Share

Rencana Jahat

Author: Leon Hart
last update Last Updated: 2025-01-07 14:06:29

Baik Talita maupun Reynald berganti tujuan ke arah single sofa tempat Veronica duduk berada.

"Mama? Kenapa?!" kepanikan Reynald, segera memposisikan ibunya tidur dalam pelukannya. "Kita ke dokter sekarang!" putusnya melihat keadaan Veronica yang terlihat sulit bernapas, tapi justru mendapatkan pencegahan.

"Nggak usah, Rey. Bawa Mama ke kamar saja. Kita juga perlu bicara berdua." Veronica menurunkan kaki, lalu meminta putranya ini untuk memapahnya secara perlahan.

"Aku bikinin teh anget ya, Ma." Talita masih menaruh rasa peduli, namun mendapatkan tanggapan sebaliknya.

"Nggak usah!" sahut Veronica sewot. "Harusnya kamu itu bikin surat laporan. Nyadar nggak, sih?! Kalau hari ini kamu sudah buat dua orang bisa saja mati. Aduhh, Tuhan toloongg. Dosa apa aku pada-Mu sampai kirim menantu bisanya buat sial teruss!" Veronica merutuki diri seolah-olah tengah mendapatkan hukuman dan hanya berakhir pada penyesalan.

"Sudahlah, Ma. Kita bicara saja di dalam." Reynald lalu beralih pada Talita. "Kita lanjutkan lagi besok," permintaan dingin Reynald dan di ikuti anggukan patuh istrinya tersebut.

Talita berjalan kembali ke kamarnya masih dalam kepala tertunduk, menahan tangis lagi. "Tuhan. Aku tak sanggup lagi," curhatan perih Talita meringkuk dalam dekapan sendiri. "Kalau memang sudah nggak cinta lagi, kenapa kamu masih mau aku jadi istrimu, Rey!" pilunya Talita.

Tak terhitung sudah air mata keluar, namun hanya satu kata Reynald yang terus teringat dalam pikirannya. Jawaban penolakannya untuk berpisah, membuat Talita dalam dilema hati. Tangisnya terjeda setelah menyadari ada panggilan dari ponselnya.

"Iya, Van?" sahutan Talita ketika nomor sahabatnyalah jadi pengisi layar ponselnya.

"Gue sudah di depan rumah lo. Cepet turun. Lo harus ikut gue. Ini penting!"

"Penting apa maksud lo?"

"Gue sudah baca semua chat curhatan lo, dan gue nggak mau kamu sedih terus. Ini ada acara penting buat lo."

"Apa itu, Van?"

"Ada hubungannya sama pernikahan lo, Ta."

"Apa maksudmu?"

"Sudah deh. Cepet dandan dan turun. Gue bisa jamuran nih nungguin lo disini!"

Amarah Vani akhirnya luluhkan Talita. "Iya iya. Gue turun, tapi harus ijin Rey dulu ya."

"Nggak usah ijin segala. Percaya deh. Sudah lebih dari 6 bulanan ini lo tersakiti terus, jadi lo berhak lakukan sedikit pemberontakan. Persetan label istri solehah. Lo juga perlu bahagia, girl!"

Seperti biasa, Vani selalu berhasil meyakinkan Talita. Dalam hitungan tak sampai 5 menit, ia sudah berada di depan mobil pacar Vani bernama Dedi dan langsung masuk ke dalam dengan tergesa.

"Emang lo mau ajak gue kemana?" tanya Talita seketika setelah menutup pintu mobil.

"Ada orang yang pengen Dedi kenalin ke lo," jawab Vani setelah miringkan posisi duduknya menghadap ke belakang.

"Siapa?"

"Nanti juga tahu. Ini acara undangan dari teman Dedi satu gym, terus nggak sengaja kenal sama tuh orang."

"Terus apa hubungannya sama masalah pernikahan gue?"

