap-siap, sedangkan Talita memasukkan dokumen itu ke dalam tas lalu berganti membaca tiap hasil laboratorium kesehatannya.

Gundah itu kembali menghantui, ketika kemungkinan untuk hamil itu ada namun harus disertai beberapa usaha. Salah satu saran dokter adalah adanya kerjasama serta kemauan besar pasangan. Apa Reynald pasangan yang dimaksud? Talita skeptis akan hal ini.

Setelah jalani terapi, Talita di kejutkan oleh bukti tanggungan yang sudah terbayar. Tapi pihak administrasi justru memberikan sebuah kartu debit platinum berataskan namanya. "Ini punya saya?" tanya Talita setengah tak percaya.

"Iya. Tadi ada orang yang kasih, katanya punya Mbaknya tapi masih di ruang rehab. Ini sudah terdebit ya. Bisa di lanjutkan ke bagian apotek."

Talita berikan anggukan, sambil tertegun memikirkan siapa kira-kira orang pemberi kartu debit yang ada di genggamannya ini. "Apa dari Rey, ya An?" ucapnya pada Ana di tengah ramainya pasien yang menunggu antrian panggilan apotek rumah sakit. "Tapi ini kartu tertinggi. Suamiku aja nggak punya lho."

"Coba tanya suamimu, Mbak. Kali aja emang dia. Siapa tahu karena nggak bisa anterin, jadi kasih kartu itu. Kan katanya suami Mbak Talita kaya."

Talita jadi tertunduk sedih. "Masa, sih? Apa dia masih perhatian sama aku ya?" Talita berubah ke GR-an sendiri.

"Eh, itu. Mas tampan itu bukannya suami, Mbak Talita?" tunjuk Anna setengah tak yakin.

Talita mengikuti jari telunjuk Ana, hingga tertuju pada kerumunan orang dan salah satunya memang dia kenal.

"Aku nggak mungkin lupa sama wajah suami Mbak yang ganteng itu. Bener itu, kan?" Ana terlihat antusias sampai berdiri menilik fokus pada pria yang di maksudkan. "Itu lho, Mbak Talita. Sampe di datengin. Pasti cinta dan sayang banget ya. Aduh sweetnya. Mas suami. Ini nih disini Mbak Talitanya!" Ana seolah tak sabar menunggu momen pertemuan antara Talita dan Reynald.

Aksi norak Ana ini jelas menarik perhatian Reynald yang ternyata tidak datang sendiri. Selain Veronica, Reynald juga di temani oleh Celine.

"Eh, Talita. Ternyata ketemu lagi sama kamu disini." Celine menyapa tapi juga sengaja mengalungkan tangan ke lengan kiri Reynald dengan manja. "Kamu sudah selesai terapi, ya. Syukur deh kalau misal sudah baikan." Seperti biasanya, Celine berwujud dua muka. Seolah-olah baik, tapi sebenarnya penuh siratan makna. "Ini aku mau cek ulang soal kehamilanku."

"Dia itu sudah nggak mungkin punya anak. Sekarang Reynald beruntung banget sudah pisahan sama dia, tinggal tunggu waktu ngesahin aja!" timpal Veronica semakin membuat suasana menjadi panas.

"Mama. Sudah. Kita pergi cari rumah sakit lain saja," perintah Reynald. Tak sedikitpun menatap Talita.

"Jangan, Rey. Rumah sakit ini paling bagus juga mahal. Palingan dia bayarnya pake uang bulanan dari kamu. Nggak tahu malu banget. Ngebet minta cerai tapi masih mau uangnya!" Veronica memulai babak baru hinaan untuk Talita.

"Saya sudah bayar, Ma, dan itu bukan dari uang Reynald."

"Halah!" Veronica meremehkan. "Ayo cepet kita daftar. Buang-buang waktu saja ngobrol sama menantu nggak guna ini!" Veronica meminta Reynald memegangi tangannya sebagai bantuan berjalan, dan tanpa sengaja menyenggol bahu Talita.

Talita segera menunduk seraya turunkan kaki untuk mengambil kartu debit platinum barunya ini, dan hal ini sempat di perhatikan Reynald yang sontak kerutkan kening. Reynald sadar tak mungkin juga bertanya kartu tersebut, bila kata pisah itu sudah jadi dirinya dan Talita seperti orang asing.

