Share

4-TOPI GAYUNG

TOPI GAYUNG

Tangan Yasmin gemetaran memegang benda plastik berwarna merah muda, yang tidak lain adalah sebuah gayung yang sudah dimodifikasi menjadi sebuah topi yang memiliki tali pada sisi kanan dan kirinya.

"Jangan suruh saya pakai ini, Tuan! Please ... ganti pakai hukuman lain, deh. Besok saya bawain es teler, kalau perlu si abangnya saya bawa ke mari, suruh racik es telernya di mari. Gimana, Tuan."

Gagah yang tak berhenti tertawa, pun menggeleng.

"Pakai!" titahnya langsung membuat wajah Yasmin semakin pucat.

"Tuan, jangan!"

"Pakai!"

"Ah, Tuan, jangan! Ah, jangan Tuan, awwww sakiiitt."

Yasmin mengelus puncak kepalanya yang dijitak oleh Gagah gara-gara desahannya yang menyebalkan tadi.

"Ah-uh, ah-uh, dasar nona gayung. Tar dikira pembaca, aku ngapa-ngapain kamu."

"Ya, Tuan. Jangan suruh saya—"

"Pakai, buruan! Kalau enggak, habis pesta kamu kemasi pakaian dan pulang ke rumah kamu, jangan ada di rumah ini lagi."

"Ja-jangan, dong, Tuan!"

"Ya udah pakai, cepetan!"

"I-iya."

Dengan terpaksa dan dalam kondisi di bawah ancaman akhirnya Yasmin memakai gayung tersebut ke kepala dan kemudian menyimpulkan tali di kedua sisinya, hal itu membuat Gagah tertawa terbahak-bahak.

Cekrek! Cekrek!

Yasmin diam saja ketika si tuan muda mengambil gambar dirinya beberapa kali, dia pasrah dengan apa yang akan terjadi sebentar lagi yang jelas buatnya asal jangan sampai dipecat.

"Sudah sana kamu turun ke bawah!"

"Ba-baik, Tuan." Gontai Yasmin melangkah meninggalkan sang tuan muda yang puas mengerjainya.

Di dalam hati wanita itu merutuk kedzaliman Gagah padanya, ia memiliki dendam yang ingin dibalaskan pada suatu hari nanti.

"Tunggu!"

Langkah Yasmin langsung terhenti ketika baru menuruni anak tangga yang pertama, ia menoleh kepada Gagah yang berjalan mendekat ke arahnya.

"Ada apa lagi, Tuan?" Yasmin tampak menghela napas.

"Kamu boleh melepaskan topi gayung itu, dengan syarat."

Yaelah hidup si tuan muda mesum ini penuh dengan syarat, kamvret memang manusia satu ini.

Yasmin bergeming, ia menunggu si tuan muda melanjutkan ucapannya.

"Kamu gak nanya syarat apa?"

"Saya menunggu Tuan sebutkan syaratnya."

"Oke, sebagai gantinya, besok pagi buatin saya sarapan istimewa. Menunya terserah kamu yang penting enak dan higienis, kamu paham?"

Mendengar syarat yang diajukan sangat ringan dan mudah baginya, wajah Yasmin seketika berubah menjadi semringah. Ia kemudian mengangguk mantap seraya menyunggingkan senyuman.

"Siap, Tuan!"

"Antar sarapan itu ke kamar, jangan terlalu pagi dan jangan juga terlalu siang."

"Wokeh, Tuan. Siap saya laksanakan."

"Ya sudah, turun cepat! Bekerja yang benar, jangan buat masalah."

"Baik, Tuan. Terima kasih."

Dengan gerakan cepat Yasmin melepas topi gayung dan kemudian turun dengan tergesa takut Bu Rahayu memarahinya.

Gayung di tangan ia simpan di tempat yang aman, lalu secepat kilat ia melesat ke tempat di mana ia bertugas. Menyiapkan soft drink ke gelas-gelas berkaki tinggi, agar pelayan dari restoran mudah dan cepat mengambil untuk kemudian disuguhkan kepada para tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut.

Pesta penyambutan berlangsung meriah dan semarak dengan hadirnya penyanyi wanita ibu kota yang cukup terkenal, suara merdunya mendayu-dayu mengalunkan syair indah.

Dengan iringan gitar akustik, wanita berambut sebahu yang tengah duduk di atas panggung rendah itu terus bernyanyi menghibur semua orang yang berada di pesta.

Tamu undangan yang berasal dari kalangan kaum tajir mulai berdatangan, menyalami Bimo Harisson—tuan besar—dan Gagah. Setelahnya Bimo mengajak mereka berbincang sekilas tentang terjunnya Gagah dalam bisnis keluarga.

"Bila putra saya sudah menguasai semua bidang, maka saya akan ambil pensiun," kata Bimo pada relasi yang berada bersamanya.

"Bapak masih muda, janganlah cepat pensiun," jawab salah seorang berjas abu muda yang usianya di atas Gagah sedikit.

"Sudah mau masuk 60, saya mau menghabiskan masa tua dengan istri di sebuah tempat yang jauh dari hingar bingar kota."

"Papa ingin mengajak mama semedi ke puncak, Pak Bus."

