Mobil sampai di depan gerbang yang menjulang tinggi, setelah dibuka terlihat taman yang indah dan luas, pemandangan itu seolah menghipnotis Azkia yang tidak bisa berhenti mengagumi ciptaan Tuhan yang indah itu. Mobil berhenti di pelataran rumah mewah itu.
"Ayo turun, kau mau tidur di dalam mobil," ketus Deffin.
Tanpa menjawab Azkia keluar mobil, semakin takjub dengan rumah besar yang menjulang tinggi itu. "Mungkin seperti ini yang namanya istana," gumamnya.
Dia mengikuti langkah Deffin, sedangkan Roy berjalan di belakangnya. Tepat di depan rumah banyak orang berseragam pelayan dan pengawal berbaris rapi, mereka kompak menundukkan kepala dan mengucapkan selamat datang atas kedatangan tuan dan nona mudanya.
"Tuan muda, kamar tamu sudah siap," ucap salah satu dari dua pelayan wanita, setelah mereka memasuki rumah.
"Apa!!! Kalian bodoh atau apa, siapa yang menyuruh kalian menyiapkan kamar tamu, mana ada suami istri tidur terpisah!" Ucap Deffin berteriak marah.
Dua pelayan itu menunduk dan tubuhnya terlihat bergetar. Kepala pelayan sedang sakit dia izin pulang kerumahnya. Mereka berinisiatif sendiri membersihkan kamar tamu karena akan ada tamu spesial itu yang didengar dari Sekretaris Roy. Mereka mana tahu yang datang adalah nona mudanya.
"Roy ganti pelayan utama, aku tidak mau dilayani orang bodoh," perintahnya.
"Baik tuan, maafkan kelalaian kami." Sambil menundukkan kepala. "Lagi pula mereka tidak akan percaya anda akan membawa seorang istri, karena alergi anda terhadap wanita, dan karena permintaan anda yang semuanya mendadak, aku belum sempat mengkonfirmasi semua pelayan tentang nona, semoga tidak akan ada kesalahan lagi setelah ini," gumam Roy di dalam hati.
"Dasar aneh yang bodoh dirimu tuan muda, mana ada yang tahu kalau kau sudah menikah, meski surat nikah sudah di rumah, pelayanmu mana tahu, aku saja yang jadi pengantinmu belum tanda tangan," gerutu Azkia dalam hati.
Lalu seorang pelayan yang berpakaian lebih seksi datang mendekat, entah karena tubuhnya atau seragamnya yang kekecilan, lekuk tubuhnya terlihat menonjol di bagian tertentu.
"Tuan muda makan malam sudah siap," suara serak-serak nyungsep terdengar menggoda.
Tanpa menjawab Deffin menarik tangan Azkia menuju ruang makan. Dan lagi-lagi hal mengejutkan terjadi, setelah Deffin melihat menu di atas meja makan.
Praankkk.....
Suara piring mangkok kaca semua pecah, semua yang di atas meja jatuh berceceran hanya dengan sekali gerakan menarik taplak meja makan.
Semua terkejut para koki dan pelayan heran, biasanya tuan muda tidak masalah jika menu yang tersaji semuanya seafood. Sedangkan Roy hanya menghela napas. "Huh, kenapa momennya pas, sial!" Umpatnya.
"Kalian mau membunuh istriku!!! Kenapa semua menunya seafood. Dasar bodoh kalian semua," geramnya. Sontak semua meminta maaf lalu mereka dengan cepat membersihkan kekacauan di ruang makan, para koki langsung memasak menu lain.
"Aku hanya tidak suka seafood, tapi tidak akan keracunan jika memakannya apalagi sampai mati. Dasar tuan muda ini tidak hanya mengerikan tapi juga aneh. Tapi dari mana dia tau aku tidak suka seafood ...." Pikir Azkia.
Lalu mereka bertiga keluar, sedangkan di dapur pelayan seksi tadi mencibir yang suaranya sampai terdengar ketiga orang itu.
"Huh, gadis kampungan kayak gitu dijadikan istri, mana pakaiannya lusuh wajahnya kucel, masih mending aku kemana-mana, jangan-jangan dia pakai pelet." Sedangkan pelayan yang lain tampak tidak menggubris, semua sibuk dengan pekerjaan sendiri.
Pyaarr...
Suara gelas pecah yang sebelumnya mendarat di punggung pelayan seksi tadi, dia menoleh merasakan sedikit sakit di punggungnya, tapi lebih mengejutkan tuan muda yang selama ini dia coba dekati yang telah melakukannya.
"Robek mulutnya Roy, beraninya telah mencela istriku!!!" Teriak Deffin marah. "Dan buang dia ke pedalaman negara lain, aku tidak Sudi satu negara dengan dia." Perintah yang tidak bisa dibantah.
