Share

Chapter 7

Author: Sya Reefah
last update Last Updated: 2024-08-11 23:24:18
Samuel tersenyum puas, akhirnya idenya itu membuat Eva tertarik. Ia memainkan cangkir di tangannya. “Mengatur jadwal dan membantu dengan beberapa dokumen lainnya.”

“Itu terlihat menarik.” Eva menunjukkan minatnya. Namun, beberapa detik berikutnya, ia terlihat lesu. “Tapi, aku tidak tahu bagaimana pekerjaan kantor.”

Samuel melihat keterbatasan yang dimiliki Eva. Namun, ia tidak ingin berhenti begitu saja. Apapun itu, ia akan mengusahakan untuk Eva.

“Kau tidak perlu khawatir, aku bisa menjelaskan lebih lanjut. Aku juga akan mengajarimu.”

“Sungguh?” Wajah Eva merona bahagia. “Tapi, apa kau tidak sibuk dengan pekerjaanmu?”

Samuel mengangguk santai. “Aku bisa menggunakan waktuku saat beristirahat.”

Mata Eva berbinar-binar. Wajahnya cerah dan senyum lebar menghiasi wajahnya.

Eva mengangguk, tampak bersemangat. “Terima kasih, Samuel.”

Samuel tersenyum lebar. Ia senang melihat antusiasme Eva.

Eva menoleh saat lonceng di atas pintu berbunyi.

Dengan buru-buru Eva menyudahi percakapann
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 8

    “Kau mau ke mana Henry?” Julia menyapa Henry yang tampak terburu-buru. Henry menampilkan senyumnya sekilas. “Aku sedang ada urusan.” Tak lama kemudian, Henry kembali melangkah. Julia berdecak. Ia melihat jika hari ini Henry sedikit cuek padanya. Julia berbicara pada diri sendiri dengan nada kesal. “Memangnya urusan apa sih? Tidak jelas sekali.” “H-halo, Asiten Ryan. Ke mana Henry pergi?” Julia tergeragap, terkejut saat dia berbalik melihat Ryan keluar dari ruangan Henry. Namun, detik berikutnya ia teringat jika saat ini sedang dalam jam kerja. “Maksud saya, Tuan Henry.” Ryan memandang Julia tanpa ekspresi. “Tuan Henry sedang ada urusan mendesak. Jika ada urusan, Anda bisa mengatakan pada saya.” Sebenarnya dia sendiri tidak tahu ke mana Henry akan pergi. Namun, dia harus menjawabnya dengan masuk akal. Ryan sedikit risih dengan Julia yang selalu menempel pada Henry. Seperti permen karet. Julia memandang dokumen yang ada di dekapannya. Memberikan pada Ryan. “Oh, iya. Ini a

    Last Updated : 2024-08-13
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 9 Kemarahan Henry

    Malam hari, sebelum tidur Eva termenung. Teringat dengan pertanyaan Samuel mengenai perceraiannya. Sampai sekarang, perceraiannya tidak ada kabar.Eva bergumam pelan. “Apa aku menghubunginya?”Eva menatap layar ponselnya dengan ragu. Nama Henry terpampang di layar. Selama dia pergi, sama sekali tidak terlibat komunikasi dengan Henry.Dengan satu sentuhan, Eva memanggil nomor Henry.Setelah beberapa deringan, suara Hnery terdengar di ujung telepon. “Hallo.”Eva berkesiap. Ia pikir jika Henry tidak akan menerima telepon darinya.Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara. “Aku ingin menanyakan sesuatu padamu mengenai dokumen perceraian itu. Apa kau sudah menandatanganinya?”Eva bisa mendengar suara Henry yang tertawa keras di sana. Bisa dibayangkan bagaimana wajah Henry saat ini.“Kau menanyakan ini karena aku menghambat jalanmu untuk dekat dengan laki-laki lain? Jangan harap kau menerima kemudahan.”“Henry, Ak-,”Belum juga dia menyelesaikan ucapannya. Henry sudah memutusk

    Last Updated : 2024-08-13
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 10 Rencana Terselubung Julia

