Home / Romansa / Tuan Muda Posesif / 5. Pernikahan

Share

5. Pernikahan

Deffin terbangun karena mimpi menjijikkan itu hadir, hingga isi perutnya bergejolak minta dikeluarkan. Namun, saat beranjak dari tempat tidurnya untuk menuju kamar mandi, dia melihat wanita cantik yang tertidur dengan wajah damai, meskipun posisi tidurnya terlihat tidak nyaman di atas sofa.

"Entah mengapa hanya melihatmu rasa mualku tiba-tiba saja hilang, biasanya tubuhku sampai lemas karena muntah jika mengingat lagi tentang kejadian sialan itu," gumam Deffin.

Deffin berjalan menuju sofa, memandangi wajah cantik itu lalu menggendongnya ala bridal style menuju ranjangnya, membaringkan tubuh wanita itu dengan perlahan, tak lupa ia juga mencuri ciuman di kening wanita itu.

Deffin melihat jam di dinding, ternyata dia baru tertidur selama dua jam. "Sekarang kamu temani aku tidur di sini, besok sebelum pagi aku akan kembalikan kau ke sofa, untung saja aku sudah buat peraturan tentang tidur." Deffin tersenyum lega, lalu ia membaringkan diri di samping wanita itu, dengan erat dia memeluk tubuh itu, membenamkan wajahnya ke ceruk leher wanita itu, untuk menghirup wangi aroma tubuh yang sudah menjadi candunya ketika pertama kali bertemu.

Karena rasa gengsinya yang besar, sebab tidak ingin kalau sampai dia terlihat tergila-gila dengan Azkia, ia takut bisa jatuh nanti harga dirinya.

Sesuai perkataannya Deffin terbangun sebelum Azkia bangun, lalu mengembalikan Azkia ke sofa. Sedangkan Azkia tidurnya sama sekali tidak terusik, ruangan yang nyaman membuat tidurnya bagaikan orang mati, berbeda dengan suasana kamarnya yang ada di rumahnya, lebih tepatnya di sebut gudang yang sempit, pengap dan banyak nyamuk.

Sampai suara Deffin akhirnya merusak mimpi indahnya.

"Hei bangun, sampai kapan kamu mau tidur, kamu lupa hari ini acara pernikahan kita?" ketusnya.

Azkia mengerjapkan matanya ketika silau cahaya matahari menembus lewat jendela, lalu dia duduk melihat Deffin berdiri dengan pakaian yang sudah rapi.

"Maaf," cicitnya.

"Ingat semua aturan yang sudah aku buat, mulai sekarang lakukan semuanya. Jika sampai ada yang terlewat dan kalau kamu memprotes atau membantah kata-kataku, aku akan menambah tugasmu. Tapi, jika kamu dalam seminggu ini patuh, maka aku akan perbolehkan kamu sekali-kali keluar rumah dan akan aku kasih hadiah yang selama ini kamu impikan."

Ucapan Deffin membuat rencana untuk kabur di otak cantik Azkia buyar seketika, dia sedikit tergiur dengan tawaran Deffin. Tanpa berpikir panjang, Azkia langsung mengangguk antusias dengan senyuman manis yang mengembang.

"Kalau begitu cepat mandi, setelah sarapan kita berangkat ke hotel."

"Baik, Sayang." Meskipun ucapan itu sangat menggelikan di bibir Azkia, tapi karena ini adalah peraturan yang wajib dijalani, Azkia harus bisa menahannya.

Dengan cepat Azkia langsung menuju kamar mandi, meninggalkan Deffin yang sedang tersenyum tipis.

"Untuk sementara aku batalkan niatku untuk kabur, kita lihat saja apa hadiah yang akan ia berikan, meski banyak tugas dan peraturan aneh itu tidak masalah, anggap saja aku sedang berterima kasih karena telah mengeluarkanku dari keluarga sialan itu," batin Azkia.

"Beruntung aku memiliki bakat akting yang bagus," lanjut Azkia bergumam dalam hatinya seraya menuju kamar mandi.

Sambil mandi dia memikirkan cara agar mimpi memiliki sebuah butik bisa terwujud, apakah dia akan mendapatkan uang karena menjalani hidup sebagai pelayan pribadi berkedok istri tuan muda ini? Entahlah, tunggu saja sampai seminggu ini.

***

Setelah selesai bersiap mereka turun untuk sarapan, di dekat anak tangga terakhir, ada wanita berusia lima puluh lima tahun sedang menunggu mereka.

"Selamat pagi Tuan dan Nona muda." Sambil menundukkan kepala. "Saya Bik Mur, Nona. Kepala pelayan di rumah ini," ucapnya sopan ketika melihat wajah penasaran dari Azkia.

