Beranda / Romansa / Tuan Muda Posesif / 7. Kesialan Azkia Part 1

Share

7. Kesialan Azkia Part 1

Pagi yang indah membuat Deffin menyunggingkan senyumnya, teringat gumaman Azkia semalam yang terdengar jelas di Indra pendengarannya.

"Baguslah, sedikit demi sedikit kau akan tertarik denganku, meski aku duluan yang mencintaimu tapi aku ingin kau duluan yang mengatakan mencintaiku, bisa hancur reputasiku jadi pria arogan yang selalu dikejar wanita, mengatakan cinta pada wanita bodoh sepertimu," ujar Deffin dalam hati dengan tersenyum tipis.

"Hei, bangun! Aku mau mandi." Menendang pelan kaki Azkia.

Azkia mengucek matanya, tidak menjawab langsung bangun dan menuju kamar mandi, seperti kemarin menyiapkan keperluan Deffin.

Hari ini masih sama seperti kemarin karena Deffin masih tidak mau berangkat ke kantor, dia lebih memilih kerja di dalam rumah, Sekretaris Roy yang dibuat kelimpungan mengurus perusahaan besar itu.

Meski bosan dengan kegiatannya, Azkia tetap menjalaninya dengan sabar, kadang dia bertanya pada dirinya sendiri, kenapa Deffin menjadikannya istri, dan yang membuat bingung dia menjalani rumah tangganya tidak seperti di novel-novel yang sering dia baca.

Deffin memperlakukannya bagaikan istri kesayangan, tetapi tidak pernah ada kata cinta, yang ada hanya aturan dan perintah otoriternya itu. Bahkan Azkia dilarang melakukan pekerjaan rumah tangga meskipun hanya membersihkan tempat tidur, yang boleh dilakukan hanya melayani Deffin seperti yang tertulis di daftar aturan.

"Dasar tuan muda aneh," ujar Azkia dalam hati.

*******

Hari ke 7 pernikahan.

Tidak terasa sudah seminggu menjalani hubungan sebagai pasangan suami istri,

selama seminggu ini mereka melakukan kegiatan monoton itu, tidak pernah ada obrolan santai meski tubuh mereka saling menempel.

Deffin sebenarnya ingin masuk kerja besok, namun karena ada pekerjaan yang harus dikerjakan di kantor, dengan terpaksa dia berangkat ke kantor.

Braakkk...

Suara berkas dibanting di meja.

"Kalian menyuruhku datang ke kantor untuk melihat presentasi bodoh seperti ini. Rapat hari ini di bubarkan, benahi semuanya." Deffin meninggalkan ruangan rapat, meninggalkan berbagai macam raut wajah karyawannya yang berbeda beda.

Roy mengikuti Deffin menuju ruangannya. "Ada apa denganmu tuan muda? Kenapa moodmu buruk sekali," gumam Roy dalam hati.

Setelah memasuki ruangannya sendiri, Deffin duduk lalu menandatangani berkas-berkas di meja.

"Apalagi jadwalku hari ini?"

"Jam 10 kita bertemu dengan CEO Brawijaya di Cafe Beloved untuk membahas proyek mall baru di kota Burbank, dan nanti malam ada jamuan makan malam dengan kolega dari Jepang, itu saja Tuan."

"Kau ajak saja asistenmu, aku malas keluar," jawabnya acuh. "Kenapa aku tidak bersemangat kerja aku sangat rindu gadis bodoh itu. Sedang apa dia sekarang?" Batin Deffin.

Deffin sedang tenggelam memikirkan Azkia, tidak menggubris Roy yang pamit mengundurkan diri, cukup lama berpikir bagaimana caranya bertemu dengan Azkia, sedangkan berkas yang dia periksa sangat menggunung di mejanya.

Setelah menemukan ide dia kembali lagi ke pekerjaannya, dengan cepat dia akan menyelesaikannya sebelum waktu makan siang, karena akan ada kejutan hari ini yang dia berikan ke Azkia.

******

Di rumah.

Azkia sedang berolahraga di ruang fitnes. Saat ini dia menggunakan celana training panjang dan kaos oblong putih. Peluh membanjiri wajahnya, jam sudah menunjukkan angka setengah 12, berarti kurang lebih 2 jam dia di sini.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu, dengan segera dibukanya, terlihat bik Mur berdiri dengan membawa ponsel serta rantang makanan.

"Nona, tuan muda ingin berbicara dengan Anda." Menyerahkan ponsel ke Azkia.

"Halo sayang ada apa?" Setelah menempelkan benda pipih itu di telinganya.