    Henry keluar dari mobilnya. Berjalan tegap menuju pethouse miliknya.Dia mepelas setelan jas dan kemeja yang ia kenakan. Dia berdiri dengan tenang di bawah guyuran shower yang deras.20 menit berlalu, Henry keluar dengan handuk melilit di pinggangnya. Langkah kakinya tertuju pada ponsel yang berada di atas meja.Nama Ryan tertera di layar ponselnya. Dengan segera Henry menekan tombol hijaunya.Suara Ryan terdengar di ujung telepon. “Ada yan bisa saya bantu, Tuan?”“Cari tahu apa hubungan Eva dan Samuel! Cari tahu semuanya apa saja yang sudah mereka lakukan di belakangku.”Henry memberitahu dengan nada tegas dan tidak bisa dibantah.Nada suara Ryan terdengar bingung, tidak mengerti apa maksud Henry saat ini. “Nyonya Eva dan Tuan Samuel?”Henry kembali berbicara dengan nada dingin. “Apa perintahku kurang jelas?”“Ti-tidak, Tuan.”Henry memutus panggilan teleponnya secara sepihak. Ia menuju ruang ganti dan berpakaian santai.Malam semakin larut. Henry berdiri di Malam harinya, Henry berdi

    Last Updated : 2024-08-14
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 11 Kemarahan Papa Henry

    Di dalam rumah dengan suasana tenang dan elegan, Elise, Mama Henry duduk dengan tenang.Jendela besar membiarkan cahaya matahari masuk. Aroma teh segar melengkapi suasana damai.Elise tiba-tiba saja teringat mengenai perceraian anatara Eva dan Henry. Dia merasa penasaran bagaimana kelanjutannya. Sudah berhari-hari ia tidak mendengar kabar selanjutnya.Dengan cepat, tangannya meraih ponsel dan menghubungi Henry.Suara Henry terdengar di ujung telepon. “Halo, ada apa, Ma?”Sebelum menjawab, Elise melirik ke sekeliling. Namun, pada akhirnya dia melangkah pergi sedikit menjauh agar tidak ada yang mendengar pembicaraannya.Elise bertanya dengan rasa ingin tahu. “Halo, Henry. Mama hanya ingin menanyakan bagaiamana perceraianmu dengan Eva? Apa ada kemajuan?”Di ujung telepon, Henry menjawab dengan tenang. “Semua masih dalam proses, Ma.”Elise kembali berbicara dengan nada mendesak. “Untuk apa kau menunda-nunda, Henry? Gunakan uang-uangmu untuk mengurus semuanya. Mama sudah muak melihat wanit

    Last Updated : 2024-08-15
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 12 Aku Tetap Ingin Bercerai

    Eva menarik tangannya dari Henry. “Lepas, Henry!”Tangannya berhasil lepas dari genggaman tangan Henry.Henry memandang ke arah Eva tajam. Cukup lama dia memandang Eva. “Kau harus ikut aku sekarang.”Eva berbicara dengan nada tegas. “Kau tidak bisa memaksa orang begitu saja, Henry!”Henry menghela napasnya.Eva bisa melihat wajah Henry yang sangat menyebalkan saat ini.Dengan wajah datar Henry berkata, “Papa memintamu datang. Papa memintamu untuk menjelaskan perceraian yang kau ajukan.”Eva membeku ketika Henry mengatakan itu. Penjelasan apa yang akan ia katakan pada papa mertuanya?Henry meninggikan suaranya. “Kenapa kau terdiam?”Suara Henry membuatnya terkejut. “Emm … apakah tidak bisa lain waktu saja?”Eva meremas, memainkan jari-jarinya. Ia merasakan cemas yang medalam. Matanya juga menyiratkan rasa bingung.Henry tersenyum sinis melihat ekspresi Eva. “Bukankah ini keputusanmu? Kenapa kau terlihat cemas dan takut sendiri?”Eva menunduk.Henry kembali melanjutkan. “Kau jangan hany

    Last Updated : 2024-08-16
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 13 Terkejut

    NexGen Investments.Samuel duduk di kursi ujung ruang rapat. Memantau kemajuan dan berbicara dengan timnya mengenai bagaimana mereka dapat memperbaiki situasi yang mereka alami.Karena megalami masalah, membuat Samuel tidak bisa mengunjungi Eva sementara waktu. Di sana juga ada Mr. Thompson. Dia adalah klien utama dari perusahaan Samuel yang ikut melihat bagaimana perkambangan mengenai masalah kontrak.Samuel memulai pembicaraan. “Terima kasih telah memberikan kami kesempatan untuk memperbaiki situasi ini , Mr. Thompson. Kami mengakui bahwa kami menghadapi beberapa masalah serius terkait kesalahan administratif dan teknis, tetapi kami telah mengambil langkah-langkah konkret untuk menyelesaikannya.” Mark, kepala departemen administrasi mengatakan kabar baik. “Kami telah memperbaiki sebagian besar dokumen dan data yang bermasalah, Mr. Thompson. Kami juga telah melakukan audit sistem untuk memastikan tidak ada kesalahan administratif yang tersisa.” Mr. Thompson menyimak dengan tenang.

