Home / Urban / Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri / Perjodohan Suami Dengan Mantan Kekasihnya

Share

Perjodohan Suami Dengan Mantan Kekasihnya

Author: Leon Hart
last update Huling Na-update: 2025-01-07 13:59:46

"Cepet bersihin luka Celine! Bawa sial aja bisanya!"

Talita mengangguk patuh atas perintah dari Veronica ini. "Baik, Ma." Talita segera berdiri meski sedikit susah payah. Rasa nyeri pada pinggang masih sering kali hilang timbul ketika melakukan perubahan gerakan mendadak seperti saat ini.

Seorang pembantu rumah tangga masuk ke dalam ruang makan dengan tergopoh-gopoh bersama 2 lap basah dan kering. "Nyonya muda, biar saya yang bersihin," pintanya tapi di tanggapi Talita dengan gelengan kepala.

"Nggak usah. Aku saja. Mama Vero pasti nggak akan ijinin kamu bantu kesalahanku. Ambilin pengki saja ya."

Perintah Talita ini kemudian jadi gerak cepat pembantu rumah tangga bernama Sari ini ke area belakang rumah. Sedangkan Talita merunduk lagi untuk membersihkan punggung kaki Celine. "Maaf, Celine. Aku benar-benar nggak sengaja. Aww!" Berganti Talita menjerit tertahan karena tak melihat bagian yang di bersihkan, jadi sempat ada remahan pecahan menusuk dan hampir masuk ke dalam kulitnya.

"Aduhh. Kok makin sakit? Rey tolong bawa aku ke dokter saja kalau begini. Kalau cuma bersihin gini doang aku juga bisa sendiri. Talita nggak mungkin bisa sembuhin," rengekan manja Celine kepada Reynald setelah tahu Talita juga terluka dan takut Reynald mengetahuinya.

Reynald berjalan cepat mendekati, lalu membantu Celine berjalan. "Apa kira-kira ada luka dalam?" tanyanya penuh kekhawatiran.

"Nggak tahu. Makanya bawa ke rumah sakit saja. Bisa gendong, nggak? Aku takut banget ada pecahan terus kalau buat jalan jadi semakin parah." Ketakutan Celine sambil jalan tertatih lewat bantuan rangkulan Reynald.

"Iya, Rey. Gendong saja. Kasihan Celine. Tiap bagian tubuh dia itu berharga, jadi jangan sampai kenapa-kenapa. Lain sama dia." Veronica melirik ke arah Talita, lalu berjalan cepat mendekati Reynald agar segera membawa Celine keluar sebelum putranya tersebut melihat Talita yang sedang memegang salah satu jarinya yang berdarah. "Sekalian cek kehamilan. Semoga saja hasilnya memang positif. Mama nggak mau punya cucu dari dia, jadi Mama ikut dampingi Celine ," pinta Veronica berniat ikut serta, meski menahan sakit di bagian perutnya.

Ruangan makan itu kemudian sepi, sehampa hati Talita yang hanya bisa melihat semua ini dari kejauhan tanpa bisa berbuat apa-apa. Perih dari goresan pencetus keluarnya cairan merah di jari telunjuknya sampai tidak di rasakan.

"Nyonya muda. Ini lap keringnya buat bersihin luka anda, biar saya yang bersihin pecahan di bawah." Suara Sari memecah keheningan ruang makan.

Talita yang baru menyadari kehadiran Sari, segera mengusap air matanya lalu meraih lap kering dari orang satu-satunya yang bisa dia jadikan teman bicara di rumah tersebut. "Makasih ya, Mbak."

"Setelah di keringkan, basuh sama air kran bersih terus biar nanti saya ambilkan plester," sahut Sari lagi. Sejak kedatangan Talita di rumah ini, Sari sudah menaruh simpati pada Talita yang seringkali mendapatkan perlakuan berat sebelah di rumah.

Talita tak begitu saja menuruti meski sudah tahu saran Sari yang harus dia lakukan. Ia pergi ke dalam kamarnya di lantai 2, menghambur ke tempat tidur lalu meluapkan segala sesak di dada ini dengan tangisan.

Pemandangan Reynald menggendong Celine begitu menyayat hatinya, terlebih Celine tampak begitu manja dalam pelukan suaminya itu. Hal yang bahkan sudah tak bisa dia impikan lagi. Sudah beberapa bulan Reynald bersikap dingin padanya, terlebih dengan adanya kehadiran Celine kembali.

