Home / Rumah Tangga / Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi / Chapter 12 Aku Tetap Ingin Bercerai

Share

Chapter 12 Aku Tetap Ingin Bercerai

Author: Sya Reefah
last update Huling Na-update: 2024-08-16 23:37:32

Eva menarik tangannya dari Henry. “Lepas, Henry!”

Tangannya berhasil lepas dari genggaman tangan Henry.

Henry memandang ke arah Eva tajam. Cukup lama dia memandang Eva. “Kau harus ikut aku sekarang.”

Eva berbicara dengan nada tegas. “Kau tidak bisa memaksa orang begitu saja, Henry!”

Henry menghela napasnya.

Eva bisa melihat wajah Henry yang sangat menyebalkan saat ini.

Dengan wajah datar Henry berkata, “Papa memintamu datang. Papa memintamu untuk menjelaskan perceraian yang kau ajukan.”

Eva membeku ketika Henry mengatakan itu. Penjelasan apa yang akan ia katakan pada papa mertuanya?

Henry meninggikan suaranya. “Kenapa kau terdiam?”

Suara Henry membuatnya terkejut. “Emm … apakah tidak bisa lain waktu saja?”

Eva meremas, memainkan jari-jarinya. Ia merasakan cemas yang medalam. Matanya juga menyiratkan rasa bingung.

Henry tersenyum sinis melihat ekspresi Eva. “Bukankah ini keputusanmu? Kenapa kau terlihat cemas dan takut sendiri?”

Eva menunduk.

Henry kembali melanjutkan. “Kau jangan hany
Sya Reefah

Jangan lupa komen dan vote nya ya. terima kasih sudah mampir.

| 28
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (10)
goodnovel comment avatar
Marni Granger
jgn sampe bertele2 dan gantung ya Thor nantinya
goodnovel comment avatar
Ti Na Chan
cerita nya bikin sedih dan asyik kak
goodnovel comment avatar
Sya Reefah
terima kasih sudah mampir kakak. ikuti sampai akhir ya
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 13 Terkejut

    NexGen Investments.Samuel duduk di kursi ujung ruang rapat. Memantau kemajuan dan berbicara dengan timnya mengenai bagaimana mereka dapat memperbaiki situasi yang mereka alami.Karena megalami masalah, membuat Samuel tidak bisa mengunjungi Eva sementara waktu. Di sana juga ada Mr. Thompson. Dia adalah klien utama dari perusahaan Samuel yang ikut melihat bagaimana perkambangan mengenai masalah kontrak.Samuel memulai pembicaraan. “Terima kasih telah memberikan kami kesempatan untuk memperbaiki situasi ini , Mr. Thompson. Kami mengakui bahwa kami menghadapi beberapa masalah serius terkait kesalahan administratif dan teknis, tetapi kami telah mengambil langkah-langkah konkret untuk menyelesaikannya.” Mark, kepala departemen administrasi mengatakan kabar baik. “Kami telah memperbaiki sebagian besar dokumen dan data yang bermasalah, Mr. Thompson. Kami juga telah melakukan audit sistem untuk memastikan tidak ada kesalahan administratif yang tersisa.” Mr. Thompson menyimak dengan tenang.

    Huling Na-update : 2024-08-18
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 14 Kedatangan Eva

    “Permisi, Nona. Apa hari ini Eva tidak bekerja?” Luna, mendongak saat mendengar suara seorang pria. Ia bisa mengenali pria tersebut. Pria itu adalah Samuel, yang sering berkunjung ke kafe tempatnya bekerja. Samuel baru sempat datang berkunjung hari ini. Luna menyapa dengan sopan. “Senang bertemu Anda, Tuan. Sudah lama tidak bertemu. Eva, ya? Tadi dia bekerja, tapi dia izin dengan terburu-buru setelah saya lihat dia berbincang dengan salah satu pelanggan.” Samuel mengerutkan keningnya bingung. “Apa dia laki-laki?” Luna menggeleng cepat. “Tidak. Pelanggan perempuan. Saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Setelah itu, Eva pergi dengan sangat terburu-buru.” Dengan cepat Samuel bertanya kembali. Dia bisa merasa hal yang tidak beres. “Apa Anda tahu ke mana perginya, Nona?” Luna kembali menggeleng. “Maaf, saya tidak tahu, Tuan. Eva tidak mengatakan pada saya. Dia hanya mengatakan ada urusan mendesak yang harus diurus.” “Baiklah, kalau begitu, terima kasih, Nona. Saya akan coba un