Sang sekertaris langsung mengeluarkan pisau lipat di sakunya.
Srrreett..
Tidak terlalu lebar tapi cukup menyakitkan, ini biasa terjadi, penyiksaan fisik kesalahan pelayan seperti tradisi yang diciptakan kakek Deffin, tangan Roy lah yang menghukum mereka, karena sejak kecil Roy di didik langsung oleh kakek Deffin.
Deffin tidak pernah turun tangan sendiri melakukan kekerasan, kecuali orang itu benar-benar kurang ajar. Dia hanya akan memerintah Roy, sekarang dia memberikan peringatan kepada semua para pelayan agar bersikap semestinya, sedikit saja menyakiti entah hati atau fisik istrinya dia tidak segan-segan melenyapkan nyawa orang itu.
Inilah konsekuensi mendapat gaji tinggi, melakukan pekerjaan tanpa cacat sedikitpun adalah sebuah kewajiban. Meski terkenal tuan muda kejam, masih banyak yang mengantri menjadi pelayan disini. Gaji 5 kali lipat dari pelayan umumnya itulah alasan mereka. Mana ada yang berani lapor, perjanjian tertulis di atas kertas malah bisa menuntut balik. Jika sudah tidak kuat lebih baik angkat kaki.
Deffin sedikit lebih baik dari kakeknya, dia masih mempunyai hati, sedikit tidak tega jika berlebihan menyiksa orang, mungkin itu salah satu sifat baik yang menurun dari ibu dan neneknya.
Deffin langsung menarik tangan Azkia yang tercengang melihat kejadian itu, Azkia ingin protes dan marah namun dia urungkan, karena takut dengan sosok tuan kejam itu.
Sampai di kamar Deffin langsung pergi ke kamar mandi meninggalkan Azkia yang mengagumi kamar mewah tersebut. Tidak lama selesai mandi dia keluar, lalu menyuruh Azkia mandi.
Azkia melewati pintu yang sama, yang dimasuki Deffin tadi. Ternyata itu walk in Closet, dan dia bisa melihat semua pakaian mahal tertata rapi yang sudah di siapkan untuk dirinya, bersebelahan dengan pakaian mahal milik Deffin. Lalu dia membuka pintu lagi menuju kamar mandi.
Cukup lama Azkia mandi, dia berendam selama 20 menit untuk menghilangkan stres dengan kejadian yang dialami hari ini. Setelah ganti baju dia keluar, tidak tampak Deffin di kamar, lalu dia menuju meja rias, sudah tersedia skincare dan kelengkapan makeup mahal lainnya.
Ketika hendak mengoleskan cream yang sudah berada di jarinya.
"Stop!" suara Deffin mengejutkannya. Azkia menoleh bertanya kenapa dengan sebuah isyarat.
"Jangan pernah berdandan berlebihan, apalagi ketika tidak ada aku," ucapnya. Azkia hanya mengangguk lalu melanjutkan kegiatan lnya hanya menambah sedikit bedak dan mengoleskan sedikit lipstik dia sudah selesai. "Emang aku tidak suka berdandan berlebihan," kata Azkia dalam hati.
"Ayo turun kita makan." Setelah melihat Azkia selesai dengan urusan nya, lagi-lagi Azkia hanya menurut, jikalau dengan menurut nyawanya bisa aman maka akan dia lakukan.
"Tidak sia-sia akting menurut dan lemahku selama ini menghadapi mantan keluargaku, ternyata di sini tetap harus digunakan," kata hatinya bangga dengan usahanya memanipulasi haha.
Setelah makan mereka kembali ke kamar, sekarang Deffin dan Azkia duduk di sofa, di tangan Deffin ada 2 amplop.
"Cepat tanda tangani surat nikah kita." Melemparkan amplop di pangkuan Azkia, dengan cepat dibuka dan ditanda tangani. setelah selesai lalu Deffin melemparkan amplop ke 2.
"Baca dan lakukan semua tugas dan peraturan itu, jika ada yang terlewat aku hukum kamu." Peringatnya dengan senyum devil lalu dia menuju ranjang dan tidur, meninggalkan Azkia yang bergidik ngeri, teringat hukuman yang diberikan ke pelayan tadi.
Dengan cepat dia membuka dan membaca satu persatu, tercengang dengan mata melotot dan bibir sedikit terbuka, melihat aturan dan tugas yang harus dilakukan sedetail itu. Dia merebahkan diri di sofa terasa lemas seluruh badannya.
Sebenarnya aku di jadikan istri atau pelayan sih..mengapa nasibku seperti ini hiks..hiks Berbicara dan menangis tanpa suara, dia menghafal semuanya hingga terlelap.