Vani dan Dedi hanya saling bertatapan bersambut senyuman. Memberi jawaban mengambang sampai mereka tiba di sebuah club malam yang sudah di isi Clubbers beserta hiruk-pikuknya.

"Asal kamu tahu, Ta. Dedi pernah lihat suami lo sama dedemit sok cantik itu di sini berduaan sampai malam. Waktu lo cerita Reynald lagi ke luar kota itu." Vani mengawali penjelasan seraya menggandeng erat lengan Talita.

"Apa mereka lanjut menginap di hotel atau semacamnya, gitu?" Wajah Talita mulai pucat pasi dengan dugaan terburuknya ini.

"Kalau itu biar Dedi yang cerita. Dia sampe bela-belain buntutin. Kamu memang benar. Selama ini sepertinya Reynald bohong kalau selama dia tidak menyentuhmu itu sebenarnya sudah tidur sama Celine, mantan laknatnya itu."

Talita secara tak sadar menerima begitu saja tiap gelas berisi minuman yang sebenarnya berasa tak familiar di lidahnya, tapi entah kenapa sedikit membuatnya lebih baik ketika badannya terasa lebih ringan, pikirannya melayang tanpa beban, hingga akhirnya perlahan-lahan kedua matanya terpejam seiring hilangnya segala pembuat berat kesadaran otaknya ini.

***

Setelah beberapa saat.

"Talita Aryadna Dharmawan!"

Panggilan menghentak ini sontak membuat Talita memaksakan diri membuka kedua matanya. Bukan hanya kini kepalanya terasa sangat berat, tapi suara yang memanggilnya itu sangatlah dia kenal.

"Lihatlah dirimu. Semurah inikah dirimu sebenarnya?" Bukan suatu pertanyaan tapi lebih pada hinaan dari seorang Reynald.

Talita terbelalak kaget sekaligus bingung ketika baru menyadari tatapan jijik Reynald padanya itu karena tubuhnya tengah polos dan hanya terbungkus selimut putih dari kasur dalam sebuah ruangan tidur hotel.

"Aku tunggu di rumah dan kita bicara soal kesepakatan itu. Aku kira sudah yakin dengan keputusanku!"

"Rey, tunggu!" hibah Talita sembari berusaha memakai pakaiannya dengan cepat. "Kamu nggak bisa ambil keputusan sepihak. Aku juga punyak hak atas kesepakatan itu dan kita bisa segera bercerai!" Baru saja akan meraih bagian celana panjangnya, ujung sepatu jadi penahan sehingga Talita terpaksa mendongak.

"Jangan temui kakakku lagi!" ucap Vanessa lebih pada sebuah ancaman. "Kalau kamu masih keras kepala kembali ke rumah, akan aku sebar fotomu ini ke semua medsosku biar kamu malu!" Vanessa menunjukkan layar ponselnya yang berisi deretan foto Talita bersama seorang pria.

"Aku nggak kenal cowok itu dan nggak lakuin semua itu. Aku berani bersumpah!"

"Dasar nggak tahu malu. Sudah jelas-jelas begini masih berani bersumpah. Untung saja Kak Rey sama Kak Celine nggak sama orang-orang kayak kalian berdua. Cih, jijik bener aku lihatnya!" Vanessa menarik kakinya dari atas celana Talita lalu beranjak pergi.

Baru setelah pintu tertutup itulah, seorang pria yang sama dengan foto dalam ponsel Vanessa tengah berdiri dengan raut serius menyapa. "Hai, Talita."

"Siapa kamu?! Kenapa kamu bisa kesini? Dan kita ... Apa kita berdua ... Semalam apa kita berdua ..." Talita sampai tak sanggup teruskan ucapannya.

"Tenang ... Take it easy, girl. Ini." Pria muda nan tampan itu kemudian mengambil sisa pakaian Talita, lalu memberikannya. "Namaku Mario. Ceritanya panjang, tapi untuk sementara aku akan keluar sampai kamu selesai berpakaian. Oke."