    Last Updated : 2024-08-18
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 14 Kedatangan Eva

    “Permisi, Nona. Apa hari ini Eva tidak bekerja?” Luna, mendongak saat mendengar suara seorang pria. Ia bisa mengenali pria tersebut. Pria itu adalah Samuel, yang sering berkunjung ke kafe tempatnya bekerja. Samuel baru sempat datang berkunjung hari ini. Luna menyapa dengan sopan. “Senang bertemu Anda, Tuan. Sudah lama tidak bertemu. Eva, ya? Tadi dia bekerja, tapi dia izin dengan terburu-buru setelah saya lihat dia berbincang dengan salah satu pelanggan.” Samuel mengerutkan keningnya bingung. “Apa dia laki-laki?” Luna menggeleng cepat. “Tidak. Pelanggan perempuan. Saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Setelah itu, Eva pergi dengan sangat terburu-buru.” Dengan cepat Samuel bertanya kembali. Dia bisa merasa hal yang tidak beres. “Apa Anda tahu ke mana perginya, Nona?” Luna kembali menggeleng. “Maaf, saya tidak tahu, Tuan. Eva tidak mengatakan pada saya. Dia hanya mengatakan ada urusan mendesak yang harus diurus.” “Baiklah, kalau begitu, terima kasih, Nona. Saya akan coba un

    Last Updated : 2024-08-20
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 15 Kekesalan Eva

    Henry menatap tajam ke arah Eva. Seolah menembus ke dalam hatinya.“Bercerai?” ujarnya dengan nada sinis. “Kau datang kemari dengan tuduhan tidak jelas. Bahkan aku tidak pernah melakukannya. Aku menjadi curiga jika kalian berdua memang benar-benar bermain di belakangku!”Henry melanjutkan dengan nada dingin. “Apa ini caramu agar kau bisa bercerai denganku?”Eva berusaha menahan emosinya yang meluap. “Ucapanmu memang tidak bisa dipercaya, Henry! Aku masih ingat jelas bagaimana ucapanku sebelum meninggalkan apartemenku!”Eva mulai mengeluarkan semua unek-uneknya yang lama terpendam. “Bukankah banyak uang dan memiliki kekuasaan sangat mudah bagimu untuk mengurus perceraian dengan wanita sepertiku? Kenapa kau justru mempersulitnya dan mengganggu orang yang tidak bersalah? Dia datang hanya untuk menolongku di saat orang lain tidak ada yang memperdulikanku, menghinaku, mencaciku bahkan mengasingkanku!”Air mata Eva mulai membanjiri pipinya. Dia menatap Henry dengan rasa sakit.Eva kembali me

    Last Updated : 2024-08-21

Latest chapter

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 175 Cemburu

    Ckiit!Mobil itu berhenti mendadak hingga membuat ban-ban depannya berdecit di atas aspal. Seorang pria yang duduk di kursi pengemudi itu tampak kesal. Dengan wajah memerah, dia memukul setir dengan keras. “Sial!” Dia memandang ke arah cermin dengan raut marah, yang memperlihatkan kedua orang yang berada di lampu merah itu mulai meninggalkan area. Rencananya malam ini gagal. Kedua orang itu berhasil menghindar dari mobilnya. Tak berselang lama, dia kembali melajukan mobilnya dan berbelok ke arah lain. Namun dia berjanji jika dia akan kembali lagi. Sementara di dalam Rumah Makan, Henry menarik kursi untuk Eva duduk. Keadaannya masih dalam keterkejutan. Hal yang terjadi beberapa menit lalu masih teringat jelas di dalam kepalanya. Dia tidak melihat asal mobil itu, tapi tiba-tiba saja dia hampir terserempet, beruntungnya Henry segera menariknya untuk menepi. Henry menekuk kakinya, menyetarakan tinggi badannya dengan Eva. “Kau tidak apa-apa, ‘kan?” Tangannya membelai pipi Eva dengan

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 174

    Henry memandang Eva yang tampak terdiam, pikirannya jelas terfokus pada hal lain. Wajahnya yang tampak tenang, kini terlihat lebih serius. Ia bisa melihat Eva tampak merenungkan ide yang ia katakan tadi. Henry tahu bahwa Eva bukanlah tipe yang cepat merespon, ia memerlukan waktu untuk memikirkan segala sesuatu. Eva belum memberikan jawaban, tapi Henry bisa melihat bagaimana pikirannya bekerja. “Tidak mau?” Dia tetap menunggu. Eva beralih pada Henry, akhirnya, suaranya memecah keheningan dengan lembut, “Aku rasa … menyusuri kota ini saat malam hari bukanlah ide yang buruk.” Eva tersenyum kecil. “Aku mau, kita jalan-jalan malam ini.” Henry tersenyum lebar mendengar jawabannya. “Sekarang cepat bersiap.” ****Henry dan Eva mulai menyusuri jalanan kota Swiss pada malam hari. Keduanya bergandengan tangan dan memakai mantel panjang nan tebal untuk melindungi diri dari udara malam yang terasa lebih dingin. Udara sejuk terasa begitu segar, dan kota yang biasanya ramai pada siang hari,

