Mobil sampai di depan gerbang yang menjulang tinggi, setelah dibuka terlihat taman yang indah dan luas, pemandangan itu seolah menghipnotis Azkia yang tidak bisa berhenti mengagumi ciptaan Tuhan yang indah itu. Mobil berhenti di pelataran rumah mewah itu."Ayo turun, kau mau tidur di dalam mobil," ketus Deffin.Tanpa menjawab Azkia keluar mobil, semakin takjub dengan rumah besar yang menjulang tinggi itu. "Mungkin seperti ini yang namanya istana," gumamnya.Dia mengikuti langkah Deffin, sedangkan Roy berjalan di belakangnya. Tepat di depan rumah banyak orang berseragam pelayan dan pengawal berbaris rapi, mereka kompak menundukkan kepala dan mengucapkan selamat datang atas kedatangan tuan dan nona mudanya."Tuan muda, kamar tamu sudah siap," ucap salah satu dari dua pelayan wanita, setelah mereka memasuki rumah."Apa!!! Kalian bodoh atau apa, siapa yang menyuruh kalian menyiapkan
Di sinilah dia tumbuh, Rumah mewah di tengah perkebunan buah yang luas, rumah yang seharusnya sepi karena tanah ribuan hektar ini hanya milik kakek Deffin, akan tetapi malah banyak macam-macam mobil yang melewati kawasan ini, bukan untuk berbisnis tentang buah. Namun, surga dunia yang dicari mereka.Rumah mewah berlantai tiga ini memiliki larangan, yaitu haram untuk semua orang menginjakkan kaki di lantai tiga, termasuk kakek Deffin sang pemilik rumah. Yang boleh menaikinya hanya Deffin sang pemilik kamar, Bik Mur sang kepala pelayan, dan nenek Deffin ketika dia masih mengasuh Deffin kecil. Jadi hanya Bik Mur yang membersihkan seluruh lantai tiga dan dia juga yang mengantar makanan Deffin, karena sekalipun Deffin tidak pernah menginjakkan kaki di bawah terutama lantai dua. Di lantai tiga, hanya ada dua ruangan dan kolam renang, satu ruangan kamar Deffin, satunya lagi adalah tempat olahraga yang memiliki fasilitas lengkap. Lantai dua adalah kekuasaan kakek dan wanita penghiburnya, buk
Deffin terbangun karena mimpi menjijikkan itu hadir, hingga isi perutnya bergejolak minta dikeluarkan. Namun, saat beranjak dari tempat tidurnya untuk menuju kamar mandi, dia melihat wanita cantik yang tertidur dengan wajah damai, meskipun posisi tidurnya terlihat tidak nyaman di atas sofa. "Entah mengapa hanya melihatmu rasa mualku tiba-tiba saja hilang, biasanya tubuhku sampai lemas karena muntah jika mengingat lagi tentang kejadian sialan itu," gumam Deffin. Deffin berjalan menuju sofa, memandangi wajah cantik itu lalu menggendongnya ala bridal style menuju ranjangnya, membaringkan tubuh wanita itu dengan perlahan, tak lupa ia juga mencuri ciuman di kening wanita itu. Deffin melihat jam di dinding, ternyata dia baru tertidur selama dua jam. "Sekarang kamu temani aku tidur di sini, besok sebelum pagi aku akan kembalikan kau ke sofa, untung saja aku sudah buat peraturan tentang tidur." Deffin tersenyum lega, lalu ia membaringkan diri di samping wanita itu, dengan erat dia memeluk t
