Dan Hans berusaha untuk melepas pelukan dari wanita tersebut.Wanita dengan pakaian yang sangat nyentrik, dengan warna bibir berwarna merah.Dan di matanya sangat begitu indah dengan bulu mata yang lentik."Ahhh Hans, Bagaimana sih kamu Hans?" ujarnya sambil mengeratkan kedua tangannya lebih erat memeluk tubuh Hans. "Udahlah Hans, Kenapa sih kamu ini kenapa kamu nggak mau aku peluk?" lanjut tanyanya.Hans terdiam dan dia langsung meraih kedua tangan wanita tersebut,Lalu menjauhkan tangan wanita tersebut dari tubuhnya dengan kekuatan kedua tangannya.Wanita itu adalah Sisilia, seorang artis ternama anak dari seorang pengacara terkenal,Hans tak peduli dengan apa yang dikatakan Sisilia, Hans tak peduli dia pun pergi meninggalkan Sisilia untuk menyusul Vania yang tengah marah kepada dirinya karena Sisilia.Sisilia yang ditinggal oleh Hans dia pun sangat kesal, dia menghentakan kaki kanannya. "Hehhh apa-apan si Hans ini." gerutunya sambil mendekapkan kedua tangannya di dada.Sisilia
Vania yang tengah duduk di dalam mobil taksi online,Dia mengalihkan pandangannya keluar arah jendela, tetapan matanya yang tajam dengan bibir yang tertutup rapat.Dia menelan ludahnya, "Lihat saja nanti." ujarnya di dalam hati dengan penuh kebencian dan dendam.Saat vania sedang merasakan gejolak amarah di dalam dirinya.Terdengar ponsel di dalam tasnya berdering, dan dia langsung merogoh tas yang berada di atas pangkuannya.Dan dia pun menatap layar ponsel untuk melihat siapa yang sedang melakukan panggilan telepon terhadap dirinya,Ternyata yang menelpon dirinya adalah si burung, yang tak lain adalah Hans.Dan Vania pun menolak panggilan tersebut dengan mengusap tombol layar merah,"Hissss," Sambil mengalihkan pandangannya.Baru saja ponselnya terdiam, kini ada panggilan masuk kembali yang membuat ponselnya berdering lagi, dan ternyata yang memanggil adalah Hans lagi.Dan lagi-lagi Vania pun menolak panggilannya, dengan menggeser tombol merah di layar ponselnya."Ngapain sih nelp
Pak Bram dan Bu Lucie yang melihat itu dia pun terkejut, dia tak paham Mengapa sahabatnya mengetahui nama kedua cucunya."Loh kok kalian tahu kedua nama cucuku?" tanya pak Bram.Dan sebelum menjawab pertanyaan dari pak Bram, Bu Lucie menyuruh sahabat suaminya itu beserta istrinya untuk duduk."Oh ayo duduk dulu, ayo silahkan." sahut bu Lucie.Dan bu Lucie menyeret dua kursi yang berada di samping meja tempatnya makan,Sehingga mereka duduk berenam di meja yang berbentuk lingkaran."Kenapa kedua anak ini ada bersama bapak?" tanya sahabatnya yang balik bertanya pak Bram.Yang sahabat pak Bram itu adalah Azka, yang tak lain om dari Vania.Azka menatap kedua anak kembar itu yang sedang duduk sambil tersenyum-senyum memperlihatkan gigi bungsunya."Hay opa." sahut Vino yang menyapa Azka.Dan belum saja pak Bram menjawab, Azka tersadar dan dia pun membulatkan matanya, mulutnya menganga karena terkejut."Apa? Jangan bilang jika ini anak biologis dari Hans?" ucap lanjut Azka.Pak Bram yan
Pak Bram yang mendengar pertanyaan dari Azka, dia pun terdiam.Entah mengapa sekarang dia merasa jika tindakan yang di lakukannya itu sangat salah.Perasaan itu muncul kala mendengar langsung cerita yang sesungguhnya tentang Vania.Cerita yang miris tentang kehidupannya."Pa yang namanya Vania itu siapa ya pah? Mama belum pernah bertemu." sahut bu Lucie yang penasaran.Pak Bram menatap bu Lucie dan dia berusaha menjelaskan kepadanya.Menjelaskan apa yang tengah terjadi,"Vania adalah seorang wanita yang bekerja di perusahaan Hans sebagai desainer, dia kemarin yang merilis kalung karyanya dan Hans membelinya 1 untuk mama. Ingatkan mama?" ujar pak Bram yang berbalik tanya kepada bu Lucie.Bu Lucie terdiam, dia langsung mengingat kalung pemberian Hans yang di gadang-gandang hanya di rilis 10 buah saja."Oh jadi Vania itu pa... tapi mama belum pernah ketemu." jawabnya.Azka pun menyeruput capuccino yang masih mengeluarkan uap panasnya.Dia menikmati kehangatan capuccino yang mengalir ke
