Share

5-SENJATA MAKAN TUAN

SENJATA MAKAN TUAN

Yasmin menatap sajian menu sarapan berobat pencahar di hadapan dengan tatapan ngeri, tak mungkin dirinya berterus terang karena itu sama saja bunuh diri. Kariernya sebagai jongos keluarga yang murah hati akan timit alias tamat, dan ia tidak mau hal itu terjadi.

"Kenapa gak dimakan? Jangan bilang kamu kenyang, karena pelayan di rumah ini jam sarapannya sudah dijadwal Bu Rahayu yaitu setengah jam lagi."

Yasmin bergeming menelan saliva, keringat yang tak henti mengucur disekanya dengan telapak tangan.

"Woii, Mimin! Kok bengong?"

"Eh maaf, Tuan. Saya ... saya sebenarnya lagi diet karbo." Yasmin mengeles.

"Diet mau ngecilin apa? Badan tipis kaya lidi kaya gitu, sok-sok'an diet. Udah, ah, jangan banyak alasan ayo buruan makan! Aku niat baik loh, sengaja suruh kamu masak sarapan ya untuk diri kamu sendiri. Aku mau memastikan semua yang bekerja di rumah ini cukup gizi, gak kaya kamu peot."

Gagah tidak tinggal diam, ia langsung mengambil sendok lalu menyiduk nasi goreng dan mengarahkannya ke mulut Yasmin yang terkatup rapat.

"Makan atau—"

"Jangan pecat saya, Tuan." Yasmin yang ketakutan pun mengambil alih sendok dan kemudian makan dengan lahap dengan tangannya sendiri.

Gagah duduk di tepi meja sambil melipat kedua tangannya di depan dada, dalam hatinya ia bisa menebak bahwa sebentar lagi pelayannya itu akan mengalami sesuatu akibat ulahnya sendiri.

Dugaannya tepat, di saat nasi goreng dan jeruk peras hangat di gelas sisa setengah, wajah Yasmin berubah merah. Kedua tangannya meremas perutnya yang terasa mulas.

Berlagak bloon seolah tidak tahu apa-apa, Gagah bertanya kenapa kok Yasmin menghentikan makannya.

Alih-alih menjawab, Yasmin bangkit dan berlari memasuki toilet sesaat setelah meminta izin pada Gagah.

"Rasain, senjata makan tuan!" gumam Gagah seraya berjalan menuju depan toilet, menekan saklar ke posisi OFF. "Selamat cebok pakai tisue kamu, Mimin! Haha, suruh siapa kamu main-main sama aku."

Dengan senyum mengembang sempurna, Gagah kembali ke atas peraduan. Menarik selimut hingga batas leher. Si tuan muda mencoba untuk melanjutkan tidurnya yang terjeda iklan obat pencahar.

Broooooooot! Prooooot! Prooooot!

Suara misteri dari dalam kamar mandi membuat Gagah bergidik jijik. Sementara Yasmin meringis kesakitan, meremas perutnya yang melilit.

Belum ada 5 menit Gagah menutup mata, tiba-tiba dari dalam toilet suara cempreng Yasmin terdengar.

"Tuaaaaaan, ini gimana nyalain keran air buat ceboknya, Tuaaann?"

Mendengar teriakan Yasmin, Gagah tertawa tanpa membuka matanya.

"Wooiii, Tuaaann. Tuan sengaja ya, ngerjain saya?"

"Tuan mudaaa, tolongin saya, Tuan. Duh ini udah lengket, Tuan. Saya tahu Tuan sengaja matiin airnya, jangan gitu Tuan!"

"Huaaaaa, Tuan ... ampun, Tuan! Saya ngaku salah, tolong nyalain keran airnya Tuan. Mustahil saya keluar dari kamar mandi tanpa cebok, duh ini udah lengket."

"Tuan nyebelin, ih. Tega banget sama saya, kan saya udah ngaku salah. Saya janji gak akan coba-coba jahatin Tuan lagi, ampuuun!"

Di balik selimut tawa Gagah berderai, saking puasnya lelaki itu sampai sakit perut.

Suasana kemudian menjadi hening, rupanya Yasmin pasrah dengan tisu seadanya untuk membersihkan bawahannya.

Setengah jam kemudian pintu kamar mandi terbuka, Yasmin yang tidak tahan ingin cebok pun segera berlari tunggang langgang keluar kamar tanpa permisi pada tuannya yang sudah mengorok.

Di kamar mandi khusus karyawan, Yasmin bolak-balik membuang hajatnya. Suci yang diperintahkan Bu Rahayu untuk melihat keadaan Yasmin pun segera membuatkan teh pahit juga memberikan obat diare.

"Lo istirahat aja, Yas. Perintah Bu Ayu," ucap Suci.

"Iya, Ci. Duh gue lemes banget, untung obat diarenya paten. Abis minum 2 langsung ilang mulesnya, tadi mah nyelekit."

"Lo makan apaan, sih? Kok bisa mencret?"

