MAAF, YASMIN!
"Yasmin bego, begooo! Kok bisa mau beli tapi gak bawa hepeng, kan jadinya amsyiong." Saking kesalnya pada diri sendiri, Yasmin sampai menjitak kepalanya berkali-kali.Gontai ia berjalan menuju motor, terbayang wajah songong si tuan muda mesum. Bergidiklah Yasmin sembari mengusap tengkuk, pasti dia akan kena marah lelaki itu karena kembali dengan tangan kosong."Bodo amat, ah! Palingan dia ngoceh, dengerin aja masuk kuping keluar dari pantat," sungutnya lagi.Deru mesin motor terdengar, secepat kilat Yasmin memacu kendaraan roda dua tersebut kembali ke istana mewah Harisson.Sesampainya di kediaman megah yang ramai banyak orang, Yasmin segera mengayunkan langkah menuju lantai dua di mana kamar si tuan muda berada.Kedua kakinya terasa diganduli beban berat, meski ingin cuek tapi tak dapat dipungkiri kalau ia takut kalau si tuan muda mesum akan memecatnya."Ya Tuhan, jangan buat aku jadi pengangguran. Hutang aku ke koperasi simpan pinjam belum lunas, bukan masalah takut ijazah yang dijaminkan disita pihak koperasi tapi takut juga malu kalau sampai ditagih kolektor," cerocos Yasmin di sepanjang perjalanan menuju kamar Gagah.Kedua bibirnya langsung mengatup rapat saat daun pintu putih di tengah ruangan di lantai dua sudah di depan mata, tangan kanannya terangkat ke atas hendak mengetuk tapi diurungkannya karena takut."Ayo, Yasmin! Lu berani, masa iya ngurek cacing buat mancing ikan di kali aja lu berani tapi ngetuk pintu kamar si tuan muda mesum doang ciut."Demi bisa mengumpulkan keberanian Yasmin memutuskan untuk memejamkan mata, beberapa saat kemudian ia ayunkan kepalan tangan untuk mengetuk tanpa membuka netranya.Tanpa disangka dan tidak terduga pintu terbuka, pada saat yang bersamaan kepalan tangan Yasmin mendarat tepat di dada Gagah yang berdiri menatapnya heran.Sadar yang diketuk-ketuknya bukan pintu melainkan dada bidang si tuan muda, Yasmin segera menarik tangan dan membuka matanya."Kamu ngapain, hah?" tanya Gagah sembari mentoyor kening Yasmin dengan jari telunjuk."Eh, Tuan muda. Maaf—""Mana es telernya?" Gagah menelengkan kepalanya ke arah tangan Yasmin yang kosong."Itu, es telernya habis.""Terus? Kamu gak ada usaha?""Bukan begitu, Tuan. Sebenarnya tadi nyaris berhasil, tapi saya lupa bawa ... uang."Gagah geleng-geleng kepala dan berdecak kesal."Kamu minta dipecat, ya?""Aduh, Tuan, jangan dong. Saya punya cicilan ke koperasi simpan pinjam dengan jaminan ijazah SMA saya, kalau sampai dipecat bisa-bisa saya—""Curhat sama Mamah Dedeh sana, aku gak suka punya pekerja yang gak kompeten dan selalu menjual penderitaan demi menutupi kesalahan.""Tapi, Tuan ... masa iya gara-gara es teler doang, Tuan tega mecat saya?""Berasa gak punya salah kamu ya sama aku? Aku gak akan lupa tragedi gayung, kepala aku masih nyut-nyutan kalau ingat kejadian itu."Mendengar ocehan Gagah, Yasmin jadi tersadar bahwa lelaki di hadapan ternyata masih menyimpan dendam terpendam atas insiden dahulu."Untuk kejadian itu, saya aku kalau saya salah, tapi kesalahan saya dipicu sama kesalahan Tuan. Coba Tuan gak nerobos masuk, pasti saya gak akan mukul Tuan."Gagah memutar bola mata tanda ia jengah dengan ucapan Yasmin yang tetap membela diri meski bersalah."Aku akan temui Bu Rahayu."Yasmin menahan Gagah yang hendak melangkah pergi meninggalkan dirinya, wajahnya memelas meminta belas kasihan pada lelaki jangkung berkaus putih di hadapan. "Jangan temui Bu Ayu, Tuan. Saya ngaku salah, saya minta maaf, jangan pecat saya," isaknya lirih."Maaf kamu gak tulus.""Sumpah, ini tulus banget. Tuan gak lihat air mata saya ini? Ini air mata penyesalan.""Oke, aku kasih kamu maaf tapi dengan syarat.""Sok sebutin syaratnya apa, kalau saya sanggup pasti saya lakuin yang penting Tuan jangan pecat saya."Merasa menang, senyum di wajah Gagah mengembang sempurna. Otaknya langsung bekerja memikirkan kira-kira hukuman apa