Bersambung.
Di sinilah dia tumbuh, Rumah mewah di tengah perkebunan buah yang luas, rumah yang seharusnya sepi karena tanah ribuan hektar ini hanya milik kakek Deffin, akan tetapi malah banyak macam-macam mobil yang melewati kawasan ini, bukan untuk berbisnis tentang buah. Namun, surga dunia yang dicari mereka.Rumah mewah berlantai tiga ini memiliki larangan, yaitu haram untuk semua orang menginjakkan kaki di lantai tiga, termasuk kakek Deffin sang pemilik rumah. Yang boleh menaikinya hanya Deffin sang pemilik kamar, Bik Mur sang kepala pelayan, dan nenek Deffin ketika dia masih mengasuh Deffin kecil. Jadi hanya Bik Mur yang membersihkan seluruh lantai tiga dan dia juga yang mengantar makanan Deffin, karena sekalipun Deffin tidak pernah menginjakkan kaki di bawah terutama lantai dua. Di lantai tiga, hanya ada dua ruangan dan kolam renang, satu ruangan kamar Deffin, satunya lagi adalah tempat olahraga yang memiliki fasilitas lengkap. Lantai dua adalah kekuasaan kakek dan wanita penghiburnya, buk
Deffin terbangun karena mimpi menjijikkan itu hadir, hingga isi perutnya bergejolak minta dikeluarkan. Namun, saat beranjak dari tempat tidurnya untuk menuju kamar mandi, dia melihat wanita cantik yang tertidur dengan wajah damai, meskipun posisi tidurnya terlihat tidak nyaman di atas sofa. "Entah mengapa hanya melihatmu rasa mualku tiba-tiba saja hilang, biasanya tubuhku sampai lemas karena muntah jika mengingat lagi tentang kejadian sialan itu," gumam Deffin. Deffin berjalan menuju sofa, memandangi wajah cantik itu lalu menggendongnya ala bridal style menuju ranjangnya, membaringkan tubuh wanita itu dengan perlahan, tak lupa ia juga mencuri ciuman di kening wanita itu. Deffin melihat jam di dinding, ternyata dia baru tertidur selama dua jam. "Sekarang kamu temani aku tidur di sini, besok sebelum pagi aku akan kembalikan kau ke sofa, untung saja aku sudah buat peraturan tentang tidur." Deffin tersenyum lega, lalu ia membaringkan diri di samping wanita itu, dengan erat dia memeluk t
Pesta pernikahan telah usai, kini mereka berdua berada di dalam kamar presidential suite room di salah satu hotel mewah milik Deffin."Haduh ... kenapa aku jadi deg-deg an, nggak mungkin kan dia minta jatah malam pertama, idih ... amit-amit kalau sampai kejadian, meski perlakuannya sedikit menggoyahkan hatiku, tapi tidak secepat ini dia bisa mengelabuhiku," gumam Azkia yang sudah selesai mandi sedari tadi, namun dia gugup untuk keluar kamar mandi."Hei kau sedang mandi apa bertapa, sedari tadi tidak keluar," suara mengglegar Deffin disertai gedoran pintu yang cukup keras.Ceklek..Pintu terbuka, Azkia keluar sudah memakai piyama lengan panjang. Dia tidak menjawab hanya menundukkan kepala, pikiran dan hatinya sedang kacau, takut akan terjadi sesuatu malam ini.Dengan santainya Deffin membuka lilitan handuk yang membungkus rambut di kepala Azkia, dada Azkia semakin berdegup kencang
Pagi yang indah membuat Deffin menyunggingkan senyumnya, teringat gumaman Azkia semalam yang terdengar jelas di Indra pendengarannya."Baguslah, sedikit demi sedikit kau akan tertarik denganku, meski aku duluan yang mencintaimu tapi aku ingin kau duluan yang mengatakan mencintaiku, bisa hancur reputasiku jadi pria arogan yang selalu dikejar wanita, mengatakan cinta pada wanita bodoh sepertimu," ujar Deffin dalam hati dengan tersenyum tipis."Hei, bangun! Aku mau mandi." Menendang pelan kaki Azkia.Azkia mengucek matanya, tidak menjawab langsung bangun dan menuju kamar mandi, seperti kemarin menyiapkan keperluan Deffin.Hari ini masih sama seperti kemarin karena Deffin masih tidak mau berangkat ke kantor, dia lebih memilih kerja di dalam rumah, Sekretaris Roy yang dibuat kelimpungan mengurus perusahaan besar itu.Meski bosan dengan kegiatannya, Azkia tetap menjalaninya dengan sabar, kadang dia bertanya pada