Setelah berpakaian lengkap, Talita segera membuka pintu untuk memberi ruang bagi Mario masuk ke dalam. "Cepat jelaskan padaku ada apa sebenarnya? Karena aku harus temui suamiku. Siapa sebenarnya kamu? Apa yang sudah kita lakukan semalam? Bagaimana dengan Vani, temanku? Apa dia juga ada di balik semua kejadian ini? Cepat katakan!" Emosi Talita memuncak, ketika pikirannya ini sudah kacau-balau tak bisa berpikir jernih lagi.

"Sebelumnya maafkan aku. Keberadaanku di sini adalah skenario untuk membantumu, sekaligus menjadikan kita berdua sebagai partner."

"Apa maksudmu? Aku nggak ngerti. Mending sekarang aku pulang dan bicara dengan suamiku, karena aku cuma percaya sama dia!"

"Talita!" Mario meraih tangan Talita, lalu memegang kedua lengannya dengan kuat.

"Lepasin! Aku sudah bilang nggak akan mau percaya sama kamu. Aku akan laporkan kalau kamu jahat, karena aku benar-benar nggak merasa semalam bercinta sama kamu atau siapapun. Ingat ya. Aku punya suami, jadi aku tahu bedanya. Ini cuma jebakan jadul. Bikin muak!"

"Bukan aku yang jahat, tapi suamimulah yang kejam. Suamimu jugalah orang di belakang semua ini!"

"Apa?!!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ratih Fitriya
terlalu menye" emang si Talita ini senang di sakiti dan di tindas apa tujuannya Vani sama Dedi menjebak Talita sama mario kelihatan semakin hina di mata keluarga suami nya Talita
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
what?????toxic beneran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Keputusan Perpisahan

    Setelah beberapa hari Talita memutuskan untuk menyendiri. Tinggal bersama Vani adalah pilihan satu-satunya saat ini. "Gue jalan kerja dulu ya, Ta. Lo sudah nggak sedih lagi, kan?" tanya Vani serata menatap sahabat ini menutup bungkus nasi uduknya dengan wajah sendu. "Entahlah." "Sekarang lo tahu kalau Reynald yang membuat rencana jahat ini. Apalagi tujuannya selain agar secara perlahan bagian saham dan andil emosional Ayahmu di perusahaan itu berangsur hilang. Lo kan cuma minta cerai, tapi masih nggak mau lepasin prosentase saham itu. Iya, kan?" Vani menggiring Talita untuk menyetujui opininya. "Jadi dengan maksud rasa malu itu, lo akan dengan sukarela melepaskan." "Bagaimana lo punya pikiran seperti itu?" "Aduh, Ta. Kadar iblis di jiwa lo cuma berapa persen, sih? Heran gue. Habis baik banget. Kan ternyata benar kalau selama setahunan ini, perusahaan itu labanya sedang naik, dan otomatis kepemilikanmu juga." "Jadi menurutmu gue harus pastikan keputusan itu?" "Yups. Exac

    Last Updated : 2025-01-07
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Bukan Aku

    "Benar itu nama ibu kandung saya, tapi sepertinya saya bukan orang yang Anda cari." Talita buru-buru mengajak Anna agar masuk ke dalam rumah. "Maaf saya tidak ada waktu. Kami harus ngerjain seuatu!" ucap Talita ketakutan, kemudian berjalan cepat sampai di balik pintu gerbang. "Saya sudah tahu banyak tentang Anda. Percayalah." "Ibu saya cuma orang biasa. Mungkin cuma kebetulan sama nama saja." Talita cepat-cepat menggembok pintu gerbang tersebut. "Pergilah, Pak. Saya bisa teriak minta tolong atau panggil polisi." "Akan saya jelaskan. Tolong beri saya waktu sebentar." Pria itu masih berusaha memaksa. "Maaf, Pak. Saya harus masuk." "Mbak Talita. Saya tahu perasaan Anda sekarang, tapi pastikan akan ada kiriman pembuktian dari saya nanti!" Talita mengajak asisten rumah tangganya segera masuk ke dalam dan kemudian menanyainya. "Apa saja yang sudah orang itu katakan sama kamu, Mbak?" "Orang itu datang dua hari yang lalu terus cari Mbak, tapi sebelum-sebelumnya saya sudah pernah

    Last Updated : 2025-02-08
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Mantan Kekasih Suamiku Hamil?