    Huling Na-update : 2024-08-20
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 15 Kekesalan Eva

    Henry menatap tajam ke arah Eva. Seolah menembus ke dalam hatinya.“Bercerai?” ujarnya dengan nada sinis. “Kau datang kemari dengan tuduhan tidak jelas. Bahkan aku tidak pernah melakukannya. Aku menjadi curiga jika kalian berdua memang benar-benar bermain di belakangku!”Henry melanjutkan dengan nada dingin. “Apa ini caramu agar kau bisa bercerai denganku?”Eva berusaha menahan emosinya yang meluap. “Ucapanmu memang tidak bisa dipercaya, Henry! Aku masih ingat jelas bagaimana ucapanku sebelum meninggalkan apartemenku!”Eva mulai mengeluarkan semua unek-uneknya yang lama terpendam. “Bukankah banyak uang dan memiliki kekuasaan sangat mudah bagimu untuk mengurus perceraian dengan wanita sepertiku? Kenapa kau justru mempersulitnya dan mengganggu orang yang tidak bersalah? Dia datang hanya untuk menolongku di saat orang lain tidak ada yang memperdulikanku, menghinaku, mencaciku bahkan mengasingkanku!”Air mata Eva mulai membanjiri pipinya. Dia menatap Henry dengan rasa sakit.Eva kembali me

    Huling Na-update : 2024-08-21
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 16 Berkunjung ke Millbrook

    Sementara itu, di apartemen Eva, ia terlihat sibuk mengemasi bajunya. Berkali-kali ia mengusap air mata. Eva berdiri, mengatur napas sejenak. Pikirannya kembali melayang mengenai rumah tangganya bersama Henry. Ia merasakan campuran keputusasaan dan tekad. Tak butuh waktu lama, Eva pergi meninggalkan apartemen dengan koper kecil di tangannya. Menempuh perjalanan dua jam, Eva telah tiba di Poughkeepsie Station. Helaan napas terdengar dari mulut Eva saat keluar dari pintu kereta. Ia turun dengan langkah hati-hati, menyeret koper kecilnya. Matahari mulai tenggelam. Menunjukkan suasana penuh keletihan. Eva berjalan menyusuri platform, dia mendekati taksi di sisi jalan. “Selamat sore, Tuan. Bisa antarkan saya ke Millbrook?” Sopir taksi duduk di kursi pengemudi tersenyum ramah. “Mari, Nona.” Eva membuka pintu dan duduk di kursi belakang. Taksi mulai melaju. Eva menghela napas dan memandang ke arah luar jendela. Pikirannya sangat berkecamuk. 30 menit kemudian, Eva tiba di rumah sede

    Huling Na-update : 2024-08-23
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 17 Sekali Ular Tetap Ular

    Eva terbangun di pagi hari yang tenang. Cahaya matahari lembut menembus tirai jendela kamar tidurnya. Menciptakan pola-pola halus di atas lantai.Suasana Millbrook, tempat yang sudah lama ia tinggalkan terasa akrab dan menyegarkan. Eva meregangkan ototnya pelan lalu duduk di tempat tidur.Aroma masakan gurih merasuk ke dalam penciumannya. Dia turun dari tempat tidur dan melangkah masuk ke dapur.Eva mendekat dengan ekspresi penuh semangat. “Selamat pagi, Ma! Aroma masakan yang Mama buat membuat Eva jadi lapar.”Helen berbalik, tersenyum hangat pada Eva. Ia berjalan menyusun piring. “Ayo kita sarapan.”Eva menarik kursi dan duduk dengan penuh antusias.Helen duduk di seberang meja menyiapkan piringnya.Eva mengambil roti bakar, dengan selai raspberry. “Ini selai rasberry buatan Mama sendiri, ya? Eva masih ingat jelas bagaimana enaknya selai buatan Mama.”Satu gigitan masuk ke dalam mulutnya. Eva terlihat sangat menikmati masakan olahan sang mama.Helen tersenyum penuh arti. “Tiba-tiba