"Ah, panjang ceritanya, gue ogah cerita sekarang. Gue pengen rebahan ngilangin lemes."

"Ya udah kalau gitu, gue balik gawe, ya."

"Oke, Ci. Makasih, ya."

Suci mengangguk, kemudian ia berlalu meninggalkan Yasmin dalam kamar sendirian.

🍁

Di kamar, Gagah terbangun dalam keadaan lapar. Tanpa mandi, ia bergegas turun dan masuk ke ruang makan.

"Met pagi, Mas Gagah," sapa Rahayu dengan sopan.

"Pagi juga, Bu Rahayu. Sarapan apa pagi ini?"

"Loh?" Rahayu tertegun karena anak majikannya menanyakan menu sarapan, sedangkan beberapa waktu lalu Yasmin memasak nasi goreng yang katanya diminta langsung oleh lelaki itu.

"Loh, apa Bu?"

"Itu, tadi Yasmin—"

"Oh, nasi goreng ya? Kurang enak rasanya jadi aku gak makan banyak," jawab Gagah menahan tawa kala kembali kejadian yang menimpa pelayan barunya tadi.

"Lagian Mas Gagah kok tumben-tumbenan minta sarapan bukan sama ibu atau chef Mira."

"Aku mau tahu aja, pelayan baru itu bisa masak apa enggak."

"Maaf ya, Mas, kalau Yasmin kurang berkenan."

"It's ok, Bu. Tolong sarapannya dibawa ke sini, ya, Bu."

"Oh iya, Mas. Tunggu sebentar." Rahayu tergopoh menuju dapur untuk menyajikan makanan untuk Gagah yang sudah kelaparan.

Tidak lama kemudian Rahayu kembali, si tuan muda mesum langsung melahap sarapannya hingga tandas tak bersisa.

"Bu Rahayu tak perlu membawakan makanan penutup."

Rahayu yang tadinya hendak berlalu ke dapur pun urung beranjak dari tempatnya berdiri, memang sudah kebiasaan setiap pelayan yang menyajikan makanan di meja wajib berdiri menunggu sang majikan hingga selesai makan.

"Baik, Mas."

"Bu, si Mimin pelayan baru itu mana?"

"Mimin?" Dahi Rahayu berkerut.

"Mimin ... Yasmin, Bu."

"Oh, Yasmin. Dia sakit, Mas. Mendadak diare, sekarang orangnya saya suruh istirahat di kamar."

"Sudah berobat?"

"Belum, tapi kebetulan ada obat diare di kotak P3K. Semoga dia sembuh."

"Kalau gak sembuh sampai sore nanti, bawa segera ke dokter ya, Bu."

"Baik, Mas."

Setelah tidak ada lagi yang dibicarakan, Gagah bangkit dari kursinya dan kemudian berlalu meninggalkan Rahayu yang dengan sigap membereskan bekas makannya.

Lelaki berkaus oblong itu tidak kembali ke kamarnya, tidak juga melakukan gym seperti biasanya, ia menaiki tangga di samping ruang laundry untuk menyambangi Yasmin di kamarnya.

Sesampainya di ruangan dengan dua tempat tidur single, dua lemari kecil, dan sebuah kipas angin di tengah-tengah ruangan itu Gagah menghampiri Yasmin yang tampak tertidur pulas.

Yasmin yang sensitif merasakan ada seseorang yang datang mendekatinya, pun langsung terbangun dan mengerjapkan matanya.

"Tuan," panggilnya pelan.

"Kamu masih diare?" tanya Gagah.

Mendapat perhatian dari sang tuan muda, mata Yasmin langsung berkaca-kaca merasa terhura eh terharu.

"Saya sudah baikan, Tuan. Makasih banyak Tuan sudah perhatian dan nengokin saya," ucap Yasmin sembari tersenyum.

"Syukurlah kalau memang sudah sembuh. Tapi, kamu jangan geer dulu! Aku dateng ke sini mau bilang sesuatu."

"Apa itu, Tuan?"

"Segera bersihin toilet di kamar aku! Tisu bekas cebok kamu pasti belum kamu buang, iya, 'kan?"

"Hah?!"

"Kok, hah?! Bersihin toilet di kamar aku! Maksimal 1x24 jam. Kamu paham?"

"Pa-paham, Tuan."

"Bagus! Ya sudah silakan kamu tidur lagi, biar cepet sembuh, biar cepet juga kamu bersihin toilet di kamar aku."

Gagah berlalu meninggalkan Yasmin yang mengepalkan kedua tangannya karena geram, disangkanya si tuan muda perhatian padanya tapi ternyata lelaki itu datang untuk mengingatkannya akan tisu bekas cebok yang belum diangkut keluar oleh dirinya.

Kamvret lu tuan muda mesum! Barusan gue ngucap syukur sama Tuhan karena lu berbaik hati nengokin gue, tapi ternyata ... dasaaaaaar! SUNGGUH TERLALLUH KAMU FERGUSOOO eh RHOMAAAAAAH!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status