yang cocok diberikan pada Yasmin.Tak perlu waktu lama, ide konyol pun muncul."Oke, setelah kamu siap dengan seragam untuk nanti malam, segera ke sini lagi. Aku mau kamu pakai sesuatu untuk melengkapi penampilan kamu," seru Gagah."Apa itu, Tuan?""Kamu akan tahu nanti, sekarang kamu boleh pergi.""Ba-baik, Tuan."Kamvret kan memang si tuan mesum ini, gelagatnya dia pasti mau ngerjain gue malem ini. Huft! Nasib jadi jongos ya kaya gini, sekalinya dapet majikan baik tapi anaknya songong warbiyasah. Sebulan lalu kerja di sini anteng aja, semenjak ada dia semua berantakan.Yasmin berjalan tergesa meninggalkan si tuan muda yang tertawa sendirian, tak sabar lelaki itu menunggu saatnya tiba. Gagah yang punya sebuah rencana konyol merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan menelepon seseorang."Halo, belikan sesuatu yang akan aku kirim gambarnya by W*, antar segera maksimal 30 menit. Paham?""Bagus."Sambungan telepon terputus, tapi Gagah masih berkutat asyik dengan ponselnya. Mencari-cari sesuatu di internet lalu kemudian mengirim foto serta pesan kepada orang yang dia hubungi barusan.[Jangan lupa lubangi di kedua sisinya, lalu pasangkan tali agar terlihat seperti topi.]🍁Yasmin juga pelayan lain yang sudah siap dengan seragam khusus, tamoak duduk manis di ruang makan pelayan untuk mengikuti brifing yang disampaikan Rahayu sebelum melaksanakan tugasnya masing-masing.Setengah jam lamanya Rahayu memberi pengarahan serta wejangan agar semua pelayan bekerja dengan baik tanpa melakukan kesalahan, begitu semua materi telah disampaikan si kepala pelayan berpakaian kemeja putih dan celana bahan abu basah itu membubarkan semuanya.Tidak seperti yang lainnya, Yasmin tidak langsung ke tempatnya bertugas yaitu di bagian soft drink, gadis tersebut diam-diam melipir ke lantai dua untuk menemui Gagah.Dengan hati deg-degan ia mengetuk pintu kamar si tuan muda, tak perlu waktu lama yang Gagah muncul dengan pakaian yang sudah rapi. Lelaki itu sudah siap untuk acara pesta malam ini, aroma maskulin yang segar menyeruak memanjakan indera penciuman Yasmin."Selamat malam, Tuan," sapa Yasmin basa-basi.Gagah tak menjawab sapaan Yasmin, ia malah kembali masuk dan tak lama kembali dengan membawa sesuatu di tangannya."Pakai ini, wajib! Sebagai syarat agar kamu gak dipecat."Mata Yasmin terbelalak saat menerima barang pemberian Gagah, mulutnya menganga tak percaya bahwa Gagah tega menyuruhnya memakai sesuatu yang tidak pantas ia pakai apalagi di acara pesta yang dihadiri orang-orang kaya juga penting."Ampun, Tuan. Jangan lakukan ini," rengek Yasmin seraya menghentak-hentakan kedua kakinya bergantian bak anak kecil yang sedang merajuk pada ayahnya.Alih-alih mengabulkan permintaan Yasmin, Gagah malah menyilangkan kedua tangannya dan menyandarkan punggungnya di sisi kusen pintu. Tawanya berderai, lelaki itu kini sedang menikmati kepanikan sang pelayan.TOPI GAYUNGTangan Yasmin gemetaran memegang benda plastik berwarna merah muda, yang tidak lain adalah sebuah gayung yang sudah dimodifikasi menjadi sebuah topi yang memiliki tali pada sisi kanan dan kirinya."Jangan suruh saya pakai ini, Tuan! Please ... ganti pakai hukuman lain, deh. Besok saya bawain es teler, kalau perlu si abangnya saya bawa ke mari, suruh racik es telernya di mari. Gimana, Tuan."Gagah yang tak berhenti tertawa, pun menggeleng."Pakai!" titahnya langsung membuat wajah Yasmin semakin pucat."Tuan, jangan!""Pakai!""Ah, Tuan, jangan! Ah, jangan Tuan, awwww sakiiitt."Yasmin mengelus puncak kepalanya yang dijitak oleh Gagah gara-gara desahannya yang menyebalkan tadi."Ah-uh, ah-uh, dasar nona gayung. Tar dikira pembaca, aku ngapa-ngapain kamu.""Ya, Tuan. Jangan suruh saya—""Pakai, buruan! Kalau enggak, habis pesta kamu kemasi pakaian dan pulang ke rumah kamu, jangan ada di rumah ini lagi.""Ja-jangan, dong, Tuan!""Ya udah pakai, cepetan!""I-iya."