    Huling Na-update : 2024-08-25
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 18 Amarah

    “Tapi, bukankah lebih baik kita mencari tahu yang sebenarnya lebih dulu sebelum percaya dengan ucapan orang lain, Tuan?” Henry menatap tajam, menentang ucapan Ryan. “Tidak ada gunanya mencari tahu lebih jauh. Kau sudah dengar sendiri saat dia datang kemari dan memutuskan bercerai begitu saja, ‘kan?”Ryan merasa percuma memberitahu Henry. Dia tidak menyalahkan Eva jika pada akhirnya meminta untuk berpisah. “Semua bisa dibicarakan baik-baik dengan Nyonya Eva, Tuan. Mungkin Nyonya dan Tuan memilih waktu berbicara dari hati ke hati.” Meski kesal, Ryan tetap sabar. Memberikan saran terbaik untuk Henry.Henry tersenyum sinis, menyilangkan tangan di dada. Menunjukkan kesombongan dan keegoisan. “Sebaiknya lakukan saja tugasmu dengan benar! Kau juga awasi pergerakan Samuel. Pasti wanita itu bersamanya saat ini. Temukan dia sebelum malam.”Tak mau banyak membantah. Ryan mengangguk, menyetujui perintah Henry. “Baik, Tuan.”Dengan langkah pasti, Ryan melangkah keluar ruangan Henry.Saat pintu k

    Huling Na-update : 2024-08-26
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 19 Pencarian

    Samuel menghela napas. Matanya menelusuri setiap sudut jalanan Manhattan melalui kaca mobilnya.Wajahnya cemas. Namun, sosok yang dia cari tidak ditemukan sama sekali.Bahkan dia rela menelurusi apartemen-apartemen kecil yang ada di kota demi mencari keberadaan Eva. Dia juga datang ke rumah sakit, memastikan apakah kondisi Eva baik-baik saja.Namun semua pencarian yang dia lakukan tidak membuahkan hasil hingga malam.“Dia sebenarnya ke mana? Apa terjadi sesuatu?” Pikirannya mulai melayang-layang. Ia juga menyalahkan diri sendiri. “Seharusnya aku tetap menghubunginya di saat sibukku memastikan dia baik-baik saja.”Tiba-tiba alis berkerut. Sesaat kemudian ide muncul di benaknya.Dia menepikan mobilnya, lalu merogoh ponsel. Nama Dave tertera di layar ponselnya.Suara Dave terdengar di ujung telepon. “Selamat malam, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?”Samuel menjawab dengan cepat. “Dave, periksa CCTV kota. Mulai dari Lower East Side. Aku ingin mencari seseorang.” “CCTV kota?” Suara Dave ter

    Huling Na-update : 2024-08-27
  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 20 Sedikit Petunjuk