Comments (10)
goodnovel comment avatar
Muktie Prilly
rasanya pen Jambak ajj tuh mertua klo ngomong nyakitin bgt
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
ayokkk selidiki dulu yaa ta
goodnovel comment avatar
Viiie
Talita jadi bingung antara mau percaya atau nggak karna takut juga kan dengan penipuan..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Mantan Kekasih Suamiku Hamil?

    Setelah beberapa hari berselang, Talita mulai membuka diri dengan menerima permintaan pertemuan dengan Mario. "Tersenyumlah Talita." Kalimat pertama yang Mario ucapkan pada tamu di hadapannya ini. Talita memang berikan senyuaman, tapi jelas terlihat kikuk. Tundukan malu-malunya ini akibat baru menyadari kalau Mario adalah pria yang sangat tampan. Tatapan lembut Mario cepat membuat lawan bicara merasa nyaman. "Nah gitu dong. Lampu aja kalah terang kalau kamunya lagi senyum begini." Wanita mana yang tak akan berbunga-bunga bila ucapan seperti ini meluncur dari pria yang selalu memperlakukan dirinya layaknya penjaga bagi mutiara dalam tempurung rapuh. "Terima kasih. Kamu selalu buat aku senang." "Masa? Tapi kok aku lihat kamunya masih suka murung, terus termenung kayak pikirannya lagi bawa barbel 5 kilo?" Mario berusaha menciptakan suasana cair. Setelah bertemu Talita beberapa kali, Mario sudah dapat menyimpulkan seperti apakah sifat serta karakternya. Talita tertawa tertah

    Last Updated : 2025-02-08
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Lakukan Demi Bayi Ini

    "Iya, bener itu." Jawaban Vani jelas buat Talita semakin berusaha tanamkan perasaan benci pada Reynald. "Reynald pernah hubungi Mario dan atur pertemuan hanya berdua. Kata Mario, memang nggak lama mereka ngobrolnya tapi pada intinya Reynald meminta Mario melepaskan Celine secara gentleman. Sudah kelihatan banget, kan kalau Celine jelas-jelas pilih Reynald. Sebagai laki-laki yang punya harga diri, Mario juga jelas memilih mundur. Sialan banget emang suamimu itu!" "Terus kok jadi bisa Mario kepikiran deketin aku? Katamu Dedi nggak sengaja kenal dia lewat temen gym-nya?" Vani terdengar menguap sebelum berikan jawaban. "Gue nggak tahu jelasnya. Itu obrolan para pria. Dedi juga nggak banyak kasih detil ceritanya, tapi intinya terus para cowok ini kepikiran rencana sekarang ini dari bahasan random mereka." Vani lantas terdengar kesal. "Udahan ah, Ta. Lagian semua sudah kejadian, jadi jangan bahas-bahas yang kemarin-kemarin. Yang lo harus pikirin itu sekarang sama masa depan. Mantan

    Last Updated : 2025-02-09
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Bermuka Dua

    "Hai." Sapaan dingin Talita, sedingin suasana ruangan kerja Reynald yang lantas berdiri menyambut wanita yang masih sah jadi istrinya ini. "Duduklah." "Apa ada yang harus aku lakukan? Katakan saja. Aku tahu waktumu tidak banyak," jawaban Talita searah dengan Reynald, tapi tatapannya tetap menurun. Talita juga mengkatup rapat bibirnya, sekuat tenaga menahan sendu. "Aku tidak mau bercerai," jawaban yang baru Reynald berikan setelah beberapa lama pernah Talita tanyakan. "Hanya demi perusahaan, kan?" Urat syaraf dahi Reynald menegang, dekapan dua tangan dan sandaran pada meja kerjanya jadi usaha Reynald meretas kekakuan. "Celine hamil. Aku berada di posisi sulit. Ada beberapa lelang proyek besar masuk, tapi yang paling aku inginkan dari keluarga Tanjung." "Keluarga Tanjung? Lalu? Apa hubungannya dengan status pernikahanmu?" Mendengar nama keluarga konglomerat ini, tanpa sadar Talita mengangkat dagu dan menatap serius pada Reynald. "Lelang proyek itu menyisakan dua nama per

    Last Updated : 2025-02-10
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Istri Yang Tak Di Anggap

