Share

BAB 5 : "Rasa Simpati."

Author: newleviosa
last update Last Updated: 2024-10-09 12:20:18

Nadhira menyukai keindahan juga aroma wangi alami dari berbagai bunga yang memiliki berbagai macam warna, terpengaruhi langsung oleh mendiang neneknya yang dulu sebelum menjadi pembantu, di usia mudanya pernah bekerja di toko bunga.

Setelah bekerja dan memiliki tabungan yang cukup sebab satu-satunya orang yang ia tanggung hanya lah Nadhira membuatnya berani mencoba usaha sampingan dari satu-satunya keahlian lain selain memasak, yakni merangkai bunga dalam sebuah buket.

Dan usahanya itu, diwariskan kepada Nadhira satu-satunya keluarga yang ia miliki. Jangan tanya tentang ibunya Nadhira, beliau memilih kabur dan lari dari tanggung jawab sebagai seorang ibu dua hari setelah Nadhira lahir ke dunia.

Nadhira adalah anak yang tidak diingankan oleh Laila, wanita yang memanfaatkan kecantikannya untuk menjadi seorang pekerja malam. Penggoda ulung pria berdompet tebal sebab Laila benci dengan kemiskinan yang selama ini mengekang hidupnya. Dia benci hidup sengsara maka menggoda pria matang dengan harta berlimpah ruah adalah apa yang ia lakukan dan jelas, kebanyakan dari mereka sudah memiliki istri sah sebagai pendamping.

Asih sampai menyerah menghadapi kelakuan sang anak sebab segala cara sudah ia lakukan agar Laila bisa berhenti dari pekerjaan haramnya namun wanita itu tetap keras kepala karena sudah terlampau nyaman dengan segala gemerlap hidup orang kaya. Perhiasan mahal juga tas branded selalu melekat di tangan, jangan lupakan juga berbagai macam gaun yang melekat seksi di badan. Semua itu hasil dari kemampuannya merayu dan menghasut pria yang kekurangan belaian.

Jangan tanya, Nadhira membenci ibunya setengah mati. Sebab, selain tidak diurusi sama sekali, status pekerjaan sang ibu juga membuat kehidupan Nadhira susah untuk dijalani.

Berbagai macam cemoohan ia terima karena ketika di sekolah menengah pertama, pekerjaan ibunya sebagai wanita malam yang sering menjadi simpanan bocor disebabkan ayah dari salah satu kakak kelasnya adalah korban. Gawatnya, kakak kelasnya itu adalah seorang Ketua OSIS sehingga begitu mudah mempengaruhi banyak orang.

Lalu sejak saat itu, Nadhira dipandang sebelah mata. Selalu dicap sebagai anak haram. Dicemooh baik di belakang ataupun secara terang-terangan.

Bagi Nadhira, masa sekolah adalah simulasi lain hidup di neraka. Separah itu segala cacian yang ia terima. Tidak gila saja sudah sangat bersyukur dirinya.

Karena keegoisan ibunya, Nadhira merasa begitu tersiksa. Terus begitu berkecil hati sebab lahir dari hubungan tanpa status yang sah dari sang ibu, buruknya terlalu banyak pria yang bersamanya sehingga Nadhira masih belum menemui titik terang siapa ayahnya yang sebenarnya. Masih hidup ataukah tidak. Laila enggan memberitahu sampai ujung ajalnya entah karena apa sehingga Nadhira terpaksa mencari tau sendiri dengan sedikit bukti yang ia miliki.

Kebiasaan bergonta-ganti pria dengan mudah membuat Nadhira tau kalau sebenarnya ia tidak benar-benar sendirian. Ia memiliki dua kakak yang lahir dari dua ayah yang juga berbeda namun Nadhira juga tidak tau bagaimana bentukan mereka karena dulu ibunya benar-benar tidak mau berurusan lagi dengannya, sama seperti kedua kakaknya itu yang juga ia telantarkan entah dimana. Laila benar-benar luar biasa, bukan? Nyatanya, manusia yang seperti itu memang ada.

Namun, segala kebencian Nadhira kepada sang ibu sudah terkubur bersamaan dengan tubuhnya yang dimasukkan ke dalam tanah tiga tahun lalu. Tidak ada gunanya lagi mengungkit masa lalu, yang bisa Nadhira lakukan sekarang adalah terus berdoa agar segala dosa ibunya yang bertumpuk bisa diampuni.

“Nad? Sudah datang?”