    “Papa kenapa maksa sekali sih, Pa?” Tiba-tiba saja Elise menyahut dengan ketus. Dia duduk di sofa sebelah Henry. “Kalau memang maunya cerai, yaudah biarin mereka bercerai.”Martin semula bisa menahan emosi, justru dibuat emosi dengan ucapan Elise.Dengan nada tegas Martin berkata, “Hatimu benar-benar sudah dipenuhi dengan kebencian, Ma. Harusnya kamu bisa memberikan contoh yang baik untuk putramu ini!”Kening Elise berkerut marah. “Memangnya apa salah dari Mama? Mama ‘kan tidak mau memaksakan kehendak mereka. Untuk apa dipaksa jika memang tidak bisa dipertahankan lagi? Hanya membuat tersiksa saja!”“Sebaiknya Mama pergi saja dengan teman-teman sosialita Mama. Jangan membenarkan perceraian hanya karena hati benci Mama pada orang lain.” Martin beralih menatap Henry dengan wajah tegasnya. “Dan kau Henry, cepat cari keberadaan Eva sampai ketemu. Jika tidak, akan ada konsekuensi yang harus kau tanggung.”Martin beranjak berdiri meninggalkan Henry dan Elise. Emosinya terasa ingin meledak d

    Huling Na-update : 2024-08-29

Pinakabagong kabanata

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 184

    Dua hari kemudian.Lawson menutup teleponnya, lalu mengambil mantel panjangnya dengan tergesa-gesa. Sophia mendekat, memasang wajah penasaran. “Papa mau ke mana? Ada kabar apa?”Gerakannya saat memakai mantel tampak terburu-buru. “Papa mau ke Dermaga. Kepala Koki menjadi tersangka dari insiden kemarin.”“Kepala Koki?” Mata Sophia terbelalak lebar. “Papa pergi dulu, ya.”“Mama ikut!” Sophia menyambar tas, kemudian berlari mengejar langkah suaminya. ****Dermaga. Di tengah suasana tegang, kepala koki itu terlihat berlutut, dengan suara gemetar. Dia menahan tangis, dan memohon ampunan di depan orang-orang yang berjejer penuh kekuasaan, memandang ke atas dengan tatapan penuh harap. “Saya berani bersumpah, saya tidak pernah melakukannya.” Salah satu tim keamanan itu menjawab dengan penuh otoriter, “Simpan semua jawabanmu itu, kita tunggu Tuan Lawson datang.” Kepala koki memegang ujung bajunya dengan tangan gemetar, dia terus memohon, tetapi tak ada seorang pun yang bergeming, maupun

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 183

    “Itu ….” Dengan sekuat tenaga, Henry mengangkat kepala, mendekat, lalu menempelkan bibirnya di atas bibir Eva, memberikan ciuman yang lembut tanpa terburu-buru atau memaksa. Dia memberikan jeda satu detik. Namun, detik berikutnya dia sedikit menekan kepala Eva.Ciuman yang semula lembut itu perlahan semakin dalam. Eva yang mencoba mengimbangi irama Henry itu kini dibuat kuwalahan. Tangannya bergerak, mencengkeram baju yang dikenakan oleh Henry. Suasana di antara mereka semakin memanas, bukan sekedar hasrat, tetapi seperti pengakuan diam-diam tentang rindu yang tertahan, luka yang perlahan sembuh dalam pelukan. Ruangan itu hanya berisi helaan napas yang mulai tak beraturan, dan ciuman itu masih terus berlanjut, menghapus batas logika di antara keduanya. Henry melupakan kondisinya. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah, menciptakan momen bersama istrinya. Dia menginginkan lebih. Ciuman itu bergerak perlahan ke leher Eva. Namun, tidak lama ciumannya terhenti karena Eva menarik

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 182

    “Kenapa kau menempatkan Istrimu seperti seorang Penjahat yang tidak memiliki hati?” Eva melayangkan protesnya cepat. Henry terkekeh pelan, sedikit terhibur. Entah kenapa hati istrinya begitu sensitif sekarang. “Memeluk Istriku sendiri membuatku harus memohon. Aku heran, dunia apa yang sebenarnya kita jalani saat ini?” Henry menjawab dengan sindiran khasnya. “Kau benar-benar membiarkan Suamimu memohon?” Dia tak mau menghentikannya.Eva masih berpikir. Saat ini mereka di rumah sakit, bagaimana jika seseorang melihatnya? Pasti sangat memalukan. Henry memandang wajahnya dengan tatapan sayu. Dia tahu apa yang ada di pikiran istrinya. Dia mendengus. Sementara Eva menggigit bibir bawahnya, apakah dia harus menuruti permintaan Henry? Bagaimana jika ada yang tiba-tiba masuk? Henry masih menatapnya dengan raut sedikit cemberut, menunggu bagaimana reaksi Eva. “Sudahlah. Sebaiknya aku kembali tidur,” katanya dengan sedikit tidak suka dan pasrah. Henry mengembalikan posisi kepalanya menja