    Acara telah di mulai. Talita memilih berdiri di pojok ruangan aula seorang diri. Baru kali ini berada di tengah-tengah para kolega perusahaan yang Ayahnya ikut andil mendirikannya, meski hanya sebatas konsultannya saja. Tak terbesit niatan bertemu Reynald lagi, tapi tetap saja suaminya itu menghiasi tatapannya. Sebagai Presdir utama, Reynald adalah pemegang pusat perhatian. "Bu Talita, mau saya bawakan sesuatu lagi?" Alika datang menyodorkan minuman disertai senyuman. "Oh, Mbak Alika. Minuman saja nggak apa-apa," terima Talita membalas dengan sebuah sunggingan manis, trenyuh setiap kali Alika bersimpati padanya. "Setelah ini waktunya laporan tahunan bagi para pemegang saham, apa Anda tidak duduk saja di kursi yang sudah di sediain?" "Tidak. Aku disini saja. Prosentase sahamku cuma remahan cup cake hidangan penutup, Mbak, jadi cukup dengerin dari sini saja. Para tamu juga nggak perhatian. Mereka kan nggak pernah lihat aku jadi istrinya Reynald." "Anda tidak bisa seperti i

    Last Updated : 2025-02-10
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Hanya Dimanfaatkan

    Reynald itu jahat ... Reynald tidak pernah mencintaimu! Stigma-stigma atau settingan negatif seseorang oleh Mario pada Reynald itu terus memenuhi pikiran Talita. Reputasi Reynald? Nama baik perusahaan? Selama ini tak ada nama Talita di libatkan di dalamnya. "Saya adalah istri dari Presdir Reynald Christopher. Disini ... Saya harapkan kerjasama dan dukungan dari anda sekalian ... Terima kasih." Walaupun dengan terbata-bata, tapi Talita merasa telah sukses laksanakan permintaan Mario, sekaligus awal keberanian baru menunjukkan jati dirinya. Talita memberi anggukan hormat pada Reynald dan Veronica sejenak, baru kemudian membuang muka dan menutuni tangga panggung menuju ke arah pintu samping aula. Talita segera mempercepat langkah, toilet wanita jadi tujuannya selanjutnya. Bukan untuk panggilan alam, atau bahkan memperbaiki penampilan, tapi Talita hanya ingin menangis. "Aku memang istrinya ... Aku nggak salah," gumam Talita menguatkan diri di depan kaca. Sesenggukannya co

    Last Updated : 2025-02-11
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Anak Mario Atau Reynald?

    "Come on, Talita." "Selama ini aku cuma anak rumahan. Kuliah ke luar kota aja nggak boleh sama mamaku. Jadi gimana ya? Aku merasa akan sulit adaptasi di sana," jawaban polos Talita. Memang pada akhirnya Talita menyanggupi ajakan Mario mendatangi kampus integrasi Indonesia-New York, tapi hanya sebatas menutupi perasaan sungkan pada Mario. Mario tersenyum, tapi karena tak berminat banyak berikan bujukan untuk Talita, Mario menarik tangan Talita dengan sedikit paksaan. "Ayolah, kita masuk dulu. Kamu dengarkan dulu penjelasan dari mereka, aku yakin pasti tergugah." Mario membukakan pintu ruangan, sehingga Talita bisa melihat tatapan semua orang yang menjadikan mereka berdua perhatian baru. Niatan Talita untuk mengajak Mario ke tempat lain guna membicarakan ucapan Celine soal kehamilannya yang bocor, jadi teralih dengan deretan tulisan berupa pernyataan selamat datang untuk pendaftar baru. "Mario. Apa ini? Ini seminar perkenalan saja, kan?" Kali ini senyum Mario lebih pada kemena

    Last Updated : 2025-02-11
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Kau Runtuhkan Rencana Jahatku

    "Anakmu?" "Yes. Celine itu wanita bebas. Aku tahu siapa-siapa mantan-mantan pacarnya. She is hot, dan aku termasuk pria yang dengan gampangnya akan tertarik sama dia." Talita memegang cangkir minumnya dengan kedua tangan, tapi bukan untuk pembawa ke bibirnya. "Kqmu benar. Celine sangat cantik. Sepertinya aku nggak mungkin kayak dia," ucapan meniru pujian pada Celine dan hinaan untuknya dari Reynald kala itu. "Celine is beautiful, but you're gorgeous." Talita sempat membalas tatapan Mario, tapi kemudian memunduk lagi. Senyuman malu-malu sudah terlanjur tak bisa Talita sembunyikan. Getir, kenapa selalu Mario yang sering berikan pujian, dan bukannya suaminya sendiri, Reynald. "Aku cuma biasa-biasa saja. Sama aja kayak cewek kebanyakan. Nggak ada spesialnya. Nggak ada yang bisa aku banggain juga." "That's it!" Alis Talita naik satu. "Kenapa?" "Justru itu kelebihanmu, Talita. Kamu buat beban hidupmu itu bukan beban dalam arti sesungguhnya. Kamu nothing to lose jalani semua.