SENJATA MAKAN TUANYasmin menatap sajian menu sarapan berobat pencahar di hadapan dengan tatapan ngeri, tak mungkin dirinya berterus terang karena itu sama saja bunuh diri. Kariernya sebagai jongos keluarga yang murah hati akan timit alias tamat, dan ia tidak mau hal itu terjadi."Kenapa gak dimakan? Jangan bilang kamu kenyang, karena pelayan di rumah ini jam sarapannya sudah dijadwal Bu Rahayu yaitu setengah jam lagi."Yasmin bergeming menelan saliva, keringat yang tak henti mengucur disekanya dengan telapak tangan."Woii, Mimin! Kok bengong?""Eh maaf, Tuan. Saya ... saya sebenarnya lagi diet karbo." Yasmin mengeles."Diet mau ngecilin apa? Badan tipis kaya lidi kaya gitu, sok-sok'an diet. Udah, ah, jangan banyak alasan ayo buruan makan! Aku niat baik loh, sengaja suruh kamu masak sarapan ya untuk diri kamu sendiri. Aku mau memastikan semua yang bekerja di rumah ini cukup gizi, gak kaya kamu peot."Gagah tidak tinggal diam, ia langsung mengambil sendok lalu menyiduk nasi gore
"Yang bersih!" perintah Gagah di ambang pintu kamar mandi."Iya-iya, ini tinggal finishing.""Awas kalau masih ada bau atau ceceran tisu, aku bakal suruh kamu bersihin ulang toiletnya. Kamu paham?""Iya-iya ....""Good!"Gagah yang diburu waktu karena hari itu sudah mulai ngantor, pun kemudian bergegas mandi di kamar mandi yang ada di kamar tamu. Setengah jam kemudian ia kembali dalam kondisi segar, bertelanjang dada dengan handuk melilit di pinggangnya.Di saat lelaki itu hendak memasuki ruang wadrobe yang letaknya di samping kamar mandi, Yasmin muncul dengan menenteng kantong kresek hitam berisi tisu bekas ceboknya kemarin.Melihat tuan mudanya dengan penampilan yang tak biasa, membuat Yasmin melongo terpana. Dada bidang, perut sixpack, serta rambut gondrong Gagah yang biasa terikat tapi kini terurai basah membuatnya meneguk saliva."Apa kamu lihat-lihat? Memangnya aku pisang!" Gagah mentoyor dahi Yasmin dengan jari telunjuk saat melintas."Eh ... hah, pisang? Saya monyet, dong!""H
Gagah mengempaskan diri di atas sofa di dalam kamarnya, melepas lelah setelah seharian dibuat pusing oleh kelakuan Claudia yang agresif sehingga membuatnya sulit untuk menghindar.Wanita yang usianya dibawah 1 tahun dibawahnya itu akhirnya ia terima sebagai sekretaris, keputusan tersebut terpaksa diambil karena desakan sang ayah yang merasa tidak enak pada sahabatnya.Mengingat kembali sosok Claudia membuat kepala Gagah berdenyut, ia memijat pelipisnya berharap setelahnya merasa enakan. Usahanya tak berhasil, karena semakin lama moodnya turun.Untuk memulihkan perasaannya yang suntuk, Gagah memutuskan menelepon Rahayu dan meminta dibuatkan minuman hangat entah air manis atau wedang jahe.Melalui saluran interkom ia bicara pada kepala pelayan, setelah itu ia beranjak dari sofa dan berpindah ke atas ranjang. Tak lama pintu diketuk, enggan bangun dari posisinya yang pewe, Gagah meminta seseorang yang pasti pelayan itu untuk masuk tapi dengan suara yang pelan.Tok ... tok ... tok!Suara k
Tuan Muda Mesum - 8By: Anieda TannishaGagah duduk di atas closet yang tertutup pada bagian atasnya, tatapannya tajam mengikuti gerak tubuh Yasmin yang sedang mengambil keperluan untuk membersihkan oli di kakinya. Setelah semuanya siap, wanita itu berjongkok."Yang bener aja kamu, Mimin! Masa iya pakai rok gitu mau jongkok di depan aku, emang dasar kamu itu, ya." Seolah belum hilang kekesalan di hati Gagah, sehingga apa pun yang dilakukan Yasmin selalu saja salah di matanya."Terus saya harus gimana, Tuan?""Kayang! Ya duduklah, Mimin gayung! Ambil bangku kecil.""Ba-baik, Tuan, kalau gitu saya permisi dulu," pamit Yasmin segera melesat mengambil benda yang disebutkan tuan muda tadi.Melihat tingkah pelayannya yang oon, Gagah geleng-geleng kepala. Sebenarnya Rahayu juga patut disalahkan atas insiden ini, tapi lelaki itu segan jika harus mengomeli wanita paruh baya tersebut hanya gara-gara hal sepele begitu, banyaknya jasa Rahayu membuatnya maklum dan meluapkan kekesalannya pada Yasmi