Setelah beberapa saat, pintu kamarnya ini terdengar diketuk oleh Sari. "Nyonya muda. Anda baik-baik saja? Gimana lukanya? Ada yang bisa saya bantu?" rentetan pertanyaan Sari dengan nada belas kasih. "Tuan minta Anda ke bawah. Ini saya sudah bawain plester luka."

Talita membalikkan tubuhnya dengan malas. Rasa kaku karena satu posisi memangkupkan wajah, harus Talita lawan setelah mendengar Reynald telah mencarinya.

"Nyonya muda. Saya boleh masuk, kan?" pinta Sari masih setengah berteriak.

"Iya masuklah," jawab Talita.

"Maaf, Nyonya. Saya ada gosip dari dapur. Mbak Celine tadi sempat minta minuman hangat, karena tiba-tiba merasa mual. Apa benar dia hamil anak Pak Reynald? Terus Anda bagaimana, Nyonya?"

Namun belum juga Talita berikan tanggapan, dibelakang Sari, Vanessa masuk lalu menutup pintu. Talita segera berdiri tak sempat menutupi keadaan kacau setelah menangis hebat sampai membuat bawah kedua matanya sembab.

"Va Vanessa? Ada apa?"

"Sebelum kamu turun, aku bilangin sesuatu dulu biar nggak kaget." Vanessa juga sengaja membiarkan Sari tetap berada di tempat biar sekalian saja dengar.

"Pasti kamu sempet dengar kalau selama aku ke Aussie, Mama minta Celine yang jadi penjaga. Kak Rey tentu mau obrolin itu sama kamu, karena Mama nggak kuat naik ke atas sini jadi aku yang di kasih mandat kasih tahu permintaan Mama.

"Apa itu?" Talita sampai tak begitu peduli akan rasa perih ketika Sari membersihkan lukanya kemudian baru menutupnya dengan plester.

"Mama ingin Celine dan Kak Rey segera menikah sebelum anak dalam kandungannya itu lahir. Mama nggak mau acara resepsi nanti, perut Celine sudah kelihatan besar. Karena itu Kak Rey panggil kamu buat bicarain statusmu nanti. Paham!"

"Apa yang kamu omongin ini benar?" polosnya Talita yang jadi semakin bingung.

"Tentu saja aku nggak bohong. Nasibmu sekarang di tangan Kak Rey."

"Maaf." Sari kembali datang masuk ke kamar Talita tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. "Tuan tanya soal Nyonya muda lagi. Di minta segera turun temui beliau."

"Oke. Aku segera turun," sahut Talita sebelum kembali beralih pada Vanessa lagi. "Maaf Vanessa. Aku harus turun."

"Eits, tunggu. Ada hal lain. Ini pesan Mama buatmu. Tolong pergi saja dari rumah ini, sekaligus kepemilikan saham di perusahaan. Mama akan beli semua, berapapun harganya asal kami nggak lihat wajahmu lagi."

"Baiklah. Akan aku pertimbangkan."

"Jangan bilang Kak Rey kalau kita lakukan negosiasi ini. Lakukan segala cara biar Kak Rey terbebas dari beban moralnya sama almarhum Papaku dan Ayahmu. Janji Talita?" Vanessa mencengkeram tangan Talita untuk berikan paksaan suatu kesepakatan.

"Aku bicarakan dulu dengan Reynald. Aku tidak bisa begitu saja tinggalkan wasiat itu. Kamu tahu itu, Vanessa."

Vanessa mengikuti dengan raut kesal. Misi yang di bebankan Veronica padanya agar bisa meyakinkan Talita pergi dari rumah ternyata tidak semudah mereka kira.

Setelah berada di bawah menuju ke ruang keluarga, Vanessa memberikan isyarat berupa gelengan kepala pada Veronica dan membuatnya juga ikut kesal.

"Talita. Kita bicara berdua di ruang kerjaku."