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 173

    Henry dan Eva kembali berhenti di salah satu kedai. Kali ini, mereka berhenti di kedai fondue keju, campuran keju leleh yang dihidangkan dalam pot khusus, di mana pot itu diletakkan di atas kompor kecil agar keju itu tetap meleleh dan hangat. Hidangan ini adalah khas Swiss yang ikonik. Orang-orang biasanya makan fondue menggunakan garpu panjang dan mencelupkan roti yang sudah dipotong dadu kecil ke dalamnya. Setelah menunggu, fondue mereka telah dihidangkan di atas meja. Eva terlihat semangat, tidak sabar untuk mencicipinya.Perjalanan mereka hari lebih dipenuhi dengan kunjungan ke berbagai kedai, sambil menikmati berbagai hidangan khas yang menggugah selera. Eva mulai mencelupkan roti ke dalamnya. Saat mencicipinya, dia mengangguk, ekspresinya tidak bisa bohong ketika mencicipinya. “Emm … makanan di sini tidak ada yang mengecewakan.” “Sepertinya, kau memiliki selera makan yang baik,” kata Henry dengan sedikit terhibur.Matanya menyiratkan kebahagiaan yang tak terucap. Selama ini

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 172

    Henry dan Eva berjalan berdampingan di trotoar kota Swiss. Udara sejuk menyentuh kulit mereka, dan sinar matahari yang tidak terlalu terik membuat semakin nyaman. Suara langkah kaki mereka seirama dengan hiruk pikuk kota yang tenang. Di tangan mereka, terdapat sandwich, yang mereka beli untuk mengganjal perut saat di perjalanan. Di sepanjang jalan, kedai-kedai kecil berjejer rapi dengan aroma yang menggugah selera. Eva mengajak Henry untuk berhenti di depan salah satu kedai yang menjual rosti, kentang parut yang digoreng seperti hash brown. “Bolehkah aku membelinya?” Henry mengangguk. “Belilah apapun yang kau mau.”Eva tersenyum. Lalu memesan dua porsi, untuknya, dan untuk Henry. “Eh, satu saja, Tuan.” Henry menyela dengan cepat, memberitahu pada penjual itu. Penjual itu mengiyakan tanpa merasa keberatan. Eva menoleh ke arahnya dengan ekspresi bingungnya. “Kenapa?” “Aku sudah kenyang.” Henry menjawab dengan santai. Kemudian, mereka menunggu beberapa menit hingga akhirnya mak

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 171

    “Tuan Lawson baru saja mengabariku kalau mereka sudah berangkat lebih dulu. Nyonya Sophie menginginkan sesuatu katanya.” Henry menjelaskan pada Eva.Mulut Eva membentuk huruf O sempurna. “Sepertinya kita kesiangan.” Ucapannya terdengar seperti penyesalan. Henry mendekat, meletakkan kedua tangannya di pundak Eva. “Apa kau kesal?” Eva menggeleng cepat. “Tidak. Harusnya kita juga bangun dan bersiap-siap lebih awal agar kita bisa pergi bersama-sama dengan mereka.” “Tidak apa-apa.” Tangannya terangkat, mengelus pipi Eva dengan lembut. “Mungkin ada sesuatu yang mendesak yang diinginkan Nyonya Sophi. Sebaiknya kita sarapan dan menyusul mereka.”Tak ada penolakan dari Eva. Dia seperti sudah terbiasa dengan sentuhan-sentuhan yang diberikan Henry. “Emm ….” Eva ingin mengatakan sesuatu, tetapi ada sedikit keraguan dalam hatinya. “Bagaimana kalau kita menyusul mereka sekarang juga. Aku ingin merasakan makanan yang ada di kedai-kedai yang aku lihat kemarin.”Henry sedikit terkejut saat Eva men