Siang hari mencekam di kantor Wirata group. Dengan segera Azkia melepaskan cengkramannya di tangan resepsionis wanita tersebut. Setelah mendengar kalimat dengan suara menyeramkan. "Ada apa ini?!!!" Suara Roy yang menggelegar membuat semua orang menciut. Azkia menoleh dengan memasang wajah sok polosnya. Dia hanya diam tidak berniat untuk menjawab, dengan sekuat tenaga dia meredam rasa kesal yang sudah berada di ubun-ubun kepalanya. Roy berjalan mendekat, sejenak ia melihat staf resepsionis yang sedang menggosok pelan tangannya sambil sedikit meringis. Lalu pandangannya beralih ke Nona Mudanya, dia terkejut melihat apa yang sudah terjadi dengan Nona Muda? pikirnya."Nona muda." Roy menundukkan kepala, menyapa sopan Azkia. Melihat ada rantang makanan berserakan di lantai, Roy tahu apa yang harus dilakukan tanpa menunggu Azkia berbicara. "Mari ikut saya." Menggerakkan tangannya sebagai isyarat agar Azkia mengikuti, Roy berjalan di depan, dia menekan sesuatu di telinganya. "Bereskan
Kini mereka sudah berada di mobil yang dikemudikan oleh Roy, perjalanan yang ditempuh cukup jauh. Azkia yang sedari tadi bertanya mau ke mana, tapi sama sekali tidak ada yang mau menjawabnya. Karena perut terasa kenyang, dan perjalanan membosankan yang tidak ada percakapan sama sekali, akhirnya rasa kantuk menyerang Azkia, kepalanya hingga terantuk kaca jendela mobil. Namun, dia sama sekali tidak terganggu karena rasa nyamannya udara di dalam mobil. "Dasar gadis bodoh," ucap Deffin seraya tersenyum tipis, lalu ia mengarahkan kepala Azkia ke pahanya dan memposisikan kaki Azkia dengan benar hingga terlihat terasa nyaman. Dengan lembut dia mengelus rambut panjang itu dan mencuri ciuman mulai dari ujung kepala dan seluruh wajahnya. "Ada untungnya juga kamu jadi Putri tidur." Dengan senyum semakin lebar, Deffin sangat senang melihat wajah cantik itu.Sedangkan di bangku kemudi, Roy melirik kaca, untuk melihat kondisi kursi belakang, dia tersenyum merasa bahagia juga melihat senyum di waj
Udara pagi yang terasa dingin, karena diluar langit sedang menangis, seorang perempuan di bawah selimut semakin erat memeluk guling, guling yang sangat nyaman dan harum, padahal terasa keras, namun kenyamanannya bisa menembus hati. Tunggu, sejak kapan guling ini jadi keras dan wangi. Dengan cepat Azkia membuka mata, niat akan mundur dia urungkan, karena terpesona dengan wajah tampan yang sedang tertidur pulas. Mata yang biasanya menatap tajam bagaikan elang, kini telah terpejam. Bulu mata yang lentik layaknya perempuan membuat Azkia tersenyum geli. Lucu sekali, pikirnya.Pandangannya turun ke hidung mancung itu, lalu memandang bibir yang membuat pipinya merona dan jantung yang berdetak kencang itu, dan jangan lupakan rahangnya yang tegas, semakin menggoda Azkia untuk menyentuh wajah milik Deffin. Hingga akhirnya Azkia membelai wajah tampan sempurna itu, meski sekilas, namun mata Azkia tidak bisa berhenti untuk menatapnya. sehingga..."Sudah puas menikmati wajah tampanku," ucap Deffin
Sudah seminggu Azkia sibuk mendesain baju, dia akan melakukan hobi yang sedari kecil disukainya hanya ketika Deffin tidak di rumah, sebab tuan muda gila itu selalu bisa membuat Azkia sibuk melayaninya. "Hiks... tanganku lama-lama bisa keriting, dikit-dikit minta pijit. Hari ini aku butuh hiburan, lebih baik aku mengunjungi panti, sebelumnya aku harus ke mall dulu cari oleh-oleh." Azkia akhirnya menemukan semangat lagi, bergegas dia bersiap-siap untuk segera pergi. Deffin sudah berangkat ke kantor setengah jam yang lalu, jadi dia harus mengirimkan pesan untuk meminta izin. Izin sudah dikantongi dengan bahagia dia menuruni tangga, namun ketika sampai di luar, ada dua pengawal yang siap mengikutinya, membuat Azkia jadi tidak seantusias tadi. "Silahkan lakukan apa saja sesukamu tuan aneh, aku pun akan menggunakan uangmu dengan seenaknya sebagai gantinya," ucap hatinya dengan tersenyum devil. ********** Azkia sudah sampai di mall, dia langsung menuju toko yang menjual pakaian dan main