Talita berikan anggukan. Celine sudah tidak berada di tengah-tengah mereka, jadi akan mempermudah pembicaraan intens mereka kali ini, pikirnya. Tapi baru saja akan melangkah, suara teriakan Vanessa jadi penjeda. Terlebih terlihat Veronica memegangi dada dengan raut seolah susah bernapas menuju kolaps.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ratih Fitriya
nggk usah banyak pertimbangan Ta daripada sakit hati trus hidup seatap sama keluarga toxic mending pergi
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
dramaaa apalagi iniii
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Rencana Jahat

    Baik Talita maupun Reynald berganti tujuan ke arah single sofa tempat Veronica duduk berada. "Mama? Kenapa?!" kepanikan Reynald, segera memposisikan ibunya tidur dalam pelukannya. "Kita ke dokter sekarang!" putusnya melihat keadaan Veronica yang terlihat sulit bernapas, tapi justru mendapatkan pencegahan. "Nggak usah, Rey. Bawa Mama ke kamar saja. Kita juga perlu bicara berdua." Veronica menurunkan kaki, lalu meminta putranya ini untuk memapahnya secara perlahan. "Aku bikinin teh anget ya, Ma." Talita masih menaruh rasa peduli, namun mendapatkan tanggapan sebaliknya. "Nggak usah!" sahut Veronica sewot. "Harusnya kamu itu bikin surat laporan. Nyadar nggak, sih?! Kalau hari ini kamu sudah buat dua orang bisa saja mati. Aduhh, Tuhan toloongg. Dosa apa aku pada-Mu sampai kirim menantu bisanya buat sial teruss!" Veronica merutuki diri seolah-olah tengah mendapatkan hukuman dan hanya berakhir pada penyesalan. "Sudahlah, Ma. Kita bicara saja di dalam." Reynald lalu beralih pada Tal

    Huling Na-update : 2025-01-07
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Keputusan Perpisahan

    Setelah beberapa hari Talita memutuskan untuk menyendiri. Tinggal bersama Vani adalah pilihan satu-satunya saat ini. "Gue jalan kerja dulu ya, Ta. Lo sudah nggak sedih lagi, kan?" tanya Vani serata menatap sahabat ini menutup bungkus nasi uduknya dengan wajah sendu. "Entahlah." "Sekarang lo tahu kalau Reynald yang membuat rencana jahat ini. Apalagi tujuannya selain agar secara perlahan bagian saham dan andil emosional Ayahmu di perusahaan itu berangsur hilang. Lo kan cuma minta cerai, tapi masih nggak mau lepasin prosentase saham itu. Iya, kan?" Vani menggiring Talita untuk menyetujui opininya. "Jadi dengan maksud rasa malu itu, lo akan dengan sukarela melepaskan." "Bagaimana lo punya pikiran seperti itu?" "Aduh, Ta. Kadar iblis di jiwa lo cuma berapa persen, sih? Heran gue. Habis baik banget. Kan ternyata benar kalau selama setahunan ini, perusahaan itu labanya sedang naik, dan otomatis kepemilikanmu juga." "Jadi menurutmu gue harus pastikan keputusan itu?" "Yups. Exac

    Huling Na-update : 2025-01-07
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Bukan Aku

    "Benar itu nama ibu kandung saya, tapi sepertinya saya bukan orang yang Anda cari." Talita buru-buru mengajak Anna agar masuk ke dalam rumah. "Maaf saya tidak ada waktu. Kami harus ngerjain seuatu!" ucap Talita ketakutan, kemudian berjalan cepat sampai di balik pintu gerbang. "Saya sudah tahu banyak tentang Anda. Percayalah." "Ibu saya cuma orang biasa. Mungkin cuma kebetulan sama nama saja." Talita cepat-cepat menggembok pintu gerbang tersebut. "Pergilah, Pak. Saya bisa teriak minta tolong atau panggil polisi." "Akan saya jelaskan. Tolong beri saya waktu sebentar." Pria itu masih berusaha memaksa. "Maaf, Pak. Saya harus masuk." "Mbak Talita. Saya tahu perasaan Anda sekarang, tapi pastikan akan ada kiriman pembuktian dari saya nanti!" Talita mengajak asisten rumah tangganya segera masuk ke dalam dan kemudian menanyainya. "Apa saja yang sudah orang itu katakan sama kamu, Mbak?" "Orang itu datang dua hari yang lalu terus cari Mbak, tapi sebelum-sebelumnya saya sudah pernah

    Huling Na-update : 2025-02-08
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Mantan Kekasih Suamiku Hamil?