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 170 Menginginkan Lebih

    Tangannya secara perlahan turun di pinggang Eva. Dia tetap diam membiarkan Eva menyesuaikan dirinya dari apa yang baru saja terjadi di antara mereka.Keduanya tetap dalam posisi yang sama, membiarkan suasana mengalir tanpa buru-buru mengubahnya. Eva tak mengatakan apa-apa, tetapi sikapnya sudah cukup memberikan jawaban jika dia merasa malu dan tidak tahu harus berbuat apa. Matanya lurus ke depan, tak berani menoleh ke arah Henry. “Jadi kau menyukainya?” Mendengar pertanyaan Henry membuat hatinya semakin tak beraturan. “B-bukan … bukan begitu,” jawabnya dengan tergeragap. “Bukannya kau tidak marah? Berarti kau menyukainya. Bagaimana kalau kita melanjutkan yang tadi?” Pertanyaan Henry semakin berani, dan senyum nakal sangat terlihat jelas menghiasi wajahnya. Eva tidak percaya dengan kata-kata itu. “Kenapa pertanyaanmu sangat sembrono?” “Sembrono?” Henry terkekeh kecil. “Memangnya apa yang salah dari pertanyaanku? Aku memberikan kesempatan untukmu agar lebih dekat lagi denganku. A

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 169

    Malam semakin larut dan terasa lebih sunyi. Setelah perjalanan di kapal dan makan siang yang canggung, sekarang hanya diisi dengan diam. Lampu kamar mulai redup, hanya menyisakan cahaya kecil dari lampu di samping tempat tidur. Eva duduk di tepi tempat tidur, sementara Henry berdiri di dekat jendela, menatap pemandangan kota di bawah sana sebelum akhirnya berbalik.“Eva …,” panggilnya pelan. Eva yang sedari tadi menunduk akhirnya menatapnya, dan menjawab singkat, “Ya.”“Bisakah kita bicara?” Henry diam sejenak, menunggu persetujuan Eva. Eva hanya diam.Sementara Henry masih di tempatnya, hatinya tidak sabar mendengar jawaban Eva. Rasanya tidak tenang. Setiap helaan napas terasa berat. Akhirnya, Eva mengangguk. Henry melangkah mendekat dan duduk di kursi di hadapannya. Kedua mata mereka bertemu. Namun, dia ingat apa yang ingin dia bicarakan pada Eva. “Aku tahu … mungkin tadi terlalu tiba-tiba. Tapi … aku tidak mau kita seperti ini. Sejak turun dari kapal, aku merasa aneh dan kit

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 168 Ada Apa?

    “Hah ….?” Tanpa pikir panjang, Henry mengikis jarak di antara antara mereka dengan menarik lengan Eva. Dengan gerakan cepat bibir itu menempel di atas bibir Eva, tanpa membiarkan wanita itu mundur sedikitpun. Eva tidak bergerak. Henry semakin memperdalam ciumannya dengan kedua matanya terpejam. Tangannya turun ke pinggang, menarik Eva agar lebih dekat lagi. Dia tidak peduli dengan tatapan para pengunjung yang berada di atas kapal. Yang terpenting adalah momen mereka berdua. Kapal terus bergerak mengitari danau ke sisi lain, tapi Eva tetap di tempatnya. Dia tidak membalas ciuman Henry. Otaknya masih bekerja penuh mencerna semua yang terjadi secara tiba-tiba. Setiap detik terasa begitu lambat, hingga pada akhirnya, Henry mundur perlahan, melepaskan ciumannya. Napasnya masih sedikit memburu ketika matanya bertemu dengan bibir Eva. Dia menelan ludah, mencoba menahan gejolak dalam hatinya. Jari-jarinya masih berada di pipi Eva, tapi perlahan dia mulai melepaskan sentuhannya dan kemb

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 167 Membenarkan Mitos

    Tuan Lawson tergelak melihat ketidak sabaran istrinya. Wanita memang memiliki kesabaran seperti kapas yang terendam didalam air. “Ada legenda lokal yang mengatakan jika pasangan berciuman di atas kapal yang mengelilingi danau, mereka akan diberkati keberuntungan dan kelanggengan hubungan.” Tuan Lawson mulai menjelaskan, sedangkan Sophia mendengarkan dengan penasaran. “Dan aku rasa … Tuan Henry ingin memastikannya setelah mendengar percakapan pengunjung.” Perkataan itu diakhiri dengan kekehan renyah darinya.Selama di dermaga, mereka selalu berjalan beriringan mengawasi para istri yang berjalan lebih dulu. Percakapan itu juga bisa didengar olehnya. Dia tidak percaya jika seorang Henry, yang terkenal dengan keangkuhannya bisa begitu mudah percaya dengan mitos yang baru saja didengarnya. Henry yang selama ini selalu rasional pada hal-hal yang tidak masuk akal itu tiba-tiba saja tertarik. Dia mendengarkan dengan serius selama di dermaga, cerita itu seperti kebenaran yang tak terbantah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status