Nadhira yang sedang menyusun berbagai macam bunga segar seketika menoleh. Ia tersenyum simpul lalu mengangguk pada satu-satunya karyawan yang ia miliki.

“Keadaan Bu Raditha bagaimana Nad? Kata Ibu aku, beliau cukup mengkhawatirkan ya?”

Rini bertanya dengan ekspresi khawatir yang tercetak di wajah. Ibunya juga bekerja sebagai pembantu di kediaman keluarga Brijaya sehingga apapun yang terjadi di dalam rumah bak istana itu, ia juga kecipratan informasi. Benar, cuman Rini dan Tiana teman sekolahnya dulu yang tau rahasia besar pernikahan Nadhira dengan Mahesa.

“Iya Rin, Oma koma. Tapi, aku belum tau gimana keadaan lebih spesifiknya. Aku dilarang tau sama Mas Mahesa juga keluarganya,” jawab Nadhira dengan pahit.

Mendengar itu, Rini menghela napas. Ia melepaskan sling bag yang ia pakai lalu menaruhnya di meja kasir kemudian membantu Nadhira untuk mempersiapkan membuka toko.

“Yang sabar ya Nad. Semoga keadaan Bu Raditha bisa cepat pulih.”

“Amin,” jawab Nadhira bersungguh-sungguh. “Nanti jam siang aku izin pergi ke rumah sakit sebentar ya? Siapa tau aku bisa melihat Oma secara langsung.”

“Iya Nad, tenang aja. Entar aku yang menjaga toko,” jawab Rini, wanita seumuran Nadhira yang tengah hamil empat bulan itu. Ia sebenarnya dilarang sang suami untuk bekerja namun karena mudah merasa bosan, ia memelas meminta bekerja di toko bunga milik Nadhira yang perlahan mulai berkembang. Buktinya, ia perlu karyawan sebab sudah merasa kewalahan mengurusnya sendiri. Suami Rini menyetujui sebab bekerja di toko bunga tidak terlalu melelahkan untuk sang istri yang tengah hamil muda.

“Makasih banyak Rin. Aku kayaknya harus menambah satu karyawan lagi nggak sih? Kamu kan nanti mau cuti melahirkan cukup lama.”

“Bisa sih Nad, coba aja dulu membuka lowongan.”

Nadhira mengangguk, ia akan memikirkan itu nanti setelah persiapan membuka toko sudah selesai.

Begini lah keseharian Nadhira, bekerja mengurus toko bunga yang Asih tinggalkan untuknya sebagai harta yang paling berharga. Satu-satunya tempat yang membuatnya bisa menyambung hidup dengan baik. The Sunny Florist, begitu nama yang Asih dan Nadhira diskusikan dulu. Sebab, mereka berdua begitu sama-sama menyukai keindahan bunga matahari. Ah, kan, Nadhira jadi rindu lagi.

“Nad, salah. Bunga mawar putihnya ditaruh disini.”

“Hah? Oh…” Nadhira meringis, ia segera mengeluarkan bunga mawar putih yang ia masukkan ke dalam keranjang mawar merah.

“Kenapa Nadhira? Sini, sambil cerita-cerita. Aku bakalan mendengarkan. Jangan dipendam sendiri, biasanya aku juga selalu cerita tentang semua masalahku ke kamu kan? Sekarang gantian.”

Tawaran tulus itu membuat hati Nadhira tergugah. Apalagi Rini sudah berpengalaman. Ia sudah menikah dari dua tahun yang lalu. Lika-liku rumah tangga pasti sudah pernah ia rasakan.

“Oma koma Rin. Dan sesuai perjanjianku dengan Mas Mahes, kalau—kalau Oma sampai meninggal—“ Kelu sekali lidah Nadhira untuk mengucapkan itu. “Aku sama Mas Mahes harus bercerai. Karena, enggak ada lagi yang bisa menahan hubungan kami yang menurutnya terpaksa. Aku…Harus bagaimana? Aku enggak mau cerai Rin. Aku enggak mau pisah dari Mas Mahesa.”

“Ya ampun Nad.” Rini menarik Nadhira untuk duduk di kursi. Mengusap pundaknya mengirimkan simpati.

Nadhira menengadahkan kepala, mencegah air mata untuk terjatuh. “Kamu tau kan selama ini aku cuman mengikuti arus yang Mas Mahes lakukan? Aku enggak pernah meminta ataupun menuntut apa-apa sebab aku sadar posisiku bukan istri yang sesungguhnya. Aku sama Mas Mahes cuma terikat secara terpaksa. Tapi, aku juga enggak mau berpisah. Kamu tau sendiri aku cuman mau menikah sekali dalam seumur hidup kan Rin?" Nadhira mencoba mengatur napasnya.