"Haha, Anda bisa saja Pak Gagah. Tapi memang bagus sekali niat Pak Bimo, di puncak suasananya tenang dan gak polusi. Bapak dan ibu bisa honeymoon terus."

"Halah, Pak Bus ada-ada saja."

Tawa mereka berderai, tak lama kemudian tamu tersebut dipersilakan untuk mencicipi hidangan yang telah disediakan. Pesta kebun yang mengusung konsep standing party itu didukung oleh cuaca malam yang cerah, semesta seolah turut bahagia tak menunjukkan adanya tanda-tanda akan turun hujan.

Selain keluarga Harisson dan tamu undangan, sukacita juga dirasakan oleh seluruh pekerja yang turut andil dalam mensukseskan acara. Bimo yang sedang berbahagia tanpa disangka memberikan bonus berupa uang cash masing-masing senilai lima ratus ribu rupiah.

Usai acara semua pelayan di bawah Rahayu tampak duduk manis di dalam ruang makan, mereka melepas lelah sambil menikmati makan malam yang kemalaman.

"Sering-sering dagh ngadain acara pesta penyambutan tuan muda, biar Tuan Bimo sering juga kasih angpao, hehe," kelakar Yasmin seraya menciumi amplop putih di tangan.

"Haha, iya, Yas. Coba tuan dan nyonya punya anak cowok lagi," ujar Suci.

"Sayang mereka cuma punya satu anak lelaki," timpal pelayan lain yang usianya di atas Yasmin dan Suci.

"Oh gitu, aku kok gak tahu menahu soal keluarga Harisson ini. Gak ada foto keluarga besar dipajang, biasanya kan kalau orang kaya suka gitu. Bejejer rapi pakai baju mahal dengan pose keren."

"Dulu ada, tapi—"

"Kalau kalian sudah selesai makan, cepat istirahat!" potong Rahayu di ambang pintu.

Semuanya seketika diam, Yasmin melirik Suci yang mengangkat bahunya tanda bahwa dirinya tidak tahu menahu tentang kisah foto keluarga yang tadinya ada tapi sekarang jadi tiada.

🍁

Keesokan harinya ....

Pagi-pagi Yasmin sudah sibuk di dapur, ia sedang membuat sarapan untuk tuan mudanya sebagai pengganti syarat topi gayung semalam.

Gadis itu tampak senyum-senyum sendiri, rupanya ia memiliki sebuah rencana untuk membalas dendam pada tuan muda dengan sarapan buatannya.

"Apa dibikin, Yas? Sejak kapan kamu bertugas di dapur?" tanya Rahayu.

"I-ini, Bu Ayu, tuan muda minta aku bikinin sarapan."

Rahayu menoleh ke arah Yasmin, dengan penuh selidik ia kembali bertanya, "Ibu yakin, kamu dan tuan muda ada sesuatu. Jawab jujur, sebenarnya ada masalah apa kamu dengan Mas Gagah? Ibu kenal betul siapa dia, dia itu gak akan sembarangan nyuruh orang untuk menyiapkan segala keperluannya apalagi untuk urusan perutnya."

"Duh, Bu Ayu, kan udah aku bilang gak ada apa-apa. Ini cuma kebetulan aja kali, tuan muda minta dibikinin sarapan pas aku lagi ngambil cucian kotor di depan kamarnya."

Bergegas Yasmin menuangkan nasi goreng lengkap dengan toping telur mata sapi ke atas piring keramik, hal itu ia lakukan demi bisa menghindar dari cecaran Rahayu.

"Aku permisi dulu, Bu Ayu, tuan muda udah nungguin," pamit Yasmin sembari mengangkat nampan.

Sesampainya di depan kamar Gagah, ia mengetuk pintu. Cukup lama Yasmin memanggil tuan mudanya.

"Kamu ngapain?" tanya Gagah setengah sadar, lalu menguap lebar membuat Yasmin langsung menutup hidungnya.

"Tuan, kalau nguap itu ditutup. Nanti setan masuk."

"Mustahil bisa masuk, orang setannya gede gitu bawa nampan lagi."

Mendengar ucapan Gagah, Yasmin mengerucutkan bibirnya.

"Sarapannya saya taruh di mana, Tuan?"

"Sini bawa masuk, taruh di atas meja sana."

Yasmin menurut, setelah ditaruh ia kemudian berpamitan tapi niatnya itu dicegah oleh Gagah.

"Kenapa saya gak boleh pergi?" tanya Yasmin heran.

"Boleh pergi, setelah sarapan."

"Apa?" Mata Yasmin membulat sempurna.

"Bolot! Kamu boleh pergi, tapi setelah sarapan."

Secepat kilat Yasmin menggeleng, ia menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangannya.

Apa jadinya jika dia harus menyantap nasi goreng dan jeruk peras hangat yang telah diberi obat pencahar?

"Saya tidak mau, Tuan! Itu sarapan buat Tuan saja," tolak Yasmin dengan wajah ketakutan.

Gagah yang curiga pada gerak gerik Yasmin pun tak tinggal diam, ia menarik lengannya dan mendudukkan gadis itu di kursi putar yang menghadap ke meja.

"Makan atau aku minta Bu Rahayu untuk memecatmu," ancam Gagah disambut keringat dingin yang mengucur deras di kening dan leher Yasmin.

Walah, tulung-tulung!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status