    Setelah beberapa hari berselang, Talita mulai membuka diri dengan menerima permintaan pertemuan dengan Mario. "Tersenyumlah Talita." Kalimat pertama yang Mario ucapkan pada tamu di hadapannya ini. Talita memang berikan senyuaman, tapi jelas terlihat kikuk. Tundukan malu-malunya ini akibat baru menyadari kalau Mario adalah pria yang sangat tampan. Tatapan lembut Mario cepat membuat lawan bicara merasa nyaman. "Nah gitu dong. Lampu aja kalah terang kalau kamunya lagi senyum begini." Wanita mana yang tak akan berbunga-bunga bila ucapan seperti ini meluncur dari pria yang selalu memperlakukan dirinya layaknya penjaga bagi mutiara dalam tempurung rapuh. "Terima kasih. Kamu selalu buat aku senang." "Masa? Tapi kok aku lihat kamunya masih suka murung, terus termenung kayak pikirannya lagi bawa barbel 5 kilo?" Mario berusaha menciptakan suasana cair. Setelah bertemu Talita beberapa kali, Mario sudah dapat menyimpulkan seperti apakah sifat serta karakternya. Talita tertawa tertah

    Last Updated : 2025-02-08
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Lakukan Demi Bayi Ini

    "Iya, bener itu." Jawaban Vani jelas buat Talita semakin berusaha tanamkan perasaan benci pada Reynald. "Reynald pernah hubungi Mario dan atur pertemuan hanya berdua. Kata Mario, memang nggak lama mereka ngobrolnya tapi pada intinya Reynald meminta Mario melepaskan Celine secara gentleman. Sudah kelihatan banget, kan kalau Celine jelas-jelas pilih Reynald. Sebagai laki-laki yang punya harga diri, Mario juga jelas memilih mundur. Sialan banget emang suamimu itu!" "Terus kok jadi bisa Mario kepikiran deketin aku? Katamu Dedi nggak sengaja kenal dia lewat temen gym-nya?" Vani terdengar menguap sebelum berikan jawaban. "Gue nggak tahu jelasnya. Itu obrolan para pria. Dedi juga nggak banyak kasih detil ceritanya, tapi intinya terus para cowok ini kepikiran rencana sekarang ini dari bahasan random mereka." Vani lantas terdengar kesal. "Udahan ah, Ta. Lagian semua sudah kejadian, jadi jangan bahas-bahas yang kemarin-kemarin. Yang lo harus pikirin itu sekarang sama masa depan. Mantan

    Last Updated : 2025-02-09
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Bermuka Dua

    "Hai." Sapaan dingin Talita, sedingin suasana ruangan kerja Reynald yang lantas berdiri menyambut wanita yang masih sah jadi istrinya ini. "Duduklah." "Apa ada yang harus aku lakukan? Katakan saja. Aku tahu waktumu tidak banyak," jawaban Talita searah dengan Reynald, tapi tatapannya tetap menurun. Talita juga mengkatup rapat bibirnya, sekuat tenaga menahan sendu. "Aku tidak mau bercerai," jawaban yang baru Reynald berikan setelah beberapa lama pernah Talita tanyakan. "Hanya demi perusahaan, kan?" Urat syaraf dahi Reynald menegang, dekapan dua tangan dan sandaran pada meja kerjanya jadi usaha Reynald meretas kekakuan. "Celine hamil. Aku berada di posisi sulit. Ada beberapa lelang proyek besar masuk, tapi yang paling aku inginkan dari keluarga Tanjung." "Keluarga Tanjung? Lalu? Apa hubungannya dengan status pernikahanmu?" Mendengar nama keluarga konglomerat ini, tanpa sadar Talita mengangkat dagu dan menatap serius pada Reynald. "Lelang proyek itu menyisakan dua nama per