Pesta pernikahan telah usai, kini mereka berdua berada di dalam kamar presidential suite room di salah satu hotel mewah milik Deffin."Haduh ... kenapa aku jadi deg-deg an, nggak mungkin kan dia minta jatah malam pertama, idih ... amit-amit kalau sampai kejadian, meski perlakuannya sedikit menggoyahkan hatiku, tapi tidak secepat ini dia bisa mengelabuhiku," gumam Azkia yang sudah selesai mandi sedari tadi, namun dia gugup untuk keluar kamar mandi."Hei kau sedang mandi apa bertapa, sedari tadi tidak keluar," suara mengglegar Deffin disertai gedoran pintu yang cukup keras.Ceklek..Pintu terbuka, Azkia keluar sudah memakai piyama lengan panjang. Dia tidak menjawab hanya menundukkan kepala, pikiran dan hatinya sedang kacau, takut akan terjadi sesuatu malam ini.Dengan santainya Deffin membuka lilitan handuk yang membungkus rambut di kepala Azkia, dada Azkia semakin berdegup kencang
Pagi yang indah membuat Deffin menyunggingkan senyumnya, teringat gumaman Azkia semalam yang terdengar jelas di Indra pendengarannya."Baguslah, sedikit demi sedikit kau akan tertarik denganku, meski aku duluan yang mencintaimu tapi aku ingin kau duluan yang mengatakan mencintaiku, bisa hancur reputasiku jadi pria arogan yang selalu dikejar wanita, mengatakan cinta pada wanita bodoh sepertimu," ujar Deffin dalam hati dengan tersenyum tipis."Hei, bangun! Aku mau mandi." Menendang pelan kaki Azkia.Azkia mengucek matanya, tidak menjawab langsung bangun dan menuju kamar mandi, seperti kemarin menyiapkan keperluan Deffin.Hari ini masih sama seperti kemarin karena Deffin masih tidak mau berangkat ke kantor, dia lebih memilih kerja di dalam rumah, Sekretaris Roy yang dibuat kelimpungan mengurus perusahaan besar itu.Meski bosan dengan kegiatannya, Azkia tetap menjalaninya dengan sabar, kadang dia bertanya pada
Siang hari mencekam di kantor Wirata group. Dengan segera Azkia melepaskan cengkramannya di tangan resepsionis wanita tersebut. Setelah mendengar kalimat dengan suara menyeramkan. "Ada apa ini?!!!" Suara Roy yang menggelegar membuat semua orang menciut. Azkia menoleh dengan memasang wajah sok polosnya. Dia hanya diam tidak berniat untuk menjawab, dengan sekuat tenaga dia meredam rasa kesal yang sudah berada di ubun-ubun kepalanya. Roy berjalan mendekat, sejenak ia melihat staf resepsionis yang sedang menggosok pelan tangannya sambil sedikit meringis. Lalu pandangannya beralih ke Nona Mudanya, dia terkejut melihat apa yang sudah terjadi dengan Nona Muda? pikirnya."Nona muda." Roy menundukkan kepala, menyapa sopan Azkia. Melihat ada rantang makanan berserakan di lantai, Roy tahu apa yang harus dilakukan tanpa menunggu Azkia berbicara. "Mari ikut saya." Menggerakkan tangannya sebagai isyarat agar Azkia mengikuti, Roy berjalan di depan, dia menekan sesuatu di telinganya. "Bereskan
Kini mereka sudah berada di mobil yang dikemudikan oleh Roy, perjalanan yang ditempuh cukup jauh. Azkia yang sedari tadi bertanya mau ke mana, tapi sama sekali tidak ada yang mau menjawabnya. Karena perut terasa kenyang, dan perjalanan membosankan yang tidak ada percakapan sama sekali, akhirnya rasa kantuk menyerang Azkia, kepalanya hingga terantuk kaca jendela mobil. Namun, dia sama sekali tidak terganggu karena rasa nyamannya udara di dalam mobil. "Dasar gadis bodoh," ucap Deffin seraya tersenyum tipis, lalu ia mengarahkan kepala Azkia ke pahanya dan memposisikan kaki Azkia dengan benar hingga terlihat terasa nyaman. Dengan lembut dia mengelus rambut panjang itu dan mencuri ciuman mulai dari ujung kepala dan seluruh wajahnya. "Ada untungnya juga kamu jadi Putri tidur." Dengan senyum semakin lebar, Deffin sangat senang melihat wajah cantik itu.Sedangkan di bangku kemudi, Roy melirik kaca, untuk melihat kondisi kursi belakang, dia tersenyum merasa bahagia juga melihat senyum di waj