" Kemarin, aku membuat rencana nekat. Aku mau terlihat di mata Mas Mahesa. Aku mau menarik perhatiannya. Aku bahkan mau membuat rencana agar bisa mengandung anak suamiku. Biar bisa kayak kamu Rin, suami kamu memperhatikan kamu begitu besar. Aku tau rencanaku enggak mungkin mudah." Nadhira abaikan tatapan sendu karyawannya.

" Tapi pagi aja bahkan sewaktu aku menyiapkan sarapan setelah sekian lama, Mas Mahesa malahan mengatakan aku enggak waras. Terlebih, nyatanya suamiku juga sudah punya pacar. Enggak tanggung-tanggung, mereka sudah empat tahun bersama. Kemarin, aku nekat banget dengan rencanaku tapi setelah menerima perlakuan yang kembali membuatku kecewa tadi pagi, aku kembali ragu. Benar gak ya rencanaku ini? Apa aku pasrah saja menunggu perceraian itu benar-benar terjadi? Aku benci banget dengan diriku yang enggak percaya diri kayak begini Rin.” Nadhira menyelesaikan ceritanya dengan satu hela napas kasar.

“Benar Nad.” Suara tegas Rini membuat Nadhira yang memandang kosong hamparan bunga di toko miliknya jadi menoleh. “Rencana yang kamu pikirkan adalah seratus persen benar. Percaya sama aku.” Rini meremas tangan Nadhira.

“Karena satu-satunya cara biar suami kamu terikat adalah dengan menarik perhatiannya. Sudah saatnya kamu mengambil tindakan untuk menciptakan perubahan. Walaupun Pak Mahesa enggak menerima pernikahan kalian, itu enggak menutupi kenyataan kalau kamu tetap istri beliau." Rini kembali memberikan senyum simpati.

"Kamu berhak menuntut segala tugas suami kepada Pak Mahesa, Nad. Aku bakalan bantu kiat-kiatnya, sebenarnya aku enggak terlalu berpengalaman juga sih soalnya suamiku sekarang adalah pacar pertamaku juga. Tapi tenang aja, aku bakalan selalu menyemangati kamu. Bisa Nad, sumpah. Bisa kok.”

“Rini…Makasih banyak ya.” Nadhira benar-benar merasa terharu, keyakinannya kembali pulih tatkala mendengar ucapan teman sekaligus karyawannya itu.

“Sama-sama Nadhira. Kamu tuh sudah banyak membantuku, mendiang nenek kamu juga banyak membantu ibuku. Ini bukan apa-apa.”

“Permisi?”

Mendengar suara lonceng yang otomatis akan berbunyi ketika pintu dibuka membuat Nadhira dan Rini segera berdiri. Keduanya sama-sama menunjukkan ekspresi terkejut namun Rini yang lebih diri mengendalikan diri sebab, Nadhira tidak mungkin bisa.

Di hadapannya sekarang, ada seorang Jennitha Dewita Harsena, kekasih seorang Mahesa.

***

Related chapters

  • Tuan CEO Arogan, Mari Bercerai.   BAB 6 : "Bak Langit dan Bumi."

    “Permisi Kak, ada yang bisa saya bantu?” Rini menyapa ramah pada seorang wanita berbadan tinggi menjulang, sangat jarang untuk warga lokal kebanyakan. Ia bahkan sampai harus mendongak agar bisa menatap dari mata ke mata. Kesopanan yang selalu ia tunjukkan ketika menyambut pelanggan. Rini jelas tau siapa yang ada di hadapannya sekarang, seorang yang sejujurnya tidak ia sukai sebab karena dia, Nadhira acap kali bersedih hati. Namun, karena harus profesional, ia harus mengesampingkan semua hal itu. Memilah antara hal pribadi juga pekerjaan. Rini biarkan dirinya yang menyambut pelanggan sebab ia tau sekali Nadhira tidak akan menyambut pembeli pertama mereka hari ini. “Saya mau mencari bunga untuk diberikan kepada seseorang yang baru saja melahirkan. Bunga apa ya yang cocok kira-kira Mbak?” Rini sempat tergugu, ia baru bekerja kurang dari setahun belakangan. Pengetahuannya tentang segala filosofi bunga jelas masih tidak terlalu banyak. Ia perlu memeras otaknya lebih dulu untuk meng

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tuan CEO Arogan, Mari Bercerai.   BAB 1 : "Perjanjian Perceraian."