    Last Updated : 2025-02-10
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Istri Yang Tak Di Anggap

    Acara telah di mulai. Talita memilih berdiri di pojok ruangan aula seorang diri. Baru kali ini berada di tengah-tengah para kolega perusahaan yang Ayahnya ikut andil mendirikannya, meski hanya sebatas konsultannya saja. Tak terbesit niatan bertemu Reynald lagi, tapi tetap saja suaminya itu menghiasi tatapannya. Sebagai Presdir utama, Reynald adalah pemegang pusat perhatian. "Bu Talita, mau saya bawakan sesuatu lagi?" Alika datang menyodorkan minuman disertai senyuman. "Oh, Mbak Alika. Minuman saja nggak apa-apa," terima Talita membalas dengan sebuah sunggingan manis, trenyuh setiap kali Alika bersimpati padanya. "Setelah ini waktunya laporan tahunan bagi para pemegang saham, apa Anda tidak duduk saja di kursi yang sudah di sediain?" "Tidak. Aku disini saja. Prosentase sahamku cuma remahan cup cake hidangan penutup, Mbak, jadi cukup dengerin dari sini saja. Para tamu juga nggak perhatian. Mereka kan nggak pernah lihat aku jadi istrinya Reynald." "Anda tidak bisa seperti i

    Last Updated : 2025-02-10
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Hanya Dimanfaatkan

    Reynald itu jahat ... Reynald tidak pernah mencintaimu! Stigma-stigma atau settingan negatif seseorang oleh Mario pada Reynald itu terus memenuhi pikiran Talita. Reputasi Reynald? Nama baik perusahaan? Selama ini tak ada nama Talita di libatkan di dalamnya. "Saya adalah istri dari Presdir Reynald Christopher. Disini ... Saya harapkan kerjasama dan dukungan dari anda sekalian ... Terima kasih." Walaupun dengan terbata-bata, tapi Talita merasa telah sukses laksanakan permintaan Mario, sekaligus awal keberanian baru menunjukkan jati dirinya. Talita memberi anggukan hormat pada Reynald dan Veronica sejenak, baru kemudian membuang muka dan menutuni tangga panggung menuju ke arah pintu samping aula. Talita segera mempercepat langkah, toilet wanita jadi tujuannya selanjutnya. Bukan untuk panggilan alam, atau bahkan memperbaiki penampilan, tapi Talita hanya ingin menangis. "Aku memang istrinya ... Aku nggak salah," gumam Talita menguatkan diri di depan kaca. Sesenggukannya co

    Last Updated : 2025-02-11
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Anak Mario Atau Reynald?

    "Come on, Talita." "Selama ini aku cuma anak rumahan. Kuliah ke luar kota aja nggak boleh sama mamaku. Jadi gimana ya? Aku merasa akan sulit adaptasi di sana," jawaban polos Talita. Memang pada akhirnya Talita menyanggupi ajakan Mario mendatangi kampus integrasi Indonesia-New York, tapi hanya sebatas menutupi perasaan sungkan pada Mario. Mario tersenyum, tapi karena tak berminat banyak berikan bujukan untuk Talita, Mario menarik tangan Talita dengan sedikit paksaan. "Ayolah, kita masuk dulu. Kamu dengarkan dulu penjelasan dari mereka, aku yakin pasti tergugah." Mario membukakan pintu ruangan, sehingga Talita bisa melihat tatapan semua orang yang menjadikan mereka berdua perhatian baru. Niatan Talita untuk mengajak Mario ke tempat lain guna membicarakan ucapan Celine soal kehamilannya yang bocor, jadi teralih dengan deretan tulisan berupa pernyataan selamat datang untuk pendaftar baru. "Mario. Apa ini? Ini seminar perkenalan saja, kan?" Kali ini senyum Mario lebih pada kemena

