Mereka pun mengadakan makan malam bersama, Mereka mengadakan makan malam di sebuah restoran mahal, mereka menempati meja yang vvip.Di mana meja VVIP tersebut berada di sebuah ruangan tertutup,Di ruangan tertutup tersebut terdapat sebuah meja besar bundar dan meja tersebut dikelilingi banyak makanan di atasnya.Bu Lita memberitahu kepada putrinya yang bernama Sheila. " Oh ya sayang sebentar lagi akan diadakan pundi amal kamu harus datang ya, kamu harus dandan yang cantik Karena di sana banyak pengusaha tajir yang akan datang." ucap Bu Lita kepada Sheila.Sheila pun yang sedang makan, dia menatap bu Lita dan dia menganggukkan kepalanya, "siap mah, Aku siap menaklukkan laki-laki kaya raya di sana." jawabnya.Bu Lita adalah seorang wanita yang mempunyai usaha bersama sang suami yang tak lain adalah Ayah Vania.Dia mempunyai usaha yaitu sebuah toko yang menjual berbagai macam baju mahal, bahkan juga perhiasan mahal.Dan tokonya pun melakukan kerjasama dengan perusahaan Hans,Mereka dik
"Ayo istirahat yok." seru bu Lucie.Dan mereka menganggukan kepalanya, lalu masuk ke kamar mereka berdua,Mereka akan bersiap tidur untuk istirahat lebih lama.Pak Bram berada di sofa depan, dia meluruskan kedua kakinya supaya lebih nyaman.Sambil meluruskan kakinya, pak Bram membuka ponsel cadangannya,Dia menghubungi asistennya.Dia melakukan panggilan telepon, dan tak perlu waktu lama panggilan teleponnya di angkat."Bagaimana?" tanya pak Bram."Sudah saya laksanakan pak." jawabnya di balik telepon.Pak Bram mematikan panggilan teleponnya kembali.Dan dia pun menelpon kembali sahabatnya yang sekrang lagi ada kunjungan di negara empat musim tersebut.Dan dia pun melakukan panggilan telepon kepada sahabatnya.Dan tak perlu waktu lama panggilannya pun langsung di angkat."Hallo, kamu dimana sekarang, apa sudah pulang belum?" tanya ke sahabatnya."Belum. Apa kamu sekarang juga di sini. Kalau kamu di sini kita bisa ketemu tidak?" tanyanya di balik telepon.Dan mereka pun melakukan janji
Vania pun menarik nafasnya dengan panjang, dia mengumpulkan sedikit tenaganya untuk beranjak dari duduknya.Dia sebenarnya tak memiliki energi untuk bertemu dengan orang lain saat ini. Namun dia terpaksa menemui karena dia tak enak hati.Setelah beberapa lama energinya pun mulai terisi dan dia pun beranjak dari duduknya.Dia melangkahkan kakinya untuk menuju pintu membuka pintu, untuk melihat Siapakah tamu yang datang mengunjungi dirinya.Vania membuka pintunya," Hai Ibu Vania." seru Tiara yang langsung memeluk Vania.Vania pun membalas pelukan dari Tiara.Dan mereka pun saling berpelukan."Oh ya Ibu Vania Aku membawa sesuatu buat ibu." lanjut Tiara sambil menunjukkan dua kantong tas yang berada di kedua tangannya.Vania pun tersenyum.Dan dia pun masuk kembali ke dalam ruangannya, dan Tiara menutup pintu apartemen Vania.Tiara berusaha untuk menghibur Vania,"Ini Ibu Vania, nih buat ibu." ucapnya sambil memberikan segelas es kopi cappucino.Dan dia pun meletakkan gelas tersebut di
Di kantor Hans tengah duduk di kursi meja kerjanya, dia duduk terdiam sambil menghela nafas panjangnya.Dia tak bisa berkonsentrasi dalam bekerja padahal pekerjaan sedang menumpuk,Banyak karya yang sudah mengantri untuk di seleksi dan akan rilis, mengingat perusahaan miliknya akan upgrade secara besar-besaran semua karyanya.Hans meremas kepalanya, dia sangat kesal dengan orang tuanya."Hehhh gara-gara papa dan mama hubungan ku dengan Vania yang ku bangun dengan susah payah kembali hancur." ujarnya lirih.Kini Hans ingin segera mencari keberadaan orang tuanya, dia ingin mencari lalu mendatanginya untuk mengambil kedua anaknya.Jam sudah menunjukan pukul 10 pagi, Hans masih saja duduk di kursi kerjanya dengan perasaan gelisah bercampur rasa kesal.Kedua tangannya meremat jari-jarinya.Dadanya sangat sesak dengan perasaan kecewa sekaligus marah.Dia pun menyenderkan kepalanya di kursi, dia mengusap wajahnya dengan kasar."Arggghhh aku harus bagaimana ini?" teriaknya seperti orang yang