    Setelah beberapa hari berselang, Talita mulai membuka diri dengan menerima permintaan pertemuan dengan Mario. "Tersenyumlah Talita." Kalimat pertama yang Mario ucapkan pada tamu di hadapannya ini. Talita memang berikan senyuaman, tapi jelas terlihat kikuk. Tundukan malu-malunya ini akibat baru menyadari kalau Mario adalah pria yang sangat tampan. Tatapan lembut Mario cepat membuat lawan bicara merasa nyaman. "Nah gitu dong. Lampu aja kalah terang kalau kamunya lagi senyum begini." Wanita mana yang tak akan berbunga-bunga bila ucapan seperti ini meluncur dari pria yang selalu memperlakukan dirinya layaknya penjaga bagi mutiara dalam tempurung rapuh. "Terima kasih. Kamu selalu buat aku senang." "Masa? Tapi kok aku lihat kamunya masih suka murung, terus termenung kayak pikirannya lagi bawa barbel 5 kilo?" Mario berusaha menciptakan suasana cair. Setelah bertemu Talita beberapa kali, Mario sudah dapat menyimpulkan seperti apakah sifat serta karakternya. Talita tertawa tertah

    Huling Na-update : 2025-02-08
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Lakukan Demi Bayi Ini

    "Iya, bener itu." Jawaban Vani jelas buat Talita semakin berusaha tanamkan perasaan benci pada Reynald. "Reynald pernah hubungi Mario dan atur pertemuan hanya berdua. Kata Mario, memang nggak lama mereka ngobrolnya tapi pada intinya Reynald meminta Mario melepaskan Celine secara gentleman. Sudah kelihatan banget, kan kalau Celine jelas-jelas pilih Reynald. Sebagai laki-laki yang punya harga diri, Mario juga jelas memilih mundur. Sialan banget emang suamimu itu!" "Terus kok jadi bisa Mario kepikiran deketin aku? Katamu Dedi nggak sengaja kenal dia lewat temen gym-nya?" Vani terdengar menguap sebelum berikan jawaban. "Gue nggak tahu jelasnya. Itu obrolan para pria. Dedi juga nggak banyak kasih detil ceritanya, tapi intinya terus para cowok ini kepikiran rencana sekarang ini dari bahasan random mereka." Vani lantas terdengar kesal. "Udahan ah, Ta. Lagian semua sudah kejadian, jadi jangan bahas-bahas yang kemarin-kemarin. Yang lo harus pikirin itu sekarang sama masa depan. Mantan

    Huling Na-update : 2025-02-09
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Bermuka Dua

    "Hai." Sapaan dingin Talita, sedingin suasana ruangan kerja Reynald yang lantas berdiri menyambut wanita yang masih sah jadi istrinya ini. "Duduklah." "Apa ada yang harus aku lakukan? Katakan saja. Aku tahu waktumu tidak banyak," jawaban Talita searah dengan Reynald, tapi tatapannya tetap menurun. Talita juga mengkatup rapat bibirnya, sekuat tenaga menahan sendu. "Aku tidak mau bercerai," jawaban yang baru Reynald berikan setelah beberapa lama pernah Talita tanyakan. "Hanya demi perusahaan, kan?" Urat syaraf dahi Reynald menegang, dekapan dua tangan dan sandaran pada meja kerjanya jadi usaha Reynald meretas kekakuan. "Celine hamil. Aku berada di posisi sulit. Ada beberapa lelang proyek besar masuk, tapi yang paling aku inginkan dari keluarga Tanjung." "Keluarga Tanjung? Lalu? Apa hubungannya dengan status pernikahanmu?" Mendengar nama keluarga konglomerat ini, tanpa sadar Talita mengangkat dagu dan menatap serius pada Reynald. "Lelang proyek itu menyisakan dua nama per

    Huling Na-update : 2025-02-10
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Istri Yang Tak Di Anggap

    Acara telah di mulai. Talita memilih berdiri di pojok ruangan aula seorang diri. Baru kali ini berada di tengah-tengah para kolega perusahaan yang Ayahnya ikut andil mendirikannya, meski hanya sebatas konsultannya saja. Tak terbesit niatan bertemu Reynald lagi, tapi tetap saja suaminya itu menghiasi tatapannya. Sebagai Presdir utama, Reynald adalah pemegang pusat perhatian. "Bu Talita, mau saya bawakan sesuatu lagi?" Alika datang menyodorkan minuman disertai senyuman. "Oh, Mbak Alika. Minuman saja nggak apa-apa," terima Talita membalas dengan sebuah sunggingan manis, trenyuh setiap kali Alika bersimpati padanya. "Setelah ini waktunya laporan tahunan bagi para pemegang saham, apa Anda tidak duduk saja di kursi yang sudah di sediain?" "Tidak. Aku disini saja. Prosentase sahamku cuma remahan cup cake hidangan penutup, Mbak, jadi cukup dengerin dari sini saja. Para tamu juga nggak perhatian. Mereka kan nggak pernah lihat aku jadi istrinya Reynald." "Anda tidak bisa seperti i