    “Sesuai perjanjian, kalau Oma meninggal, saya dan kamu akan bercerai. Dan Oma, sedang koma sekarang.” Kepala seorang wanita berambut hitam legam sepunggung yang sejak tadi menunduk untuk menyembunyikan air mata, kontan saja menengadah ketika mendengar sebuah pernyataan dari suara berat yang sudah begitu ia hafal tanpa harus melihat. Disaat semua orang tengah bersedih akan keadaan buruk seseorang yang sedang berada di dalam ruang operasi. Lidahnya seketika terasa kelu, tidak menyangka kalimat itu datang dari sang suami di keadaan sekarang, “Mas…Apa perlu mengatakan hal itu sekarang?” Nadhira, wanita yang baru berumur dua puluh lima dua bulan yang lalu itu bertanya dengan suara serak sebab sudah terlalu lama menangis. Matanya berkaca-kaca sedang pipinya basah akan limpahan air mata tatkala menatap Mahesa, sang suami setahun lebih belakangan. Lebih tepatnya, suami ‘rahasia’ sebab yang tau jalinan pernikahan mereka hanyalah keluarga besar pria itu saja juga dua teman dekat Nadhira

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tuan CEO Arogan, Mari Bercerai.   BAB 2 : "Rencana Gila Nadhira."

    Keluar dari rumah sakit, sebab tidak lagi sanggup melangkah dalam keadaan yang begitu kacau, Nadhira memilih melipir ke taman kota yang begitu temaram dan tentu saja banyak nyamuk. Namun Nadhira sama sekali tidak peduli, ia hanya perlu tempat untuk menangis sepuas yang ia bisa tanpa ada yang harus melihat. Nadhira hanya ingin menumpahkan kesedihan. Raditha yang koma, itu benar-benar membuat dirinya terpukul. Sejak Asih, neneknya meninggal setahun yang lalu, hanya Raditha satu-satunya sandaran yang Nadhira punya. Yang menyambung kasih sayang dari Asih dengan sama besarnya. Yang membuat Nadhira merasa kalau ia tidak benar-benar merasa sendirian di dunia ini. Namun, bagaimana sekarang? Nadhira tidak bisa mendengar penjelasan lebih lanjut sebab hanya pihak keluarga Brijaya yang bisa mendengar penjelasan penuh dari dokter tentang mengapa wanita yang berumur delapan puluh satu tahun itu bisa koma. Nadhira tidak dipersilahkan untuk mengetahui sehingga sekarang, ia hanya bisa tenggelam da

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tuan CEO Arogan, Mari Bercerai.   BAB 3 : "Aib yang Harus Disembunyikan."

    “Bagaimana? Hasil pemeriksaan menyeluruh Oma sudah keluar? Baiklah, saya akan kesana.”Nadhira tergugu di tempat, seakan ditanamkan paku kedua kakinya agar tidak bergerak kemana-mana. Tergugu melihat suaminya yang menuruni tangga dengan terburu-buru sedang ia bersembunyi di belakang lemari.Ya Tuhan, di mana keberanian yang dirinya sudah rencanakan semalam suntuk itu?! Melihat Mahesa yang keluar dari ruang kerjanya saja satu-satunya yang Nadhira lakukan adalah bersembunyi secepat mungkin dengan gerakan rusuh hingga jempolnya terkantuk lemari. Kepalanya sampai berdengung akibat rasa sakit di jempol kakinya yang malang itu.Demi Tuhan, perceraian sudah di depan mata! Nadhira tidak bermaksud untuk mendoakan Raditha untuk menemukan ajalnya, sungguh. Ia saja sudah menangis semalaman karena merasa takut ditinggalkan namun apa-apaan yang barusan saja ia perbuat? Kembali bersembunyi, memperhatikan dari jauh suaminya yang melenggang pergi keluar rumah padahal tadi malam ia sudah menekatkan dir

    Last Updated : 2024-10-09
  • Tuan CEO Arogan, Mari Bercerai.   BAB 4 : "Nadhira Tidak Akan Menyerah."