"Antar makan siang ke kantor, waktumu hanya 20 menit, jika terlambat kau terima hukuman dan tugas baru." Deffin langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban Azkia, dia sudah tidak tahan lagi untuk tidak tersenyum.

Sedangkan Azkia bagaikan disambar petir. "Dasar tuan muda gila," umpat hatinya.

Bik Mur menyerahkan bekal yang dibawanya, dengan cepat Azkia mengambilnya setelah mengembalikan ponsel milik bik Mur.

Dia berlari dengan tergesa-gesa, untung di depan gerbang ada pelayan yang baru turun dari motor, dengan segera Azkia menuju motor itu dan menyuruh sopir untuk mengantarnya ke perusahaan Wirata Group.

Azkia tidak mempedulikan sopir yang menunggu di samping mobil, yang sudah disiapkan untuk mengantarnya. Baginya naik motor lebih cepat karena perjalanan menuju ke kantor bisa ditempuh 15 menit dengan motor, jika pakai mobil takut macet.

Azkia tidak mempedulikan penampilannya, rambut yang digerai dengan mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, membuat rambut indahnya kusut.

"Gara-gara ancaman itu, aku tidak sempat ganti baju dan berdandan, dasar tuan gila," gumam Azkia dalam hati.

Kesialan Azkia tidak sampai disitu. Tiba-tiba saja motor yang ditumpanginya mogok, padahal tinggal sedikit lagi sampai tinggal masuk pelataran kantor, akhirnya dengan terpaksa Azkia lari.

Dari arah belakang ada mobil melaju kencang dan di samping Azkia ada kubangan air hujan, karena Azkia tidak bisa menghindari, dia terkena cipratan air itu, bajunya jadi kotor dan basah, beruntung dia membawa makanan di tangan kirinya jadi rantang itu bersih.

Namun Azkia tidak sampai mau berpikir jika nanti akan diusir jika sampai kantor, yang terpenting jangan sampai dia dihukum dan dikasih tugas aneh nantinya.

Setelah sampai Azkia langsung masuk menuju lobby dan menuju meja resepsionis, tidak peduli pandangan aneh para karyawan, orang gila dari mana yang berani masuk kantor terbesar negeri ini. Pikir mereka kompak.

"Nona, saya mau bertemu dengan tuan Deffin, mau antar makan siangnya, di mana ruangannya?" Ucapnya sambil menunjukkan rantang yang dia bawa.

Keempat resepsionis itu memandang menelisik wanita dengan pakaian kotor, dan penampilan amburadulnya.

"Anda siapa, tuan Deffin tidak ada," dusta salah satu resepsionis sok cantik itu.

"Saya istrinya, tadi dia minta dibawakan makan siang, kalau tidak ada ya sudah, tolong ini nanti diberikan kepada orangnya." Meletakkan rantang itu di meja resepsionis.

"Tidak mau!! Enak saja, dasar wanita gila, ngaku ngaku istri tuan Deffin, tuan Deffin sama aku saja tidak mau melirik apalagi menjadikan wanita gembel kayak kamu jadi istri, jangan mimpi!!!"

"Meski aku sudah tahu tuan Deffin sudah menikah, dan wanita ini dilihat tetap cantik meski penampilannya berantakan, tapi tidak mungkin dia istrinya," lanjut sang resepsionis dalam hati.

"Ya sudah saya akan antar sendiri keruangannya." Azkia lalu beranjak akan menuju lift, dia akan mencari sendiri ruangan suaminya.

Namun langkahnya dengan cepat dihadang resepsionis tadi, sedangkan ketiga resepsionis lainya hanya menonton tidak mau ikut campur masalah ini, mereka juga jengah dengan sikap sok berkuasa temannya tersebut.

Tanpa aba-aba resepsionis itu mengambil dan membanting rantang itu hingga isinya keluar berantakan.

"Dibilangin tuan Deffin tidak ada masih mau maksa masuk, dasar wanita gila." Tangan resepsionis sudah menggantung di udara siap menampar pipi mulus Azkia.

Namun dengan sigap ditangkap Azkia, dengan lihainya Azkia menusukkan kuku panjangnya ke kulit tangan resepsionis itu, tidak ada yang menyadari tindakan Azkia, meski terlihat sang resepsionis meringis kesakitan, bagi mereka yang melihat itu mengira hanya pura-pura, karena Azkia terlihat cuma seperti memegang saja.

Sampai adegan itu dibuyarkan dengan suara bariton menyeramkan.

"Ada apa ini?!!!"

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status