    Huling Na-update : 2025-02-10
  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Hanya Dimanfaatkan

    Reynald itu jahat ... Reynald tidak pernah mencintaimu! Stigma-stigma atau settingan negatif seseorang oleh Mario pada Reynald itu terus memenuhi pikiran Talita. Reputasi Reynald? Nama baik perusahaan? Selama ini tak ada nama Talita di libatkan di dalamnya. "Saya adalah istri dari Presdir Reynald Christopher. Disini ... Saya harapkan kerjasama dan dukungan dari anda sekalian ... Terima kasih." Walaupun dengan terbata-bata, tapi Talita merasa telah sukses laksanakan permintaan Mario, sekaligus awal keberanian baru menunjukkan jati dirinya. Talita memberi anggukan hormat pada Reynald dan Veronica sejenak, baru kemudian membuang muka dan menutuni tangga panggung menuju ke arah pintu samping aula. Talita segera mempercepat langkah, toilet wanita jadi tujuannya selanjutnya. Bukan untuk panggilan alam, atau bahkan memperbaiki penampilan, tapi Talita hanya ingin menangis. "Aku memang istrinya ... Aku nggak salah," gumam Talita menguatkan diri di depan kaca. Sesenggukannya co

    Huling Na-update : 2025-02-11

Pinakabagong kabanata

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Di Minta Kembali Pulang

    Seharusnya jawabannya mudah. 'Iya, san aku juga mencintaimu.' Tapi tidak semudah itu buat Talita. Senyuman penuh harap pengertian dari Mario dia berikan. "Sabar. Kita bukan Reynald atau Celine. Aku ingin hubungan kita bisa terlepas dari bayang-bayang mereka dulu. Kamu tahu maksudku, kan?" "Maksudmu, kamu mau sudah benar-benar pegang status bercerai dari Reynald?" "Iya," sahut Talita membenarkan. "Tapi jangan kamu kira aku masih terbayang-bayang Celine. Nggak banget itu." "Kamu tahu kabar Celine sekarang? Apa dia masih aktif sosial media? Tahu sendiri, kan sekarang lagi hamil, apa dia berani tampil jualan produk kecantikan sama nge-vlog dalam kondisi begitu?" Mario kerutkan bibir, berpikir sebentar. "Hm, sepertinya sudah 2 bulanan ini dia nggak aktif. Isi sosmed dia cuma berisi iklan dan ada foto-foto terbaru, tapi cuma bagian wajah doang. Selebihnya, nggak ada live lagi." "Tuh, kan. Kamu aja kesannya masih kebayang-bayang mantan. Buktinya, tahu aja update-an sosmednya

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Apa Benar Aku Mencintai Mario?

    Hari selanjutnya setelah jam pulang bekerja. Talita sudah berdiri menunggu Mario menjemput di depan cafe. Belum ada tanda-tanda keberadaan pria manis yang kini menjadi kekasihnya itu, sehingga Talita putuskan mengambil ponsel sebagai pengisi waktu. Terinspirasi gaya fashion kota modern New York, Talita sengaja tampil berbeda malam minggu ini. Atasan lengan panjang bergaya crop top, di padu rok jeans di atas lutut jadi pelengkap saat menata rambut panjangnya bergelombang besar di biarkan terurai. Talita sedang ingin mencari suasana baru dalam hidupnya. Sebuah notifikasi pesan mulai mengganggu Talita. Nama Wira tertera di sana. Penuh degupan kencang, Talita timang-timang ponsel. "Aku buka sekarang atau nanti ya?" gumaman bimbang Talita. Bisa saja dia hanya mengintip isi pesan dari pesan tersebut, dan membalasnya nanti-nanti. Selain itu ada pikiran untuk segera membuka dan membalasnya sebagai pencitraan baik. "Aku gugup kalau ketemu Pak Wira." Sisi rapuh Talita, tapi Tuhan selalu

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Kamu Nggak Bisa Tanpa Aku, Talita

