Tuan Muda Mesum - 10By: Anieda TannishaTidak mau kecolongan setelah semalam gagal bertemu dengan sang tuan muda karena lelaki itu pulang saat malam sudah larut, pagi itu Yasmin bergegas ke kamar Gagah. Setelah mengetuk-ngetuk pintu beberapa kali tapi yang ingin ditemui tak kunjung membukakan pintu, akhirnya Yasmin memutuskan untuk turun dan kembali ke dapur.Sesampainya di sana, tampak Rahayu sedang menuangkan air panas ke dalam cangkir berisi bubuk minuman coklat instan. Melihat Yasmin datang, wanita itu kemudian memanggilnya."Kamu lagi sibuk gak?" tanya Rahayu."Enggak, Bu, saya belum mulai karena belum sarapan, hehe.""Kalau gitu tolong antar coklat panas dan bolu pisang ini ke belakang, tuan muda lagi berenang."Mendengar nama tuan muda disebut, wajah Yasmin semringah kemudian dengan semangat'45 ia mengangkat nampan yang sudah siap ke tempat yang disebutkan.Bu Rahayu anteng-anteng aja, berarti si tuan muda mesum itu belum bilang apa-apa. Duh semoga setelah gue minta maaf, dia
Untuk menyambut tuan muda, para pelayan sudah berjejer rapi di teras. Mereka menunduk sebagai tanda penghormatan, meski sosok yang ditunggu belum juga muncul."Duh, ngapain sih udah nunduk aja? Kan orangnya belum nongol?" sungut Yasmin menyikut rekan kerja yang berdiri di sampingnya."Ssstt, udah kamu ikutin aja! Kamu itu pelayan baru, jangan bantah apa yang sudah jadi tradisi keluarga ini."Yasmin menggaruk-garuk betis dengan ujung sepatu pantovel hitam yang dipakainya, dalam hati ia merutuk apa yang sedang terjadi kini. Menurutnya apa yang dilakukan semua orang termasuk dirinya adalah perbuatan bodoh, karena tuan muda yang akan disambut belum kelihatan batang hidungnya.Setelah lebih dari 10 menit berdiri, akhirnya deru mobil terdengar dari arah depan dari tempat penyambutan. Suara ucapan selamat datang mulai meramaikan, disusul derap langkah tegap yang semakin jelas.Pria dengan kemeja tangan panjang yang dilipat hingga sikut berwarna abu gelap itu memberi senyum serta menyapa
INSIDEN ES TELER"Siapa yang merekrutnya? Emm, siapa namanya pelayan baru ini?"Rahayu yang menangkap gelagat tidak baik di antara Yasmin dan tuan muda, menjawab pertanyaan Gagah dengan suara berat. "Saya yang rekrut, Mas. Namanya Yasmin Syahriani.""Sebagai apa dia di sini?""Masih training, Mas. Rencana ditugaskan untuk bagian laundry."Gagah melipat kedua tangannya di depan dada, matanya memicing pada sosok Yasmin yang mati kutu dengan wajah pucat pasi."Gak cocok dia di laundry.""Baiknya ditempatkan di mana, Mas? Biar saya nanti atur ulang sesuai dengan perintah Mas.""Dia itu bagusnya jadi bodyguard atau security dengan senjata bukan pentungan, tapi ... gayung," jawab Gagah seenaknya seraya berlalu masuk meninggalkan Rahayu dan pelayan lainnya yang melongo kebingungan menatap bergantian ke arah si tuan muda dan Yasmin yang cemberut.Sepeninggal Gagah, Yasmin mengepalkan kedua tangannya. Dalam hati ia merutuk ledekan yang dilontarkan si tuan muda barusan.Dasar tuan mud
MAAF, YASMIN!"Yasmin bego, begooo! Kok bisa mau beli tapi gak bawa hepeng, kan jadinya amsyiong." Saking kesalnya pada diri sendiri, Yasmin sampai menjitak kepalanya berkali-kali.Gontai ia berjalan menuju motor, terbayang wajah songong si tuan muda mesum. Bergidiklah Yasmin sembari mengusap tengkuk, pasti dia akan kena marah lelaki itu karena kembali dengan tangan kosong."Bodo amat, ah! Palingan dia ngoceh, dengerin aja masuk kuping keluar dari pantat," sungutnya lagi.Deru mesin motor terdengar, secepat kilat Yasmin memacu kendaraan roda dua tersebut kembali ke istana mewah Harisson.Sesampainya di kediaman megah yang ramai banyak orang, Yasmin segera mengayunkan langkah menuju lantai dua di mana kamar si tuan muda berada.Kedua kakinya terasa diganduli beban berat, meski ingin cuek tapi tak dapat dipungkiri kalau ia takut kalau si tuan muda mesum akan memecatnya."Ya Tuhan, jangan buat aku jadi pengangguran. Hutang aku ke koperasi simpan pinjam belum lunas, bukan masalah t
TOPI GAYUNGTangan Yasmin gemetaran memegang benda plastik berwarna merah muda, yang tidak lain adalah sebuah gayung yang sudah dimodifikasi menjadi sebuah topi yang memiliki tali pada sisi kanan dan kirinya."Jangan suruh saya pakai ini, Tuan! Please ... ganti pakai hukuman lain, deh. Besok saya bawain es teler, kalau perlu si abangnya saya bawa ke mari, suruh racik es telernya di mari. Gimana, Tuan."Gagah yang tak berhenti tertawa, pun menggeleng."Pakai!" titahnya langsung membuat wajah Yasmin semakin pucat."Tuan, jangan!""Pakai!""Ah, Tuan, jangan! Ah, jangan Tuan, awwww sakiiitt."Yasmin mengelus puncak kepalanya yang dijitak oleh Gagah gara-gara desahannya yang menyebalkan tadi."Ah-uh, ah-uh, dasar nona gayung. Tar dikira pembaca, aku ngapa-ngapain kamu.""Ya, Tuan. Jangan suruh saya—""Pakai, buruan! Kalau enggak, habis pesta kamu kemasi pakaian dan pulang ke rumah kamu, jangan ada di rumah ini lagi.""Ja-jangan, dong, Tuan!""Ya udah pakai, cepetan!""I-iya."