    Last Updated : 2025-02-11

Latest chapter

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Di Minta Kembali Pulang

    Seharusnya jawabannya mudah. 'Iya, san aku juga mencintaimu.' Tapi tidak semudah itu buat Talita. Senyuman penuh harap pengertian dari Mario dia berikan. "Sabar. Kita bukan Reynald atau Celine. Aku ingin hubungan kita bisa terlepas dari bayang-bayang mereka dulu. Kamu tahu maksudku, kan?" "Maksudmu, kamu mau sudah benar-benar pegang status bercerai dari Reynald?" "Iya," sahut Talita membenarkan. "Tapi jangan kamu kira aku masih terbayang-bayang Celine. Nggak banget itu." "Kamu tahu kabar Celine sekarang? Apa dia masih aktif sosial media? Tahu sendiri, kan sekarang lagi hamil, apa dia berani tampil jualan produk kecantikan sama nge-vlog dalam kondisi begitu?" Mario kerutkan bibir, berpikir sebentar. "Hm, sepertinya sudah 2 bulanan ini dia nggak aktif. Isi sosmed dia cuma berisi iklan dan ada foto-foto terbaru, tapi cuma bagian wajah doang. Selebihnya, nggak ada live lagi." "Tuh, kan. Kamu aja kesannya masih kebayang-bayang mantan. Buktinya, tahu aja update-an sosmednya

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Apa Benar Aku Mencintai Mario?

    Hari selanjutnya setelah jam pulang bekerja. Talita sudah berdiri menunggu Mario menjemput di depan cafe. Belum ada tanda-tanda keberadaan pria manis yang kini menjadi kekasihnya itu, sehingga Talita putuskan mengambil ponsel sebagai pengisi waktu. Terinspirasi gaya fashion kota modern New York, Talita sengaja tampil berbeda malam minggu ini. Atasan lengan panjang bergaya crop top, di padu rok jeans di atas lutut jadi pelengkap saat menata rambut panjangnya bergelombang besar di biarkan terurai. Talita sedang ingin mencari suasana baru dalam hidupnya. Sebuah notifikasi pesan mulai mengganggu Talita. Nama Wira tertera di sana. Penuh degupan kencang, Talita timang-timang ponsel. "Aku buka sekarang atau nanti ya?" gumaman bimbang Talita. Bisa saja dia hanya mengintip isi pesan dari pesan tersebut, dan membalasnya nanti-nanti. Selain itu ada pikiran untuk segera membuka dan membalasnya sebagai pencitraan baik. "Aku gugup kalau ketemu Pak Wira." Sisi rapuh Talita, tapi Tuhan selalu

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Kamu Nggak Bisa Tanpa Aku, Talita

    Talita tarik tangan secara kasar dari genggaman Reynald. "Aku ... masih belum berani," ucap Talita baru satu anak tangga. "Aku masih dalam masa recovery." Keadaan medis jadi harapan Talita agar tidak berduaan saja dengan Reynald. "Masih suka sakit?" Dua kaki Reynald satu di bawah dan satu di anak tangga atasnya. Sempatkan berhenti untuk penuhi rasa ingin tahu. "Sudah tidak terlalu. Cuma kemarin malam sudah minum obat pereda nyeri, jadi aku nggak mau nanti terlalu tergantung sama pain killer kalau sakitnya kumat lagi." "Masih rutin kontrol, kan?" selidik Reynald. Talita gelengkan kepala. "Nggak lagi. Masih bisa aku atasi sendiri, karena itu harus hemat-hemat obat." "Kartu hitam itu, milik siapa?" "Kartu hitam? Yang mana?" Talita kerutkan dahi. "Aku pernah lihat kamu jatuhkan kartu hitam Kamu buat transaksi waktu kita ketemu di rumah sakit." "Oh itu ..." Talita hampir saja lupa dengan benda yang sudah di masukkan ke dalam kotak penyimpanan, dan tak pernah dia gunaka