Udara pagi yang terasa dingin, karena diluar langit sedang menangis, seorang perempuan di bawah selimut semakin erat memeluk guling, guling yang sangat nyaman dan harum, padahal terasa keras, namun kenyamanannya bisa menembus hati. Tunggu, sejak kapan guling ini jadi keras dan wangi. Dengan cepat Azkia membuka mata, niat akan mundur dia urungkan, karena terpesona dengan wajah tampan yang sedang tertidur pulas. Mata yang biasanya menatap tajam bagaikan elang, kini telah terpejam. Bulu mata yang lentik layaknya perempuan membuat Azkia tersenyum geli. Lucu sekali, pikirnya.Pandangannya turun ke hidung mancung itu, lalu memandang bibir yang membuat pipinya merona dan jantung yang berdetak kencang itu, dan jangan lupakan rahangnya yang tegas, semakin menggoda Azkia untuk menyentuh wajah milik Deffin. Hingga akhirnya Azkia membelai wajah tampan sempurna itu, meski sekilas, namun mata Azkia tidak bisa berhenti untuk menatapnya. sehingga..."Sudah puas menikmati wajah tampanku," ucap Deffin
Deffin POV. Aku tersenyum ketika merasakan pelukan Azkia semakin erat, kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, namun aku masih malas untuk bangun, ingin rasanya hari ini cuti lagi dan hanya tidur sambil memeluk Azkia seharian, sampai kapan pun aku tidak akan pernah bosan memeluk istri cantikku ini. Kemarin sepulang dari kampus Reynand, kita tidak jadi pergi ke panti asuhan, karena aku mengurung Azkia di dalam kamar hingga saat ini. Jangan tanyakan bagaimana reaksi Azkia ketika sadar jika aku membodohinya lagi, meski ia kesal setengah mati, namun dia tidak akan pernah bisa marah, karena aku selalu punya cara sendiri untuk menjaga suasana hati Azkia agar selalu bahagia. Rasanya aku tidak akan pernah puas memandangi wajah cantik wanita yang berada di dekapanku saat ini, meski usianya tidak muda lagi, namun aku melihatnya, dia tetap seperti gadis kecil yang pemberani, seperti saat pertama kalinya aku berjumpa dengannya. Aku ingat bagaim
Sesuai kesepakatan kemarin malam, pagi ini Azkia akan mengajak Deffin melihat sosok gadis yang akan menjadi calon menantu mereka. Saat ini pasangan suami istri itu sudah berpakaian rapi dan tengah menikmati sarapan mereka di ruang makan."Pagi, Ayah, Bu," sapa Reynand yang baru saja sampai di ruang makan."Pagi," sahut Azkia dan Deffin kompak."Tumben kamu berangkat pagi sekali?" tanya Azkia yang heran melihat Reynand akan berangkat lebih pagi dari biasanya."Iya, Erlena memintaku untuk menjemputnya, mobilnya sedang diperbaiki," sahut Reynand seraya mengambil piring berisi sandwich yang telah disiapkan Azkia."Kenapa tidak minta diantar sopirnya saja?" gerutu Azkia pelan, namun masih bisa didengar oleh Reynand."Ibu, Erlena meminta tolong, dan tujuan kita satu tempat, mana mungkin aku menolaknya? Lagi pula bukannya Ibu sudah menganggap Erlena putri Ibu sendir