Di ruangan yang tidak terlalu luas yang kisaran 3×3 meter persegi, yang dilengkapi dengan pengaturan suhu pendingin.Di ruang tersebut terdapat sebuah meja dengan 1 kursi yang berada di belakang meja tersebut, dan dua kursi lainnya yang berada di depan meja.Dan pengacara pak Bram duduk, dia membuka tas kerjanya yang berada di atas meja.Dia mengeluarkan beberapa lembar kertas di hadapan Hans dan juga Vania.Di ruang tersebut terdapat beberapa hal yang harus segera diselesaikan olehnya."Ini buat ibu vania." ucap pengacara tersebut.Pengacara paruh baya tersebut yang memiliki rambut putih, dia memberikan selembar kertas kepada Vania.Vania yang duduk di samping Hans dia pun melirikkan kedua bola matanya kepada Hans, Vania sangat begitu kesal melihat Hans. Dan dia pun menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya.Sedangkan Hans yang di samping Vania, dia hanya bisa terdiam dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia nya bisa pasrah dengan keadaan ini."Untuk ibu Vania, ada beberapa poin
Dan pengacara tersebut menyandarkan kepalanya, dia sangat begitu lelah menghadapi anak dari kliennya tersebut yang memiliki jiwa bisnis, dimana jiwa itu adalah jiwa yang tak ingin dirugikan sama sekali.Pengacara tersebut harus menjelaskan kepada Hans apa yang tengah terjadi, dia harus berbicara dengannya sebaik mungkin dengan tata kelola bahasa yang baik, supaya tidak menimbulkan rasa tersinggung dalam hal ini.Pengacara tersebut mengusap wajahnya dengan kasar, dia menghirup nafasnya dalam dalam."Harusnya bapak Hans bertanya seperti itu harusnya ke Bram bukan ke saya, tapi bagaimanapun juga saya harus menjelaskan ini kepada pak Hans karena ini sudah kewajiban dari saya." ucapnya.Hans yang tengah duduk dia pun menyilangkan kedua kakinya, dan dia pun mendekat kedua tangannya di dada, dia ingin mendengarkan penjelasan yang sejelas-jelasnya dari pengacara orang tuanya.Pengacara tersebut memakai kacamatanya, dan dia pun menatap Hans.Dia mulai berbicara sangat serius."Dari masalah ya
Dan Hans berusaha untuk melepas pelukan dari wanita tersebut.Wanita dengan pakaian yang sangat nyentrik, dengan warna bibir berwarna merah.Dan di matanya sangat begitu indah dengan bulu mata yang lentik."Ahhh Hans, Bagaimana sih kamu Hans?" ujarnya sambil mengeratkan kedua tangannya lebih erat memeluk tubuh Hans. "Udahlah Hans, Kenapa sih kamu ini kenapa kamu nggak mau aku peluk?" lanjut tanyanya.Hans terdiam dan dia langsung meraih kedua tangan wanita tersebut,Lalu menjauhkan tangan wanita tersebut dari tubuhnya dengan kekuatan kedua tangannya.Wanita itu adalah Sisilia, seorang artis ternama anak dari seorang pengacara terkenal,Hans tak peduli dengan apa yang dikatakan Sisilia, Hans tak peduli dia pun pergi meninggalkan Sisilia untuk menyusul Vania yang tengah marah kepada dirinya karena Sisilia.Sisilia yang ditinggal oleh Hans dia pun sangat kesal, dia menghentakan kaki kanannya. "Hehhh apa-apan si Hans ini." gerutunya sambil mendekapkan kedua tangannya di dada.Sisilia
Vania yang tengah duduk di dalam mobil taksi online,Dia mengalihkan pandangannya keluar arah jendela, tetapan matanya yang tajam dengan bibir yang tertutup rapat.Dia menelan ludahnya, "Lihat saja nanti." ujarnya di dalam hati dengan penuh kebencian dan dendam.Saat vania sedang merasakan gejolak amarah di dalam dirinya.Terdengar ponsel di dalam tasnya berdering, dan dia langsung merogoh tas yang berada di atas pangkuannya.Dan dia pun menatap layar ponsel untuk melihat siapa yang sedang melakukan panggilan telepon terhadap dirinya,Ternyata yang menelpon dirinya adalah si burung, yang tak lain adalah Hans.Dan Vania pun menolak panggilan tersebut dengan mengusap tombol layar merah,"Hissss," Sambil mengalihkan pandangannya.Baru saja ponselnya terdiam, kini ada panggilan masuk kembali yang membuat ponselnya berdering lagi, dan ternyata yang memanggil adalah Hans lagi.Dan lagi-lagi Vania pun menolak panggilannya, dengan menggeser tombol merah di layar ponselnya."Ngapain sih nelp