Tuan Muda Mesum - 9By: Anieda TannishaMelihat tuan mudanya murka seperti itu, Yasmin mengambil jurus langkah seribu meski tidak tahu apa kesalahannya. Sesampainya di dapur ia langsung menenangkan diri dengan duduk di bangku, mengatur napas yang tersengal."Lo kenapa, Yas? Kaya abis ngelihat hantu.""Lebih nyeremin dari lihat jurig, Ci. Gue habis diamuk tuan muda mesum," keluh Yasmin seraya mengulurkan tangan menunjuk dispenser dan mengelus tenggorokannya.Suci yang paham kalau temannya itu kehausan, pun segera mengambilkan minum. Dalam sekejap air dingin dalam gelas kaca yang besar tandas oleh Yasmin."Lo bikin salah apa sampai si tuan muda tamvan ngamuk?""Au, gue juga herman eh heran.""Mustahil kalau gak ada sebabnya, Yas.""Jadi gini ... pan dia tadi interkom gue waktu di laundry, katanya tolong bikinin jus jeruk pakai pencahar dan segera bawa ke kamarnya. Nah pas gue bawain tu minuman, eh ternyata di kamarnya ada cewek cakep sih tapi sayangnya tu cewek pake baju kurang bahan, r
Tuan Muda Mesum - 10By: Anieda TannishaTidak mau kecolongan setelah semalam gagal bertemu dengan sang tuan muda karena lelaki itu pulang saat malam sudah larut, pagi itu Yasmin bergegas ke kamar Gagah. Setelah mengetuk-ngetuk pintu beberapa kali tapi yang ingin ditemui tak kunjung membukakan pintu, akhirnya Yasmin memutuskan untuk turun dan kembali ke dapur.Sesampainya di sana, tampak Rahayu sedang menuangkan air panas ke dalam cangkir berisi bubuk minuman coklat instan. Melihat Yasmin datang, wanita itu kemudian memanggilnya."Kamu lagi sibuk gak?" tanya Rahayu."Enggak, Bu, saya belum mulai karena belum sarapan, hehe.""Kalau gitu tolong antar coklat panas dan bolu pisang ini ke belakang, tuan muda lagi berenang."Mendengar nama tuan muda disebut, wajah Yasmin semringah kemudian dengan semangat'45 ia mengangkat nampan yang sudah siap ke tempat yang disebutkan.Bu Rahayu anteng-anteng aja, berarti si tuan muda mesum itu belum bilang apa-apa. Duh semoga setelah gue minta maaf, dia
Untuk menyambut tuan muda, para pelayan sudah berjejer rapi di teras. Mereka menunduk sebagai tanda penghormatan, meski sosok yang ditunggu belum juga muncul."Duh, ngapain sih udah nunduk aja? Kan orangnya belum nongol?" sungut Yasmin menyikut rekan kerja yang berdiri di sampingnya."Ssstt, udah kamu ikutin aja! Kamu itu pelayan baru, jangan bantah apa yang sudah jadi tradisi keluarga ini."Yasmin menggaruk-garuk betis dengan ujung sepatu pantovel hitam yang dipakainya, dalam hati ia merutuk apa yang sedang terjadi kini. Menurutnya apa yang dilakukan semua orang termasuk dirinya adalah perbuatan bodoh, karena tuan muda yang akan disambut belum kelihatan batang hidungnya.Setelah lebih dari 10 menit berdiri, akhirnya deru mobil terdengar dari arah depan dari tempat penyambutan. Suara ucapan selamat datang mulai meramaikan, disusul derap langkah tegap yang semakin jelas.Pria dengan kemeja tangan panjang yang dilipat hingga sikut berwarna abu gelap itu memberi senyum serta menyapa