Beberapa tahun kemudian... Memiliki anak dengan wajah tampan yang sama memang sebuah anugerah, namun bagaimana jika dia malah menjadi saingan untuk mendapatkan perhatian dari orang yang kita sayang? Seharusnya memang bukanlah masalah, mengingat dia adalah anaknya sendiri, akan tetapi karena sang suami adalah sang tuan posesif, bahkan kelewat posesif, dia menganggap anaknya adalah saingannya, dan setiap hari hanya akan ada rasa cemburu yang menggerogoti hati Deffin, lalu apa solusinya jika seperti ini? Menikahkan anaknya adalah jalan satu-satunya bagi Deffin untuk menjauhkan anak semata wayangnya dengan Azkia, sudah berapa tahun Deffin harus mengalah mendapatkan kasih sayang Azkia yang harus terbagi dengan anaknya, dan Deffin sekarang sudah tidak sanggup lagi untuk menahan rasa kesalnya lebih lama lagi, apalagi sekarang anaknya sudah bisa mengendarai mobil atau motor sendiri, dan itu malah dijadikan kesempatan anaknya untuk mendominasi Azkia. "Pokoknya setelah
Tiga tahun kemudian...Seorang anak lelaki tampak sedang duduk dengan angkuhnya di sofa kamarnya, sorot matanya yang tajam seolah sedang menguliti seorang pelayan yang sedang membersihkan tumpahan makanan yang tidak sengaja terjatuh sebab kakinya yang tersandung karpet mahal yang saat ini sedang dipijaknya."Kau membuat selera makanku jadi hilang!" protes anak lelaki tampan itu, wajahnya sangat tampan dan menggemaskan layaknya anak seusianya, namun tidak dengan sikapnya. Jika tidak ada ibunya di sampingnya, dia langsung berubah jadi iblis kecil yang arogan."Sekali lagi mohon maafkan saya, Tuan Muda," ujar pelayan itu bersimpuh di hadapannya."Saya akan membawakan Anda makanan yang baru, Tuan Muda," lanjutnya dengan suara bergetar sebab ketakutan. Bukan karena anak kecil itu mempunyai kekuatan super hingga membuatnya ketakutan, namun ayah dari anak itu adalah penguasa negara ini, jelas pelayan itu ketakutan karena sudah membuat anaknya kesal.
Tiga bulan kemudian. Setelah pernikahan Erwin dan Ellena yang digelar secara sederhana, selang beberapa hari kemudian Erwin sudah tidak bekerja lagi pada Deffin. Tidak hanya itu, Erwin juga sudah keluar dari dunia gelapnya, dia secara resmi memberikan Black World untuk dipimpin tangan kanannya, namun meski begitu Black World tetap melindungi anggota Wirata Group, sebagai sumpah setianya kepada mendiang kakek Deffin dahulu. Sekarang Erwin hanya fokus kepada bisnisnya yang bergerak di bidang restoran dan perhotelan. Sedangkan Roy tetap bekerja dengan Deffin, dia memutuskan pensiun jika Wirata Group juga sudah berpindah tangan ke tuan mudanya yaitu Reynand Wirata. Namun Deffin juga tidak membiarkan Roy sibuk seperti saat dia masih lajang, Deffin menyuruh Roy untuk memprioritaskan istrinya terlebih dahulu, karena Elma kini sudah hamil tua. Bukan hanya Elma dan Roy yang sedang menanti kehadiran buah hatinya, pasangan Ar
Tiga bulan sudah Ellena bekerja menjadi pengasuh Reynand, jika ditanya apakah Ellena betah kerja di rumah Deffin?Jawabannya pastilah betah, walaupun awalnya Ellena sangat tidak terbiasa dengan sifat posesif Deffin, bukan kepada Reynand, namun kepada Azkia sang istri tercinta.Deffin selalu menampakkan raut wajah 'tak suka jika Azkia terlihat asyik mengobrol dengan Ellena ketika Deffin sudah pulang bekerja. Deffin merasa kesal sebab Azkia sudah puas bersama Ellena dan Reynand mulai pagi hingga sore, namun Azkia masih mencuri waktu untuk mengobrol dengan Ellena di malam hari, padahal seharusnya malam hari adalah waktu giliran untuk bersama Deffin.Seperti saat ini, Deffin langsung mengerucutkan bibirnya ketika melihat Azkia dan Ellena mengobrol santai di teras samping rumah, sedangkan Reynand tampak tertidur pulas di stroller nya."Kau bahkan sekarang sudah lupa menyambutku pulang," ujar Deffin terdengar sinis.Azkia dan Ellena kompak menoleh, Ellena