    Talita tarik tangan secara kasar dari genggaman Reynald. "Aku ... masih belum berani," ucap Talita baru satu anak tangga. "Aku masih dalam masa recovery." Keadaan medis jadi harapan Talita agar tidak berduaan saja dengan Reynald. "Masih suka sakit?" Dua kaki Reynald satu di bawah dan satu di anak tangga atasnya. Sempatkan berhenti untuk penuhi rasa ingin tahu. "Sudah tidak terlalu. Cuma kemarin malam sudah minum obat pereda nyeri, jadi aku nggak mau nanti terlalu tergantung sama pain killer kalau sakitnya kumat lagi." "Masih rutin kontrol, kan?" selidik Reynald. Talita gelengkan kepala. "Nggak lagi. Masih bisa aku atasi sendiri, karena itu harus hemat-hemat obat." "Kartu hitam itu, milik siapa?" "Kartu hitam? Yang mana?" Talita kerutkan dahi. "Aku pernah lihat kamu jatuhkan kartu hitam Kamu buat transaksi waktu kita ketemu di rumah sakit." "Oh itu ..." Talita hampir saja lupa dengan benda yang sudah di masukkan ke dalam kotak penyimpanan, dan tak pernah dia gunaka

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Berhimpitan Di Dalam Lift

    "Itu hakmu." Setelah berikan jawaban, Reynald kembali berjalan. Langkahnya cepat lagi, tapi beberapa langkah berbalik. "Putar balik sana. Aku antar kamu pulang," perintahnya dingin. Keduanya berdiri berhadapan dalam kebekuan. Berikan waktu buat sepasang kekasih yang lewat. Dua sejoli warga New york itu awalnya bergandengan tangan, lalu berpelukan dan kemudian berciuman. Suasana canggung terjadi saat sang pria menyinggung lengan Reynald seraya berujar godaan. "Cium dia juga, Dude. Bawa pulang ke tempat tidurmu, jangan di tengah jalan begini." Reynald salah tingkah, jadi hanya senyum tipis buat jawaban. Setelah sejoli itu berlalu, ia angkat dagu tertuju pada Talita. "Keburu malam. Sudah berani kabur ke New York, masa pulang kerja malam dikit gitu malah takut," sindirnya. "Ngeselin!" Kedua pipi Talita menggelembung. Sepanjang langkah terus picingkan mata. Hatinya berat penuh kedongkolan. Memang sih, baru-baru ini bisa ekspresikan diri di hadapan Reynald, tapi kesannya kok b

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Sakiti Hatiku Agar Bisa Melupakanmu

    "Maaf." "Apa?!" tanggap Sophie. Tubuhnya bergeser, mengintip ke tulisan dari secarik kertas dalam genggaman Talita. "Itu artinya apa?" Rasa ingin tahu Sophie. Bagaimana bisa satu kata, tapi bisa membuat Talita termenung lumayan lama. "Sorry. Itu artinya." "Oh, My God!" Sophie takjub. Selagi belum ada pengunjung baru masuk, Sophie bergeser menempel ke Talita. "Manis sekali. Dia juga sepertinya seorang gentleman. Apa hubungan kalian sangat spesial dulunya?" koreknya. Awalnya Talita ragu. Selama ini, yang jadi tumpuan curahan hati adalah Mario. Sejak tinggal di New York dan jauh dari Vani, memang berat buat Talita untuk menyimpan setiap kegalauan seorang diri. Tapi kini, ia berharap Sophie bisa jadi penggantinya. "Dia suamiku ... Sampai sekarang masih suamiku." "What!!" Sophie tutup bibirnya yang ternganga. "Karena itu kamu pernah bilang hubungan kalian berdua rumit?" Sorot simpati Sophie layangkan. "Iya," anggukan Talita. "Dan pria pengantar kamu tadi pagi? Siapa dia?"

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Kok Jadi Merasa Kasihan, Ya?

    Kau menjauh saat ku butuh. Kini, kamu mendekat saat pilar cintaku runtuh. Talita balik pergelangan kirinya. Jam bergelang silver menunjukkannya pada waktu. "Ini belum juga jam 5, kamu kok sudah datang ke sini?" Terlihat jelas, Talita sedang tidak bersahabat. "Aku sudah lapar," jawaban santai Reynald. "Apa yang harus aku makan kalau jam segini?" Di hadapannya telah tersuguh buku daftar menu, tapi Reynald tak sekalipun menyentuh, alih-alih membukanya. Talita berkacak pinggang. Wajahnya tertekuk, biburnya berkerut. "Kemarin malam-malam kesini, sekarang bahkan belum waktu lazimnya makan malam. Apa tunanganmu itu nggak kasih kamu makan? Atau restoran hotel kalian masih tutup? Urusan bisnis kita sudah selesai, kenapa kamu nggak juga balik ke Indonesia?" Bibir Reynald membuka, tubuhnya tergerak ke belakang seolah terkena imbas pusaran kemarahan Talita tepat di depan wajahnya ini. "Mbak. Aku pelanggan baru cafe ini. Masa cuma pesen makanan aja, pake di kasih bonus bentak-bentak

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Apa Kamu Mau Kita Bercinta?