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 181

    Sophia juga merasakan kelegaan, karena akhirnya ada perkembangan keadaan Henry. Dia ikut menyimak setiap penjelasan yang dokter katakan. Dan ketika dokter keluar dari ruangan, dia berpesan pada Eva. “Sekarang sebaiknya kau istirahat dulu, kau sudah berjaga sampai hampir pagi.” Yang Eva rasakan saat ini adalah mengantuk, tetapi dia menggelengkan kepala. “Aku takut jika nanti Henry membutuhkan sesuatu. Sebaiknya kau lanjut istirahat.” Sophia mendengus. Ternyata Eva memiliki sikap sedikit keras. Dia hanya tidak ingin wanita itu juga tumbang. Dia kembali mengingatkan dengan nada sabarnya, “Perhatikan juga kondisimu, Eva. Bagaimana kalau nanti Henry terbangun tapi justru kau yang jatuh sakit?”Eva terdiam, merenungi perkataan Sophia. Yang dikatakan wanita itu memang benar. Matanya beralih ke arah Henry. Dia pun tersenyum ke arah Sophia, lalu mengangguk. “Baiklah. Aku akan tidur sebentar saja.” Sophia mengangguk tidak mempermasalahkan. “Tidurlah sekarang. Aku keluar sebentar memberit

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 180

    Suara pintu terbuka. Eva dan lainnya menoleh ke arah dokter yang baru saja keluar dari ruangan. “Bagaimana kondisi Suami saya sekarang, Dok?” Eva berharap akan ada kabar baik. Dengan suara tenang, Dokter itu menjelaskan, “Kami masih harus menunggu hasil laboratorium, Nyonya. Tapi, saya rasa, kondisinya sudah mulai membaik setelah mendapatkan penanganan pertama.” Akhirnya, Eva bisa bernapas sedikit lega sekarang. Setidaknya ada perkembangan dari kondisi Henry saat ini. Tuan Lawson menyahut, “Bisakah kalian mengeluarkan hasil itu dalam waktu singkat?”Dokter itu mengangguk pelan. “Akan kami usahakan, Tuan.”“Bisakah saya masuk ke dalam sekarang?” Rasa tidak sabar menggebu di dalam hatinya.“Silakan, Nyonya,” Setelah mendapat persetujuan, Eva masuk ke dalam ruangan. Dia bisa melihat pria yang biasanya sombong dan arogan itu masih terbaring lemah di sana. Wajah yang sebelumnya pucat, kini terlihat mulai kembali normal. Sementara Tuan Lawson dan Sophia masih berada di luar bersama de

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 179

    Ketika malam tiba, kapal-kapal berukuran kecil berhenti tepat di sebelah kapal pesiar yang mengangkut Henry dan rombongan lainnya. Sebab, rute mereka sudah tidak bisa berubah, dan tidak ada rute yang bisa dilewati kapal pesiar menuju ke pelabuhan terdekat. Tuan Lawson beserta istrinya dan Eva harus pindah ke kapal kecil itu untuk membawa Henry ke pelabuhan terdekat dan membawanya ke rumah sakit. Meski dia sudah mendapatkan penanganan medis, tak ada tanda-tanda sadar darinya. Tuan Lawson dan tim lainnya bergerak cepat dan memilih jalan lain. Kapal-kapal kecil itu mulai meluncur di atas permukaan air menuju pelabuhan sungai Basel, yang terletak di barat laut Swiss di tepi sungai Rhein, tepat di perbatasan Jerman dan Prancis. Eva masih setia di samping Henry dan menggenggam tangan itu. Dalam hatinya, dia tak henti mengucapkan doa untuk kesehatan suaminya. Matanya terpejam. Setiap detiknya dia berdoa.Tuhan … jika Engkau mendengarku, aku mohon bangunkan Suamiku dari kondisi kritisny