Setelah puas melampiaskan rasa kesalnya semalaman, akhirnya di pagi buta Erwin memutuskan kembali ke rumahnya, bayangan beberapa kepala yang terputus dari tubuhnya, mampu membuat Erwin menorehkan senyum tipis di wajah tampannya.Melihat para musuh yang mati secara mengenaskan membuat sensasi rasa menyenangkan tersendiri bagi Erwin, apalagi musuh-musuh itu adalah orang yang merugikan bagi masyarakat, maka Erwin merasa dirinya adalah dewa penolong bagi semua orang.Memang benar bisnis Erwin terbilang kotor, selain mengelola banyaknya tempat perjudian dan prostitusi di berbagai negara, Black World juga sering menjual organ dalam manusia kepada orang yang membutuhkan, begitu pun dengan berbagai jenis senjata. Namun mereka dianggap sebagai Robin hood para rakyat bawah, bantuan finansial per bulan yang mereka gelontorkan tidak bisa dikatakan sedikit untuk menghidupi rakyat bawah, terutama orang tua yang sudah uzur.Di saat Erwin sedang asyik mengemudi, ia menger
Azkia merasa menyesal karena tidak menyetujui ide Deffin dari awal untuk mencari jasa seorang pengasuh, ternyata meski hanyamenyetujuinya dan belum mendapatkan pekerjanya, itu berpengaruh besar terhadap Deffin.Deffin kini telah kembali seperti semula, dia malas membawa pekerjaan kantor untuk dibawa pulang ke rumah, baginya di rumah adalah waktunya bersama keluarga, jadi Deffin berusaha secepat mungkin menyelesaikan pekerjaannya di kantor.Jika dalam waktu sebulan ini, setelah membersihkan diri sepulang kerja, biasanya Deffin akan langsung pergi ke ruang kerjanya, dia hanya keluar untuk makan malam, lalu setelah itu dia kembali masuk ke ruang kerja hingga kantuk menyerang. Bukan tanpa alasan Deffin memilih bekerja daripada bersama keluarganya, melihat Azkia yang hanya sibuk dengan Reynand, lalu ikut tidur ketika Reynand juga tidur, hal itu membuat Deffin merasa kesal, namun ia tidak bisa protes sebab melihat ada gurat kelelahan di wajah istrinya, mana tega Deffin
Ada yang bilang jika kita mempunyai bayi, kita akan tahu ketika jam sedang berputar, meskipun saat kita sedang tidur di malam hari, dan itu sekarang telah dirasakan Azkia dan Deffin. Setiap dua jam sekali Reynand akan menangis, entah itu meminta ASI, ataupun merasa tidak nyaman karena popoknya penuh.Selama satu bulan ini Azkia diam-diam selalu tersenyum geli ketika melihat Deffin bangun di tengah malam dan mengganti popok Reynand. Suami posesifnya itu selalu mengomel di pagi hari, hal itu wajar sebab Deffin merasa di nomor duakan, namun saat mengganti popok Reynand, hanya ada pancaran kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya.Jika di pagi hari, Deffin akan terlihat sangat kesal dengan anaknya, dia tidak akan mau menggendong Reynand meski di waktu dia sudah pulang bekerja, itu Deffin anggap sebagai sikap protesnya. Azkia yang biasanya membantu memasangkan dasi, menyisir rambutnya, dan memasangkan sepatu untuknya, sekarang di pagi hari akan selalu sibuk mengurus Reyna