Di sisi lain Sheila yang tengah berada di rumahnya, dia datang dengan sambil membawa sebuah tas di tangan kanan dan kirinya,Dia membawa banyak tas yang berisi barang belanjaan pribadi miliknya.Di mana barang tersebut adalah sebuah baju bahkan kosmetik atau tas-tas yang lucu serta aksesoris-aksesoris yang berupa printilan."Ahhh capeknya." ujarnya sambil melemparkan badannya di atas sofa.Dia memiliki tubuh yang sangat seksi dengan pakaian yang begitu sangat minim, Dia terlihat sangat begitu frontal dalam hal berpakaian.Yang jelas dia memiliki gairah yang sangat liar.Datanglah bu Lita yang berjalan turun dari anak tangga, Dia berjalan untuk menghampiri Sheila yang tengah duduk di sofa.Rumah mereka begitu sangat tampak luas dan memiliki dua lantai, dalengan banyak benda-benda koleksi yang berharga lumayan mahal, dimana itu adalah benda koleksi dari keluarga ibunya Vania yang kini di kuasai oleh ibu Lita.Dan papa Sheila yang tak lain adalah bapak kandung dari Vania bekerja sebagai
"Lepas," ucap Hans kepada Sisilia dengan Hans menyingkirkan tangan Sisilia yang menempel di tangannya."Apa sih Hans, seharusnya kita seperti ini. Kita ini sesosok sepasang kekasih harusnya seperti ini." sanggah Sisilia yang tak ingin tangannya di lepas.Dan Hans meraih tangan Vania yang tengah berdiri di depannya. Dan dia majukan langkahnya satu kali ke depan sehingga dia berdiri sejajar dengan Vania. "Jangan dekat-dekat saya, ini kekasih saya." ujar Hans kepada Sisilia sambil mengandeng tangan Vania.Sisilia yang melihat itu dia pun membulatkan matanya, dia pun melangkahkan satu kali langkahnya, sehingga mereka berdiri sejajar. "Haaahhh yang benar saja kamu Hans, gak mungkin kamu menjaling hubungan dengan karyawan mu." jawabnya sambil menyibakan rambutnya, dan dia menatap Vania dari bawah ke atas dengan tatapan sadisnya. "Lagian lebih modis aku." lanjutnya.Ting [ lift terbuka ]Vania melepas gandengan tangan dari Hans secara paksa, "Ambil saja bos saya, saya tak butuh cintanya." uj
Hans pun ikut keluar ke ruangan meeting, dia pun mengejar Vania yang melangkahkan kakinya dengan langkah yang cepat,Hans tak mengerti apa yang ada di pikiran Vania.Hans terus mengejarnya, ternyata dia masuk lift,Sayang Hans tak bisa mengejarnya lagi, pintu lift sudah tertutup. Hans yang tengah berdiri melihat pergerakan angka yang terus menurun, angka berhenti di angka 1 yang di artikan lantai satu alias lobby. Dan tak beberapa lama kemudia pintu lift terbuka, Hans langsung masuk pintu lift tersebut.Di dalam lift Hans merasa bingung kenapa Vania tiba-tiba mengundurkan diri begitu saja secara mendadak, dia pun mengusap keringatnya yang keluar di keningnya.Keringat yang menetes membasahi dahinya. "Pergerakannya sungguh tak bisa di duga." gumamanya dalam hati.Ting [ pintu lift terbuka ]Hans segera keluar dari lift dan dia melihat Vania yang berjalan sudah hampir keluar wilayah kantornya. Dia berjalan hampir sampai di gerbang utama.Membuat Hans langsung berlari menuju pintu sqm
Mereka berdiskusi banyak hal, banyak beberapa masalah yang mereka selesaikan secara bersama-sama. Meskipun mereka dalam bidang yang berbeda tapi dalam berbisnis mereka mempunyai beberapa rumusan bersama. Entahlah apa itu, Persahabatan mereka sekarang jauh lebih erat, mereka bukan lagi sahabat tapi mereka sudah saudara karena ada tali yang mengikat diantara mereka yaitu Vero dan Vino. Saat mereka sedang menikmati musim dingin bersama, mereka berdua saling bercerita satu sama lain. Mereka saling berbagi pengalaman dalam menanam modal, dimana ada yang untung bahkan ada yang rugi. "Ya Azka aku kehilangan banyak uang di tempat aku menanam modal, aku menanam modal di sebuah klub malam. Dan ternyata pihak klub kecolongan karena ada sebuah pengunjung yang kedapatan membawa barang haram, ya mau tak mau kita harus ikuti aturan pemerintah dengan menutup klup tersebut sebagai hukumannta selama 3 bulan. Semenjak itu aku kapok menanam modal di tempat sejenis itu." ucapnya yang bercerita
Dan mereka pun saling menatap satu sama lain,Di ruang tamu yang memiliki suhu hangat membuat mereka semakin hangat dalam hubungan mereka,Raut senyum wajah Tiara terlihat sangat begitu bahagia, begitu pula Andre dia jauh lebih bahagia karena dia bisa mrilekskan pikirannya karena beban pekerjaan yang banyak di pundaknya."Ibu Tiara, halloooo." sahut Vania yang berada di balik telepon.Vania pun merasa sangat kesal terhadap Tiara, dia sepertinya tak menanggapi telepon darinya."Yuhuuuu ibu Tiara, sedang apa kamu, jangan bilang kamu sedang berkencan?" tanya Vania kembali kepada Tiara.Andre yang tengah terpana dengan Tiara dia tak bisa berbohong.Dia pun meraih ponsel dari Tiara dan berbicara langsung kepada Vania supaya segera mengakhiri panggilan teleponnya"Iya ibu Vania kita lagi berdua."jawab Andre.Di balik telepon Vania bertanya kepada Andre tentang keputusannya."Sebelum aku mematikan panggilan telepon ini, aku mau tanya kepada mu pak Andre, apa tanggapan atas keputusan ku tadi?