    Last Updated : 2025-02-12
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Di Usir

    Setelah berada di dalam taxi online, Talita merutuki diri sendiri. "Kenapa aku lakukan ini?" penyesalan di ujung jalan, karena mobil yang dia naiki telah sampai di depan rumah yang sebenarnya adalah neraka baginya. "Benar ini rumahnya, kan Mbak?" tanya driver taxi online sambil celingukan melihat ke arah luar, mengira suara Talita tadi sedang mengajaknya bicara. "Takut salah soalnya," lanjutnya. "Be benar, Pak." Talita gelagapan. Menyadari sempat melamun, sehingga tidak segera beranjak. "I iya, terima kasih ya Pak." Talita buka pintu mobil, menutup, tapi tak langsung menuju ke gerbang rumah. Tak beberapa lama, deringan ponselnya terdengar. "Saya sudah di gerbang, Nyonya muda." Suara Sari to the point saat Talita mengangkat panggilan. "Oke, tunggu." Talita mulai melangkah lagi. Gerbang rumah keluarga Christopher telah di buka oleh salah seorang satpam. "Belum ada orang di rumah ya, Mbak?" tanyanya setelah masuk dan di temani Sari, pembantu rumah tangga kepercayaannya. "Bu V

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Pergi! Sebelum Jatuh Cinta Padaku

    Talita terhenyak, begitu juga dua orang pendamping mereka. Celine sampai berdiri, lalu berjalan mendekati keduanya. "Sayang. Ayo kita pergi dari sini!" pinta Celine agak memaksa. Awalnya Reynald bimbang. Beberapa pertimbangan di pikirkan. Sadar juga bila bisa saja akan ada kegaduhan bila permintaan Celine ini tidak di turuti. Reynald hela napas panjang, baru kemudian memutuskan. "Baiklah. Kita pergi dari sini." Mendengar jawaban Reynald, Celine tersenyum penuh kemenangan. Tarikan di sambut lingkarkan tangan manja pada Reynald, menjauhkan Reynald dari Talita. Talita terdiam, tapi ujung matanya terpatri pada gerakan Reynald dan Celine menuju ke pintu keluar restoran hotel sampai menghilang. "Bagus, Talita!" puji Mario di sertai tepukan tangan pelan. "Aku perhatikan kamu mulai ada keberanian buat nolak," lanjutnya dengan tatapan bangga. "Yeah, thanks." Talita lantas mengambil tasnya, ingin segera pergi dari tempat tersebut. Tidak mau tersiksa dengan pikiran bodohnya. Suda

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Jangan Pergi!

    Sorot tajam Reynald pada Talita yang berdiri. Sudah kuasa bagi Talita bila harus terus di suruh menunggu aksi dan respon Reynald setelah permintaan cerainya tidak juga di gubris. "Talita. Duduk lagi. Jangan membuat gaduh. Ini bukan waktu yang tepat!" pinta Reynald tenang. Walaupun sikapnya tetap dingin, tapi kekaleman nada suaranya ini keluar setelah menyadari akan kedatangan Wira lagi. Begitu juga Talita. Terpaksa mengalah dengan menghela napas terlebih dulu, baru kemudian menuruti untuk duduk lagi. Wira seperti sosok yang seringkali jadi pembatas mereka berdua untuk berargumen lebih jauh. "Ada apa?" Tak di sangka Talita dan Reynald, Wira mencurigai akan adanya situasi tertentu. "Apa anda mau ke toilet juga, Nyonya?" Seperti biasa, Wira akan lebih perhatian terlebih dulu pada Talita. "Oh, tidak apa-apa Pak Wira. Saya cuma ... merapikan baju," sahut Talita. Sempat kebingungan, tapi jadi terpikir soal penampilan meski gelagapan sedikit. "Anda masih terlihat cantik, jadi nggak