    Nadhira hanya punya satu prinsip. Ia hidup untuk hari ini dan apa yang terjadi di masa lalu, biarlah menjadi memori.Caranya untuk terus menyambung hidup adalah dengan mengikhlaskan segala rasa sakit yang malangnya, muncul terlalu sering.Nadhira boleh jadi hancur berkeping-keping kemarin. Boleh jadi, bantalnya basah akan air mata lagi namun, Tuhan masih memberikannya napas keesokan harinya.Itu berarti, ia disuruh untuk berjuang lagi, bukan? Tuhan tau, ia masih punya kekuatan untuk menjalankan segalanya, bukan?Pengusiran keluarga Mahesa masih memberikan bekas dalam rasa trauma. Ancaman suaminya yang mengancamnya untuk terus bersembunyi makin menekan dalam rasa keberanian dan percaya diri.Tapi entah bagaimana Nadhira bangun lebih pagi dari jam yang biasanya hari ini. Satu jam lebih awal tepatnya, setelah beribadah ia segera mandi lalu berpakaian dengan…Sedikit lebih niat. Nadhira bahkan memberikan riasan di wajah juga memakai lotion badan juga parfum yang cukup. Nadhira tidak tau a

    Last Updated : 2024-10-09

Latest chapter

  • Tuan CEO Arogan, Mari Bercerai.   BAB 6 : "Bak Langit dan Bumi."

    “Permisi Kak, ada yang bisa saya bantu?” Rini menyapa ramah pada seorang wanita berbadan tinggi menjulang, sangat jarang untuk warga lokal kebanyakan. Ia bahkan sampai harus mendongak agar bisa menatap dari mata ke mata. Kesopanan yang selalu ia tunjukkan ketika menyambut pelanggan. Rini jelas tau siapa yang ada di hadapannya sekarang, seorang yang sejujurnya tidak ia sukai sebab karena dia, Nadhira acap kali bersedih hati. Namun, karena harus profesional, ia harus mengesampingkan semua hal itu. Memilah antara hal pribadi juga pekerjaan. Rini biarkan dirinya yang menyambut pelanggan sebab ia tau sekali Nadhira tidak akan menyambut pembeli pertama mereka hari ini. “Saya mau mencari bunga untuk diberikan kepada seseorang yang baru saja melahirkan. Bunga apa ya yang cocok kira-kira Mbak?” Rini sempat tergugu, ia baru bekerja kurang dari setahun belakangan. Pengetahuannya tentang segala filosofi bunga jelas masih tidak terlalu banyak. Ia perlu memeras otaknya lebih dulu untuk meng

  • Tuan CEO Arogan, Mari Bercerai.   BAB 5 : "Rasa Simpati."

    Nadhira menyukai keindahan juga aroma wangi alami dari berbagai bunga yang memiliki berbagai macam warna, terpengaruhi langsung oleh mendiang neneknya yang dulu sebelum menjadi pembantu, di usia mudanya pernah bekerja di toko bunga. Setelah bekerja dan memiliki tabungan yang cukup sebab satu-satunya orang yang ia tanggung hanya lah Nadhira membuatnya berani mencoba usaha sampingan dari satu-satunya keahlian lain selain memasak, yakni merangkai bunga dalam sebuah buket. Dan usahanya itu, diwariskan kepada Nadhira satu-satunya keluarga yang ia miliki. Jangan tanya tentang ibunya Nadhira, beliau memilih kabur dan lari dari tanggung jawab sebagai seorang ibu dua hari setelah Nadhira lahir ke dunia. Nadhira adalah anak yang tidak diingankan oleh Laila, wanita yang memanfaatkan kecantikannya untuk menjadi seorang pekerja malam. Penggoda ulung pria berdompet tebal sebab Laila benci dengan kemiskinan yang selama ini mengekang hidupnya. Dia benci hidup sengsara maka menggoda pria matang de

  • Tuan CEO Arogan, Mari Bercerai.   BAB 4 : "Nadhira Tidak Akan Menyerah."

    Nadhira hanya punya satu prinsip. Ia hidup untuk hari ini dan apa yang terjadi di masa lalu, biarlah menjadi memori.Caranya untuk terus menyambung hidup adalah dengan mengikhlaskan segala rasa sakit yang malangnya, muncul terlalu sering.Nadhira boleh jadi hancur berkeping-keping kemarin. Boleh jadi, bantalnya basah akan air mata lagi namun, Tuhan masih memberikannya napas keesokan harinya.Itu berarti, ia disuruh untuk berjuang lagi, bukan? Tuhan tau, ia masih punya kekuatan untuk menjalankan segalanya, bukan?Pengusiran keluarga Mahesa masih memberikan bekas dalam rasa trauma. Ancaman suaminya yang mengancamnya untuk terus bersembunyi makin menekan dalam rasa keberanian dan percaya diri.Tapi entah bagaimana Nadhira bangun lebih pagi dari jam yang biasanya hari ini. Satu jam lebih awal tepatnya, setelah beribadah ia segera mandi lalu berpakaian dengan…Sedikit lebih niat. Nadhira bahkan memberikan riasan di wajah juga memakai lotion badan juga parfum yang cukup. Nadhira tidak tau a

  • Tuan CEO Arogan, Mari Bercerai.   BAB 3 : "Aib yang Harus Disembunyikan."