Ramon yang seorang pengacar dia sedang mempelajari kasus yang masuk ke dia, dia pun menutup lembaran kertas yang ada di tangannya.Ramon pun melepas Kacamatanya yang menempel di batang hidungnya, dan dia pun mengalihkan pandangannya kepada putri semata wayangnya yang tengah berjalan mendekati dirinya."Ada apa sayang?" tanya Ramon kepada putrinya.Dan putrinya pun mendekati dirinya dan memeluknya dari belakang.Dia terlihat raut wajahnya sangat begitu masam, dan bibirnya manyun."Pa aku sangat sedih, tadi aku ke kantor Hans lagi, aku ke sana untuk mengambil hatinya dan ternyata dia menyampakkan ku," ujarnya kepada Ramon, "pa aku sangat cinta sama dia." lanjutnya dengan manja sambil merengek. Ramon pun mengelus rambut putrinya, dan dia memberikan sebuah kata-kata kepada putrinya supaya lebih kuat menjadi seorang wanita."Sudahlah sayang kamu ini adalah wanita yang sangat cantik, di luar sana banyak laki-laki yang ingin kamu. Kamu bisa mencari laki-laki yang tampan, dan kaya. Bahkan
Dan ternyata yang ditelepon pak Ramon adalah pak Bram,Dan pak Bram yang tengah berliburan bersama Azka, dia terkejut."Gini saja Ramon, kita gak bisa memaksa ke hendak anak kita, terutama anak ku, dia anak yang keras kepala." jawab pak Bram.Ramon yang mendengar itu dia pun mengerti apa yang di katakan oleh pak Bram. "Se tidaknya kamu mendesak anak mu Bram." ujar Ramon ke Pak Bram.Dan ternyata pak Bram tak menyetujui apa permintaan dari Ramon.Akhirnya Pak Ramon menyimpulkan bahwa Pak Bram tak mau menjodohkan anaknya.Dan dia pun mematikan panggilan telepon secara sepihak,Dia yang tengah duduk di kursi kerjanya, dia pun melepas telepon yang menempel di telinga kanannya, lalu dia menggenggam teleponnya secara erat." Ini adalah sebuah penghinaan bagi diriku." gumumnya di dalam hati.Dan dia pun kembali menelpon, kini dia menelpon anak buahnya."Kamu datang ke sini, ada hal yang ingin aku bicarakan, secepatnya datang." ujar Pak Ramon di balik telepon dan lalu mematikan ponselnya sec
Saat melihat foto tersebut, bibir Vania bergetar air matanya jatuh di pipinya.Dia melihat foto itu dia sangatlah bahagia di hatinya, tak dipungkiri bahwa kedua anaknya begitu sangat terjaga baik di sisi kedua orang tua Hans,Vania yang tengah duduk dia menangis sesegukan.Para bodyguardnya yang melihat itu mereka terdiam, mereka terdiam melihat Vania sedang meratapi nasibnya,"Sudah bu, sudahi tangisanmu. Ibu berdoa saja semoga mereka cepat kembali di sisi ibu." ujar salah satu bodyguard yang berusaha menghibur Vania.Vania pun langsung mengelap air matanya dengan tangan kanan dan kirinya, lalu dia menggosokkan wajahnya dengan kasar supaya tak terlihat kalau dirinya Tengah menangis.Dan dia pun berusaha menarik nafasnya dengan dalam, lalu menghembuskannya.Dia melakukan itu beberapa kali supaya rasanya kembali terkondisikan.Vania tak sadar jika foto yang di lihatnya itu dari omnya, dia tak menyadari hal itu,Dan di apartemen Vania terdapat beberapa makanan yang sudah tersaji, .