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Terbakar Emosi

    "Nyonya Talita!" Semua pasang mata sontak menjadikan wanita muda dengan senyum mengembang itu menyambut berdiri. "Akhirnya. Saya sudah khawatir dengan kondisi anda, Nyonya." Wira meninggalkan kursi di ruangan private untuk memberi pelukan pada Talita. "Terima kasih, Pak Wira. Maaf kalau sudah buat khawatir." Talita sambut rangkulan kilat sebagai ungkapan pikiran Wira tidak kalah hangatnya. "Oh ya, kenalkan ini teman saya." Talita bergeser untuk berikan ruang pada Mario. "Selamat datang di New York, senang bertemu denganmu, Pak. Saya Mario." Wira mundur selangkah, memperhatikan sekilas penampilan Mario dan Talita di hadapannya. "Kalian berdua orang-orang yang luar biasa!" pekiknya senang. Meskipun belum tahu situasi seperti apa antara keduanya, tapi apa yang di kenakan keduanya sungguh membuat Wira kagum. "Wow. Saya seperti baru mengenal anda, Nyonya." Wira buru-buru menarik kursi di sampingnya untuk Talita, sedangkan Mario sengaja mencari meja lain. Setiap gerakannya berup

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Menemui Reynald Lagi

    "Meminta Celine ikut ke Amerika juga maksudmu?" Talita mengulang untuk memastikan. "Yes," sahutan santai Mario. Satu gulungan mi goreng sudah masuk ke dalam mulutnya. Talita menatap Mario untuk menilai ekspresi yang di tunjukkan. Meskipun terlihat dingin, tapi ada guratan lain di kedua matanya yang menunduk. Talita membava ada kekecewaan bertumpuk menjadi bola kebencian yang kapan saja bisa jadi bom waktu. "Kenapa? Kayaknya kamu sedih?" "Hah? Sedih?" Mario angkat wajah. Makanan yang semula ada di dalam mulutnya telah tertelan. "Nggak. Aku justru pengen Celine lihat bagaimana perubahan yang sedang kita usahakan." "Progessmu yang bagus, tapi aku belum." Berganti Talita menunduk, tersenyum geli merutuki diri. "Gimana-gimana, aku masih belum bisa di sepadankan dengan Celine, tahu!" ujarnya tegas. Tak mau terlalu ikut berandai bersama Mario. "Siapa bilang? Dengan kamu berani ambil sekolah bisnis di sini, sudah buktikan kalau ada kemajuan juga." Hampir saja Mario secara refle

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Harus Bertemu Lagi

    Beberapa minggu berlalu, bukan hal mudah bagi Talita untuk memulai suatu hal pertama dalam hidupnya. Walaupun memiliki teman-teman baru, termasuk Mario, tapi masih saja tidak menghindarkannya dari masalah yang masih tertinggal di Jakarta. "Iya, Mbak Alika?" Sudah beberapa kali sengaja menolak panggilan dari orang-orang yang dia kenal di Indonesia, tapi akhirnya Talita menyadari bahwa tidak akan mungkin seterusnya menghindar. Tanggungan dan beban tanggung jawab masih jadi pikulan yang harus di pertanggung jawabkan. "Bu Talita. Akhirnya anda menjawab panggilan saya," sahut Alika dengan desah sisa keputusasaan. "Maaf aku sibuk. Ada apa?" Talita menjawab sedikit dingin. "Ada yang kurang untuk anda tanda tangani waktu itu. Saya bisa kapan temui ibu?" Terdengar jelas ada harapan besar Alika, mengingat sudah sempat mengecewakan Reynald. Alika masih di bayangi rasa bersalah tak mengetahui terlebih dulu maksud Talita segera menandatangani dokumen waktu itu. "Apa urgent?" Talita turun