    “Bagaimana? Hasil pemeriksaan menyeluruh Oma sudah keluar? Baiklah, saya akan kesana.”Nadhira tergugu di tempat, seakan ditanamkan paku kedua kakinya agar tidak bergerak kemana-mana. Tergugu melihat suaminya yang menuruni tangga dengan terburu-buru sedang ia bersembunyi di belakang lemari.Ya Tuhan, di mana keberanian yang dirinya sudah rencanakan semalam suntuk itu?! Melihat Mahesa yang keluar dari ruang kerjanya saja satu-satunya yang Nadhira lakukan adalah bersembunyi secepat mungkin dengan gerakan rusuh hingga jempolnya terkantuk lemari. Kepalanya sampai berdengung akibat rasa sakit di jempol kakinya yang malang itu.Demi Tuhan, perceraian sudah di depan mata! Nadhira tidak bermaksud untuk mendoakan Raditha untuk menemukan ajalnya, sungguh. Ia saja sudah menangis semalaman karena merasa takut ditinggalkan namun apa-apaan yang barusan saja ia perbuat? Kembali bersembunyi, memperhatikan dari jauh suaminya yang melenggang pergi keluar rumah padahal tadi malam ia sudah menekatkan dir

  • Tuan CEO Arogan, Mari Bercerai.   BAB 2 : "Rencana Gila Nadhira."

    Keluar dari rumah sakit, sebab tidak lagi sanggup melangkah dalam keadaan yang begitu kacau, Nadhira memilih melipir ke taman kota yang begitu temaram dan tentu saja banyak nyamuk. Namun Nadhira sama sekali tidak peduli, ia hanya perlu tempat untuk menangis sepuas yang ia bisa tanpa ada yang harus melihat. Nadhira hanya ingin menumpahkan kesedihan. Raditha yang koma, itu benar-benar membuat dirinya terpukul. Sejak Asih, neneknya meninggal setahun yang lalu, hanya Raditha satu-satunya sandaran yang Nadhira punya. Yang menyambung kasih sayang dari Asih dengan sama besarnya. Yang membuat Nadhira merasa kalau ia tidak benar-benar merasa sendirian di dunia ini. Namun, bagaimana sekarang? Nadhira tidak bisa mendengar penjelasan lebih lanjut sebab hanya pihak keluarga Brijaya yang bisa mendengar penjelasan penuh dari dokter tentang mengapa wanita yang berumur delapan puluh satu tahun itu bisa koma. Nadhira tidak dipersilahkan untuk mengetahui sehingga sekarang, ia hanya bisa tenggelam da

  • Tuan CEO Arogan, Mari Bercerai.   BAB 1 : "Perjanjian Perceraian."

    “Sesuai perjanjian, kalau Oma meninggal, saya dan kamu akan bercerai. Dan Oma, sedang koma sekarang.” Kepala seorang wanita berambut hitam legam sepunggung yang sejak tadi menunduk untuk menyembunyikan air mata, kontan saja menengadah ketika mendengar sebuah pernyataan dari suara berat yang sudah begitu ia hafal tanpa harus melihat. Disaat semua orang tengah bersedih akan keadaan buruk seseorang yang sedang berada di dalam ruang operasi. Lidahnya seketika terasa kelu, tidak menyangka kalimat itu datang dari sang suami di keadaan sekarang, “Mas…Apa perlu mengatakan hal itu sekarang?” Nadhira, wanita yang baru berumur dua puluh lima dua bulan yang lalu itu bertanya dengan suara serak sebab sudah terlalu lama menangis. Matanya berkaca-kaca sedang pipinya basah akan limpahan air mata tatkala menatap Mahesa, sang suami setahun lebih belakangan. Lebih tepatnya, suami ‘rahasia’ sebab yang tau jalinan pernikahan mereka hanyalah keluarga besar pria itu saja juga dua teman dekat Nadhira

DMCA.com Protection Status