"Selamat pagi, Bik Mur," sahut Azkia ramah dengan senyuman manis miliknya. Lalu bik Mur mengantar mereka menuju ruang makan.

"Sudah waktunya Erwin membantu Bik Mur, setelah masa cutiku habis, suruh dia masuk." Deffin berbicara kepada Bik Mur, tapi pandangannya tak lepas dari kegiatan Azkia yang sedang mengambilkan makanan untuk Deffin. Azkia sedang menjalankan tugas pertamanya sebagai seorang istri.

"Baik Tuan muda." Menundukkan kepala, lalu undur diri.

Terlihat Azkia makan dengan lahapnya, semua makanan kesukaannya tersedia di atas meja. Kemarin Roy sudah memberikan daftar makanan kesukaan Azkia kepada koki, jadi tidak akan pernah absen, akan ada menu silih berganti yang semuanya favorit Azkia.

Deffin yang melihatnya tersenyum tipis. "Akan kulakukan semua yang membuat dirimu betah hidup denganku," gumamnya dalam hati.

***

Acara pernikahan telah dimulai. Azkia tercengang ketika memasuki ruangan yang diadakannya pesta pernikahannya. Hotel termegah itu menyulap salah satu ruangannya menjadi tempat impian pernikahan Azkia.

Azkia melingkarkan tangannya ke lengan Deffin, ini adalah aturan selanjutnya ketika keluar dari kamar, mereka harus menunjukkan kemesraan di mana pun mereka berada, sekalipun mereka sedang berada di rumah, Azkia akan selalu menempel ke Deffin.

Sekarang sudah memasuki sesi bersalaman dengan para tamu, sempat para tamu yang membawa pasangan perempuan tidak percaya, kalau pasangannya boleh bersalaman dengan Deffin.

Deffin yang tidak mau bersentuhan dengan wanita, hari ini telah memperbolehkannya. Di depan para media, sontak kini telah menjadi topik hangat saat ini.

"Akhirnya Tuan Muda bisa bersikap normal, meski sekarang dilihat cukup sangat menggelikan dengan posisi mereka seperti itu. Meskipun terlihat kurang sopan, tapi orang kaya bebas, malah mereka terlihat semakin mesra, hehe..." gumam Sekretaris Roy ketika melihat Tuan Mudanya yang berada di belakang Azkia, dengan posisi memeluk erat seraya mendaratkan kepalanya di bahu Azkia.

Hal itu tentu membuat para tamu memuji keromantisan sikap Tuan Muda Deffin.

Sedangkan di atas pelaminan.

"Seperti ini contoh mesra di hadapan orang, jangan cuma gandengan tangan saja, kita akan tetap seperti ini sampai acara selesai, ini jadi pelajaran buat kamu biar selalu ingat, mengerti!" bisik Deffin di telinga Azkia.

Padahal ini hanya alibinya biar Deffin tidak merasa mual, harum tubuh Azkia seolah menjadi tameng macam-macam aroma parfum perempuan, agar tidak ada satu pun yang tercium di hidung Deffin hingga membuatnya mual.

Tadi Deffin juga sempat melarang Azkia menggunakan parfum ketika akan berangkat menuju hotel. Namun, karena parfum yang dipegang Azkia sudah terlanjur tersemprot, tapi anehnya Defiin tidak merasa mual, padahal itu parfum umum yang digunakan perempuan lain yang tentu membuat dirinya pasti akan mual.

Setelah dipikirkan ternyata kuncinya hanya Azkia. "Seharusnya kita bertemu lebih awal, jadi aku tidak perlu repot-repot ke dokter ahli di berbagai negara untuk menyembuhkan penyakit aneh ini," gumam hati Deffin.

Sedangkan Azkia hanya menganggukkan kepala ketika Deffin berbisik di telinganya, dalam hatinya dia mencibir, "Dasar tuan muda aneh."

Namun, dalam hati ia berharap, semoga setelah ini, ia akan menjalani kehidupan dengan bahagia. Melihat apa yang diimpikan tentang pesta pernikahan ala-ala kerajaan negeri dongeng terwujud, Azkia yang sekarang sedang mengenakan gaun ala tuan putri Disney, jadi memiliki harapan kembali untuk hidup dengan bahagia.

Andaikan Deffin melakukan semua ini karena cinta, mungkin dengan senang hati Azkia akan membuka pintu hatinya, yang selama ini tidak pernah ada yang bisa mengetuk hatinya, termasuk mantannya.

***

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Margaretta Pondaag
ceritanya cukup menarik
goodnovel comment avatar
Alden Kenzie
Sy suka, alurny bgs bgt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status