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 178

    Eva masih berada di samping Henry yang masih belum menunjukkan tanda-tanda sadar. Suasana di luar tampak sedikit riuh dan tegang setelah insiden. Kapal itu bukanlah milik pribadi, jadi, beberapa tamu mulai berbisik dan merasa was-was. Penjagaan ketat dilakukan di luar ruangan. Tim keamanan kapal menyisir setiap sudut dapur dan memeriksa semua bahan makanan yang digunakan. Para karyawan tidak diperbolehkan bergerak atau berpindah tempat sebelum pemeriksaan selesai. Sementara di sisi lain kapal, di koridor sepi yang jarang dijamah, seorang pria memakai jas silver berjalan perlahan dengan tenang. Pria itu menatap sekeliling, memastikan tidak ada yang mengikutinya. Di rasa aman, dia mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, dan menekan nomor seseorang.“Halo, Nona.” Dia berbicara pelan.“....”“Racun bekerja sesuai yang diperkirakan. Tapi ….” Ucapannya terjeda sejenak. “Justru yang memakan bukanlah si wanita itu, Nona.”Dia terdiam sejenak, mendengarkan suara di balik telepon yang tidak t

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 177

    Semuanya panik. Eva segera mendekat mengguncang tubuh Henry, berharap pria itu bangun dan baik-baik saja. “Henry! Apa kau mendengarku?” Suasana menjadi tegang. Tuan Lawson berteriak dengan keras, “Panggil Dokter, cepat!”Para pelayan kapal berhamburan memanggil petugas medis yang ada di sana. Beberapa detik kemudian, petugas medis datang dengan perlengkapan darurat mereka. Salah satu dari mereka memeriksa denyut nadi Henry. Mereka memberikan pertolongan pertama, tapi Henry tetap tak sadarkn diri. Air mata Eva mulai mengalir deras membasahi pipi. Hatinya dikuasai dengan perasaan khawatir. Sementara Sophia berada di sampingnya, mencoba menenangkannya. Setelah pemeriksaan singkat, salah satu petugas medis itu mengungkapkan, “Kami mengidentifikasi ada zat berbahaya dalam makanan yang dikonsumsi, Tuan.” Dahi Lawson mengernyit. “Bagaimana bisa?”Semuanya terkejut, terutama Eva. Sementara Tuan Lawson bertanya-tanya dan merasa bersalah dengan kejadian ini. “Berikan penanganan untukny

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 176

    “Naik kapal?” Eva tampak mencerna ucapan Henry. “Bukankah kita sudah pernah melakukannya?”“Emm.” Henry memberi deheman kecil sambil mengangguk. “Tapi bukan kapal waktu kita di danau kemarin.”“Lalu?” Eva menatapnya dengan penuh penasaran.Henry mengangkat bahunya. “Yang aku dengar, kapal ini akan membawa kita ke beberapa negara,” jawabnya sambil sedikit berbisik.“Wah! Benarkah?” Eva terkagum. Henry mengangguk singkat. Sementara Eva, seperti biasa pikirannya akan dipenuhi oleh berbagai macam isi. Perjalanan seperti apa yang akan dia nikmati nanti? Dan seberapa banyak uang yang digelontorkan Tuan Lawson untuk liburan ini? Liburan itu terasa sangat mewah untuknya. Dan mengenai perkataan Henry, ini seperti bukan hanya sekedar liburan baginya. Ini terlalu mewah. Eva menatap sekeliling. Pandangannya terarah pada koper yang akan mereka bawa. Pantas saja koper-koper itu dikemas juga.Henry sedikit menggeser tubuhnya, sedikit menundukkan wajah dan kembali berkata pelan, nyaris berbisi

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status