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Berhimpitan Di Dalam Lift

    "Itu hakmu." Setelah berikan jawaban, Reynald kembali berjalan. Langkahnya cepat lagi, tapi beberapa langkah berbalik. "Putar balik sana. Aku antar kamu pulang," perintahnya dingin. Keduanya berdiri berhadapan dalam kebekuan. Berikan waktu buat sepasang kekasih yang lewat. Dua sejoli warga New york itu awalnya bergandengan tangan, lalu berpelukan dan kemudian berciuman. Suasana canggung terjadi saat sang pria menyinggung lengan Reynald seraya berujar godaan. "Cium dia juga, Dude. Bawa pulang ke tempat tidurmu, jangan di tengah jalan begini." Reynald salah tingkah, jadi hanya senyum tipis buat jawaban. Setelah sejoli itu berlalu, ia angkat dagu tertuju pada Talita. "Keburu malam. Sudah berani kabur ke New York, masa pulang kerja malam dikit gitu malah takut," sindirnya. "Ngeselin!" Kedua pipi Talita menggelembung. Sepanjang langkah terus picingkan mata. Hatinya berat penuh kedongkolan. Memang sih, baru-baru ini bisa ekspresikan diri di hadapan Reynald, tapi kesannya kok b

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Sakiti Hatiku Agar Bisa Melupakanmu

    "Maaf." "Apa?!" tanggap Sophie. Tubuhnya bergeser, mengintip ke tulisan dari secarik kertas dalam genggaman Talita. "Itu artinya apa?" Rasa ingin tahu Sophie. Bagaimana bisa satu kata, tapi bisa membuat Talita termenung lumayan lama. "Sorry. Itu artinya." "Oh, My God!" Sophie takjub. Selagi belum ada pengunjung baru masuk, Sophie bergeser menempel ke Talita. "Manis sekali. Dia juga sepertinya seorang gentleman. Apa hubungan kalian sangat spesial dulunya?" koreknya. Awalnya Talita ragu. Selama ini, yang jadi tumpuan curahan hati adalah Mario. Sejak tinggal di New York dan jauh dari Vani, memang berat buat Talita untuk menyimpan setiap kegalauan seorang diri. Tapi kini, ia berharap Sophie bisa jadi penggantinya. "Dia suamiku ... Sampai sekarang masih suamiku." "What!!" Sophie tutup bibirnya yang ternganga. "Karena itu kamu pernah bilang hubungan kalian berdua rumit?" Sorot simpati Sophie layangkan. "Iya," anggukan Talita. "Dan pria pengantar kamu tadi pagi? Siapa dia?"

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Kok Jadi Merasa Kasihan, Ya?

    Kau menjauh saat ku butuh. Kini, kamu mendekat saat pilar cintaku runtuh. Talita balik pergelangan kirinya. Jam bergelang silver menunjukkannya pada waktu. "Ini belum juga jam 5, kamu kok sudah datang ke sini?" Terlihat jelas, Talita sedang tidak bersahabat. "Aku sudah lapar," jawaban santai Reynald. "Apa yang harus aku makan kalau jam segini?" Di hadapannya telah tersuguh buku daftar menu, tapi Reynald tak sekalipun menyentuh, alih-alih membukanya. Talita berkacak pinggang. Wajahnya tertekuk, biburnya berkerut. "Kemarin malam-malam kesini, sekarang bahkan belum waktu lazimnya makan malam. Apa tunanganmu itu nggak kasih kamu makan? Atau restoran hotel kalian masih tutup? Urusan bisnis kita sudah selesai, kenapa kamu nggak juga balik ke Indonesia?" Bibir Reynald membuka, tubuhnya tergerak ke belakang seolah terkena imbas pusaran kemarahan Talita tepat di depan wajahnya ini. "Mbak. Aku pelanggan baru cafe ini. Masa cuma pesen makanan aja, pake di kasih bonus bentak-bentak

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Apa Kamu Mau Kita Bercinta?