SENJATA MAKAN TUANYasmin menatap sajian menu sarapan berobat pencahar di hadapan dengan tatapan ngeri, tak mungkin dirinya berterus terang karena itu sama saja bunuh diri. Kariernya sebagai jongos keluarga yang murah hati akan timit alias tamat, dan ia tidak mau hal itu terjadi."Kenapa gak dimakan? Jangan bilang kamu kenyang, karena pelayan di rumah ini jam sarapannya sudah dijadwal Bu Rahayu yaitu setengah jam lagi."Yasmin bergeming menelan saliva, keringat yang tak henti mengucur disekanya dengan telapak tangan."Woii, Mimin! Kok bengong?""Eh maaf, Tuan. Saya ... saya sebenarnya lagi diet karbo." Yasmin mengeles."Diet mau ngecilin apa? Badan tipis kaya lidi kaya gitu, sok-sok'an diet. Udah, ah, jangan banyak alasan ayo buruan makan! Aku niat baik loh, sengaja suruh kamu masak sarapan ya untuk diri kamu sendiri. Aku mau memastikan semua yang bekerja di rumah ini cukup gizi, gak kaya kamu peot."Gagah tidak tinggal diam, ia langsung mengambil sendok lalu menyiduk nasi gore
"Yang bersih!" perintah Gagah di ambang pintu kamar mandi."Iya-iya, ini tinggal finishing.""Awas kalau masih ada bau atau ceceran tisu, aku bakal suruh kamu bersihin ulang toiletnya. Kamu paham?""Iya-iya ....""Good!"Gagah yang diburu waktu karena hari itu sudah mulai ngantor, pun kemudian bergegas mandi di kamar mandi yang ada di kamar tamu. Setengah jam kemudian ia kembali dalam kondisi segar, bertelanjang dada dengan handuk melilit di pinggangnya.Di saat lelaki itu hendak memasuki ruang wadrobe yang letaknya di samping kamar mandi, Yasmin muncul dengan menenteng kantong kresek hitam berisi tisu bekas ceboknya kemarin.Melihat tuan mudanya dengan penampilan yang tak biasa, membuat Yasmin melongo terpana. Dada bidang, perut sixpack, serta rambut gondrong Gagah yang biasa terikat tapi kini terurai basah membuatnya meneguk saliva."Apa kamu lihat-lihat? Memangnya aku pisang!" Gagah mentoyor dahi Yasmin dengan jari telunjuk saat melintas."Eh ... hah, pisang? Saya monyet, dong!""H
Gagah mengempaskan diri di atas sofa di dalam kamarnya, melepas lelah setelah seharian dibuat pusing oleh kelakuan Claudia yang agresif sehingga membuatnya sulit untuk menghindar.Wanita yang usianya dibawah 1 tahun dibawahnya itu akhirnya ia terima sebagai sekretaris, keputusan tersebut terpaksa diambil karena desakan sang ayah yang merasa tidak enak pada sahabatnya.Mengingat kembali sosok Claudia membuat kepala Gagah berdenyut, ia memijat pelipisnya berharap setelahnya merasa enakan. Usahanya tak berhasil, karena semakin lama moodnya turun.Untuk memulihkan perasaannya yang suntuk, Gagah memutuskan menelepon Rahayu dan meminta dibuatkan minuman hangat entah air manis atau wedang jahe.Melalui saluran interkom ia bicara pada kepala pelayan, setelah itu ia beranjak dari sofa dan berpindah ke atas ranjang. Tak lama pintu diketuk, enggan bangun dari posisinya yang pewe, Gagah meminta seseorang yang pasti pelayan itu untuk masuk tapi dengan suara yang pelan.Tok ... tok ... tok!Suara k