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Sampai Di New York

    "Ayo kita ke Gilbartar." Ajakan Mario ini di balas Talita dengan senyuman. Bukan sepenuhnya karena senang, tapi ada langkah berat sebagai awal menuju kehidupan barunya. "Ayo, kenapa? Apa kamu sedang nungguin orang? Kan sudah pamitan sama Vani?" ajak Mario lagi, mencurigai akan gelagat Talita yang sesekali melihat ke arah belakang. "Oh, nggak ada apa-apa. Cuma takut ada tasku ketinggalan di lounge," alasan Talita menutup hal sebenarnya. Di depan sana sudah terdengar suara mesin pesawat meraung-raung seiring baling-balingnya berputar kencang. Hal berat buat Talita membayangkan kehidupan barunya di New York nanti, tapi saat menatap ke arah Mario, perasaan gamang itu jadi berangsur sirna. Ada keyakinan kalau dia akan memiliki seseorang yang bisa di andalkan. ** Setelah menempuh perjalanan panjang di udara, sampailah Talita, Mario, serta para rombongan beberapa orang dengan tujuan sama sampai di New York. Sebagian calon mahasiswa adalah orang-orang dari kalangan menengah ke

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Kabur

    Beberapa jam kemudian, setelah berbicara dengan Celine secara diam-diam. "Oke. Baiklah. Terpaksa aku setujui," gumamnya seraya mengeluarkan lagi koper yang semula sempat dia kembalikan ke bagian paling bawah dalam lemari wardrobenya. Talita lalu melongok ke arah jendela. Memastikan kalau Celine sudah memulai awal rencananya. Talita tak menyangka akan menuruti wanita bermuka dua yang berniat mengusirnya, tapi justru itulah yang dia harapkan kini. Suara mesin mobil terdengar di bagian depan jendela kamarnya. Itu adalah pertanda kalau dia harus segera turun dari kamar. Talita hela napas dalam, baru kemudian keluar dengan tunjukkan ekspresi biasa saja. Setelah melewati lorong menuju ke tangga, apa yang sudah dia duga terjadi. Saling menatap dengan sang tuan muda pemilik rumah tak bisa terelakkan. Bukan seperti biasanya, Talita berikan senyuman tipis. Cara yang terpaksa di lakukan demi bisa mencapai jalan keluar, menjauhi suaminya sendiri. *** Di tempat lain, setelah beberapa

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Aku Juga Punya Hati

    Malam harinya. Tempat melamun Talita berganti di tempat tidurnya. Memang Mario tidak mengungkapkan secara gamblang, bahkan setelahnya di selingi gelak tawa seolah sebuah candaan, tapi Talita tak mau memungkiri situasi sore itu. "Apa aku bisa mencintai pria lain selain Reynald?" Talita bertanya pada dirinya sendiri, tanpa bisa berikan jawaban. Suara air dari kamar mandi Reynald terdengar. Talita sengaja ciptakan suasana hening. Sayup-sayup Talita bisa pastikan ada suara wanita sedang berbicara dengan Reynald. Talita menoleh pada sisi dinding, dimana di perkirakan tempat kemungkinan Reynald dan Celine berada. Terdengar cekikikan manja wanita yang sedang mengandung anak dari suaminya itu. Hati Talita terkoyak, lalu putuskan segera berdiri menuju lemari pakaian. Satu koper berisi sebagian besar baju dan barang-barang masih tertata rapi di dalamnya kemudian di seret keluar. Talita melirik ke arah dinding perbatasan antara kamarnya dan Reynald, lalu teguhkan diri untuk segera per

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Wanita Tulus Dari Pria Yang Tak Bersyukur

    "Pembawa sial?" lirih Talita tersedu di depan kaca wastafel. Kalau hinaan soal ketidakbecusannya dalam segala hal, masihlah bisa dia terima. Menjadi orang yang di buat seolah pembawa sial, tentu sangat menyakitkan hati. "Memang sepertinya aku pembawa kekacauan." Setelah kejadian seharian ini, Talita jadi minder dan tak punya keberanian kembali ke tempat acara. Walaupun menyadari akan membuat Wira dan juga istrinya, Lina kecewa, namun penambahan derita batin dari Reynald semakin tak bisa buatnya kuasa kembali. Melalui pintu belakang kantor, Talita benar-benar memutuskan untuk pergi. Bukannya meminta antar sopir seperti sewaktu datang, Talita ingin memesan taxi online saja seperti biasa. "Tolong agak di percepat, ya Pak." Permintaan Talita, kali ini tidak seperti biasanya. Tak pernah Talita ingin cepat pergi menjauh dari kantor yang di besarkan oleh ayahnya juga ini. Rasanya diri sudah terpental oleh hinaan suaminya sendiri. Pembawa sial. Sebutan yang terus memenuhi pikiran Ta

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status