    Ke esokan harinya. "Hayo melamun!" Gertakan Mario pada Talita yang termenung menatap kosong layar laptop. "Mikirin apa, sih? Sudah baikan, belum?" "Iya, begitulah." Talita lantas menutup laptop, lalu melipat kedua tangan di atas meja di salah satu meja gazebo. "Maaf, tadi aku langsung jalan ke kampus sendirian. Bangunku kesiangan, jadi ku pikir kamu pasti sudah jalan duluan," penjelasan tak enak hati Talita. Sudah jadi kebiasaan jalan bersamaan, tapi pagi ini ternyata pengecualian. "Pantesan aku gedor-gedor, telpon, kamunya nggak ada respon. But it's oke. Kamu pasti butuh istirahat gara-gara semalam. Apa kamu mau libur kerja part time? Kali aja masih kecapean." Talita gelengkan kepala. "Nggak apa-apa, aku masuk kerja aja. Itu juga buat hiburan, biar nggak keingetan." "Keingetan? Sama siapa? Reynald?" Talita terlambat nyadar. Tak sengaja ungkapkan pikiran, dan sialnya Mario sudah terlanjur menangkap gelagatnya ini. "Eh, ehm ... Itu, nggak begitu ..." "Hayo. Masih kepik

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Dia Siuman, Aku Pergi

    Bukk!! "Talita!" Pekikan secara bersamaan antara Reynald dan Mario, tapi Reynaldlah yang pertama menjadi penopang tubuh Talita yang tiba-tiba lunglai dan matanya terpejam. "Lu apain Talita?!" gelegar suara tanya Mario. Ada ketidakterimaan darinya pada Reynald. Reynald yang memang memiliki sifat dasar dingin, tak menggubris pertanyaan Mario. Tubuh Talita telah berada dalam gendongannya. Masih memakai sepatu, Reynald terpaksa masuk ke ruang tamu. Di rebahkan Talita di atas sofa, kemudian di goyang-goyangkan seraya ucapkan panggilan. "Talita ... Talita ... Buka matamu," usaha Reynald dalam kepanikan. Wajahnya pucat, menatap gusar pada wajah cantik istrinya ini. "Minggir!" bentak Mario kasar. Sedianya tangan Reynald akan memegang pipi Talita, tapi telah di tangkis Mario. "Lu sudah nggak berhak sama hidup, Talita!" sentaknya serasa kepemilikan atas diri Talita. "Dia istriku." "Bukan lagi!" Mario dorong tubuh Reynald yang berjongkok, sehingga dengan mudah menjatuhkannya di a

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Adu Ego

    Reynald tertegun sesaat. Talita sudah semakin berani mengutarakan isi hati. "Ma maaf. Mungkin aku no respect." Talita lepaskan jaket dan sepatu, lalu di taruh tempat khusus sebelum masuk ke dalam terlebih dulu. Reynald masih berdiri mematung, kedua tangannya terangkat di pinggang. Tatapannya tertuju pada Talita. dengan kepala manggut-manggut. Semakin yakin kalau mulai saat ini tidak bisa memandang Talita sebagai wanita lemah dengan segala kerapuhannya. "Katakan apa yang pengen kamu bahas sama aku? Surat cerai? Saham? Apa? Bagiku kok sudah beres semua. Kamunya aja mungkin yang problematik, anggap semua itu belum kelar-kelar." Perlahan, Reynald lepas sepatu booth setengahnya untuk di sejajarkan di samping milik Talita. Hal yang baru kini dia lakukan, tanpa gerak pelayanan Talita seperti masih jadi istrinya. "Soal dirimu," jawab Reynald singkat, karena selanjutnya tidak ada penjelasan lebih sampai beberapa detik. Talita mengambil lap kering untuk membasuh air dari sisa mencuc

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status