    Ke esokan harinya. "Hayo melamun!" Gertakan Mario pada Talita yang termenung menatap kosong layar laptop. "Mikirin apa, sih? Sudah baikan, belum?" "Iya, begitulah." Talita lantas menutup laptop, lalu melipat kedua tangan di atas meja di salah satu meja gazebo. "Maaf, tadi aku langsung jalan ke kampus sendirian. Bangunku kesiangan, jadi ku pikir kamu pasti sudah jalan duluan," penjelasan tak enak hati Talita. Sudah jadi kebiasaan jalan bersamaan, tapi pagi ini ternyata pengecualian. "Pantesan aku gedor-gedor, telpon, kamunya nggak ada respon. But it's oke. Kamu pasti butuh istirahat gara-gara semalam. Apa kamu mau libur kerja part time? Kali aja masih kecapean." Talita gelengkan kepala. "Nggak apa-apa, aku masuk kerja aja. Itu juga buat hiburan, biar nggak keingetan." "Keingetan? Sama siapa? Reynald?" Talita terlambat nyadar. Tak sengaja ungkapkan pikiran, dan sialnya Mario sudah terlanjur menangkap gelagatnya ini. "Eh, ehm ... Itu, nggak begitu ..." "Hayo. Masih kepik

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Dia Siuman, Aku Pergi

    Bukk!! "Talita!" Pekikan secara bersamaan antara Reynald dan Mario, tapi Reynaldlah yang pertama menjadi penopang tubuh Talita yang tiba-tiba lunglai dan matanya terpejam. "Lu apain Talita?!" gelegar suara tanya Mario. Ada ketidakterimaan darinya pada Reynald. Reynald yang memang memiliki sifat dasar dingin, tak menggubris pertanyaan Mario. Tubuh Talita telah berada dalam gendongannya. Masih memakai sepatu, Reynald terpaksa masuk ke ruang tamu. Di rebahkan Talita di atas sofa, kemudian di goyang-goyangkan seraya ucapkan panggilan. "Talita ... Talita ... Buka matamu," usaha Reynald dalam kepanikan. Wajahnya pucat, menatap gusar pada wajah cantik istrinya ini. "Minggir!" bentak Mario kasar. Sedianya tangan Reynald akan memegang pipi Talita, tapi telah di tangkis Mario. "Lu sudah nggak berhak sama hidup, Talita!" sentaknya serasa kepemilikan atas diri Talita. "Dia istriku." "Bukan lagi!" Mario dorong tubuh Reynald yang berjongkok, sehingga dengan mudah menjatuhkannya di a

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Adu Ego

    Reynald tertegun sesaat. Talita sudah semakin berani mengutarakan isi hati. "Ma maaf. Mungkin aku no respect." Talita lepaskan jaket dan sepatu, lalu di taruh tempat khusus sebelum masuk ke dalam terlebih dulu. Reynald masih berdiri mematung, kedua tangannya terangkat di pinggang. Tatapannya tertuju pada Talita. dengan kepala manggut-manggut. Semakin yakin kalau mulai saat ini tidak bisa memandang Talita sebagai wanita lemah dengan segala kerapuhannya. "Katakan apa yang pengen kamu bahas sama aku? Surat cerai? Saham? Apa? Bagiku kok sudah beres semua. Kamunya aja mungkin yang problematik, anggap semua itu belum kelar-kelar." Perlahan, Reynald lepas sepatu booth setengahnya untuk di sejajarkan di samping milik Talita. Hal yang baru kini dia lakukan, tanpa gerak pelayanan Talita seperti masih jadi istrinya. "Soal dirimu," jawab Reynald singkat, karena selanjutnya tidak ada penjelasan lebih sampai beberapa detik. Talita mengambil lap kering untuk membasuh air dari sisa mencuc

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status