"Ngapain kamu ke sini?" ucapnya sambil terus mendorong pintu apartemennya, "pergi kamu, aku nggak mau lagi lihat wajahmu." lanjutnya sambil marah dengan wajah masamnya.Hans yang kakinya terjepit pintu karena menahan pintu supaya tak tertutup, dia pun mengerang kesakitan."Ahhh sakit sayaaaang," ucapnya.Dan Hans berusaha mendorong dengan badannya supaya semakin tak terjepit, "Kakiku sakit sayang." teriaknya.Mendengar teriakan dari Hans yang melengking, membuat Vania melepaskan badannya dari pintu, dia pun memundurkan langkahnya beberapa langkah ke belakang.Braaakkkkk, suara pintu terbuka dengan keras.Hans melihat pintu berhasil terbuka dia pun langsung bersimpuh, dia sungguh tidak kuat menahan rasa sakit di kakinya."Ahhhhh sakitnya." rintihnya sambil memegang kakinya.Dan Vania melihat itu, mulutnya menganga.Vania melihat sepatu Hans yang berwarna hitam yang sudah rusak dan penyok karena tekanan dorongan pintu olehnya.Vania membulatkan matanya, dia terkejut,"Ya ampun." ujar
Di sisi lain Sheila yang tengah berada di rumahnya, dia datang dengan sambil membawa sebuah tas di tangan kanan dan kirinya,Dia membawa banyak tas yang berisi barang belanjaan pribadi miliknya.Di mana barang tersebut adalah sebuah baju bahkan kosmetik atau tas-tas yang lucu serta aksesoris-aksesoris yang berupa printilan."Ahhh capeknya." ujarnya sambil melemparkan badannya di atas sofa.Dia memiliki tubuh yang sangat seksi dengan pakaian yang begitu sangat minim, Dia terlihat sangat begitu frontal dalam hal berpakaian.Yang jelas dia memiliki gairah yang sangat liar.Datanglah bu Lita yang berjalan turun dari anak tangga, Dia berjalan untuk menghampiri Sheila yang tengah duduk di sofa.Rumah mereka begitu sangat tampak luas dan memiliki dua lantai, dalengan banyak benda-benda koleksi yang berharga lumayan mahal, dimana itu adalah benda koleksi dari keluarga ibunya Vania yang kini di kuasai oleh ibu Lita.Dan papa Sheila yang tak lain adalah bapak kandung dari Vania bekerja sebagai
"Lepas," ucap Hans kepada Sisilia dengan Hans menyingkirkan tangan Sisilia yang menempel di tangannya."Apa sih Hans, seharusnya kita seperti ini. Kita ini sesosok sepasang kekasih harusnya seperti ini." sanggah Sisilia yang tak ingin tangannya di lepas.Dan Hans meraih tangan Vania yang tengah berdiri di depannya. Dan dia majukan langkahnya satu kali ke depan sehingga dia berdiri sejajar dengan Vania. "Jangan dekat-dekat saya, ini kekasih saya." ujar Hans kepada Sisilia sambil mengandeng tangan Vania.Sisilia yang melihat itu dia pun membulatkan matanya, dia pun melangkahkan satu kali langkahnya, sehingga mereka berdiri sejajar. "Haaahhh yang benar saja kamu Hans, gak mungkin kamu menjaling hubungan dengan karyawan mu." jawabnya sambil menyibakan rambutnya, dan dia menatap Vania dari bawah ke atas dengan tatapan sadisnya. "Lagian lebih modis aku." lanjutnya.Ting [ lift terbuka ]Vania melepas gandengan tangan dari Hans secara paksa, "Ambil saja bos saya, saya tak butuh cintanya." uj
Hans pun ikut keluar ke ruangan meeting, dia pun mengejar Vania yang melangkahkan kakinya dengan langkah yang cepat,Hans tak mengerti apa yang ada di pikiran Vania.Hans terus mengejarnya, ternyata dia masuk lift,Sayang Hans tak bisa mengejarnya lagi, pintu lift sudah tertutup. Hans yang tengah berdiri melihat pergerakan angka yang terus menurun, angka berhenti di angka 1 yang di artikan lantai satu alias lobby. Dan tak beberapa lama kemudia pintu lift terbuka, Hans langsung masuk pintu lift tersebut.Di dalam lift Hans merasa bingung kenapa Vania tiba-tiba mengundurkan diri begitu saja secara mendadak, dia pun mengusap keringatnya yang keluar di keningnya.Keringat yang menetes membasahi dahinya. "Pergerakannya sungguh tak bisa di duga." gumamanya dalam hati.Ting [ pintu lift terbuka ]Hans segera keluar dari lift dan dia melihat Vania yang berjalan sudah hampir keluar wilayah kantornya. Dia berjalan hampir sampai di gerbang utama.Membuat Hans langsung berlari menuju pintu sqm