Wajah Clara seketika memerah. Setiap kali Satya membalas kebaikannya, kaki Clara akan lemas hingga tidak sanggup berjalan. Meskipun dirinya sedang hamil, Satya tetap punya cara untuk membuatnya terbang ke awang-awang.Clara tidak mau terlihat takut. Dia mengambil bukunya, lalu menepuk kepala Satya dan menyahut, "Aku nggak butuh balasan apa pun!"Tingkah Clara sungguh menggemaskan. Meskipun Satya sedang tidak ingin melakukannya, dia tidak bisa menahan diri untuk mendekapkan Clara ke pelukan, membujuknya untuk memberitahunya rencananya.Clara membenamkan wajahnya di pelukan Satya. Piama sutra berwarna hitam memperlihatkan kulitnya yang putih dan mulus. Sungguh menggoda.Clara mengelus wajah tampan Satya sambil memberi tahu rencananya. Satya makin luluh dibuatnya. Dia menjadi ingin melakukannya dengan Clara.Setelah merenung sejenak, Satya berkata, "Oke, lakukan saja. Ada aku di belakangmu. Aku akan menjadi tamengmu!"....Tiga hari kemudian, di pesta yang diadakan Keluarga Wirawan di Kot
Malam sudah larut dan sepi.Rumah Keluarga Sadali tampak sunyi. Di kamar tidur utama di lantai dua, Veren sedang membereskan barang-barangnya di dalam lemari pakaian. Pakaian dan perhiasan yang biasa dipakainya sudah dimasukkan ke dalam dua koper besar ....Agus sedang merokok di luar kamar. Asbaknya sudah penuh dengan puntung rokok.Veren menarik kopernya keluar, lalu bertanya kepada suaminya, "Agus, kamu mau pergi denganku nggak? Kalau mau, kita masih bisa jadi pasangan yang harmonis .... Kalau nggak, aku juga akan menghormati pilihanmu. Tapi, hubungan kita sebagai suami istri akan berakhir sampai di sini." Suara wanita itu terdengar menahan emosi ketika melanjutkan, "Aku nggak bisa lagi tinggal di rumah ini."Veren sangat menghormati Malik dan menganggapnya seperti ayah kandung sendiri. Namun, takdir malah mempermainkannya. Dia tidak pernah menyangka bahwa orang tua yang bijaksana itu ternyata begitu bodoh. Malik tidak mau mengobati cucu kandungnya sendiri karena takut merusak keseh
Clara tersenyum dengan paksa. Keduanya berbincang cukup lama. Saat hendak tidur, ponsel Satya yang diletakkan di samping bantal berbunyi ....Melihat siapa yang menelepon .... Satya sontak memicingkan mata, lalu menjawab telepon itu.Di ujung telepon, terdengar suara pria paruh baya. "Malik diam-diam melakukan pencocokan untuk Clara dan ternyata cocok dengan Axel. Aku rasa Malik bakal segera bertindak. Aku tahu Pak Satya punya pengaruh di Kota Handa.""Menurutku, sebaiknya Clara segera pergi ke Kota Handa .... Kedua anaknya sebaiknya juga ikut. Tinggal di Kota Brata terlalu berbahaya. Bu Veren bahkan sedang ditahan di rumah. Sekarang, Malik benar-benar sudah gila," tambah orang itu.....Satya menjawab tanpa ekspresi, "Oke."Setelah menutup telepon, pria itu menatap Clara. Tadi, Clara telah mendengar semuanya. Namun, hatinya malah terasa tenang.Satya merangkulnya dengan lembut dan membiarkan wanita itu bersandar di bahunya. Kemudian, dia menjelaskan rencananya, "Orang yang menggantika
Di tempat parkir, Surya hendak masuk ke dalam mobil. Namun, Malik berucap dengan tenang, "Surya, urusan selanjutnya adalah urusan keluarga. Kamu nggak perlu ikut."Surya berujar seraya tersenyum, "Urusan Pak Malik adalah urusanku juga."Malik menatapnya sejenak sebelum merespons, "Tapi, aku nggak ingin ada masalah tambahan."Surya tidak berani menanggapi lagi. Dia hanya bisa melihat enam mobil hitam melaju pergi dari pandangannya. Begitu mobil-mobil itu keluar dari gerbang, dia segera mengeluarkan ponselnya, mengganti kartu SIM, dan menelepon seseorang ....Surya berucap, "Pak Satya, gawat. Pak Malik nggak kasih aku ikut .... Aku juga nggak tahu mereka bakal pergi ke rumah sakit mana."....Di kantor Presdir Grup Chandra.Satya menutup telepon, lalu langsung keluar. Saat melewati kantor Gracia, dia memerintahkan dengan tenang, "Kumpulkan semua agen keamanan yang bisa dihubungi .... Ikut aku keluar untuk mengurus sesuatu."Makin singkat ucapannya, maka makin besar masalahnya. Gracia men
Dokter malah mengambil anestesia dan berucap, "Kami sudah mau mengambil sumsum tulang belakang. Pak, silakan keluar.""Diam kamu," sergah Satya. Dia menendang dada dokter itu dengan kuat. Dokter jatuh di lantai dan berteriak kesakitan.Kemudian, ratusan petugas keamanan Grup Chandra mengepung rumah sakit. Bawahan yang dibawa Malik tidak mungkin mampu melawan mereka. Aida yang sudah dibebaskan segera melepaskan Clara dan berujar sembari menangis, "Untung saja Tuan Satya datang. Kalau nggak, aku nggak berani membayangkan apa yang terjadi."Clara berlinang air mata. Dia sudah berjanji dengan Satya, dia akan pergi ke Kota Handa 3 hari lagi. Siapa sangka, Malik akan melakukan hal yang begitu mengerikan.Satya tidak sungkan lagi. Dia melepaskan jasnya dengan perlahan dan hanya memakai kemeja. Ototnya yang kekar pun terlihat. Satya menghajar dokter itu sampai sekarat terlebih dahulu. Sesudah itu, dia baru menghampiri Malik.Bawahan Malik mencegat Satya dan berkata, "Pak Satya, tenang dulu."S
Pihak rumah sakit berusaha keras untuk menyelamatkan Axel. Untung saja, Axel masih mampu bertahan. Tubuhnya juga tidak lumpuh. Namun, kondisinya makin lemah.Renata memeluk Axel sambil menangis. Dia telah melakukan hal yang kotor sehingga tidak punya hak bicara di Keluarga Sadali. Sekarang Renata hanya bisa menuruti Malik. Dia menyalahkan Clara yang tidak bijaksana untuk menyenangkan hati Malik.Malik yang merasa bersalah tidak memedulikan ucapan Renata. Dia menegur, "Kalau ada waktu, temani anakmu! Kamu malah bersenang-senang dengan pria lain di luar! Kalau nggak, mana mungkin kamu bisa diancam Satya?"Renata merasa sangat malu karena ditegur Malik. Akan tetapi, dia benar-benar tidak rela mati. Jadi, Renata hanya bisa bersabar. Tentu saja, dia tidak berniat untuk memperbaiki kesalahannya. Hubungannya dengan Vigo sudah hancur. Renata tidak ingin meninggalkan kesenangannya. Kondisi Keluarga Sadali kacau balau.....Sementara itu, Satya sudah membawa Clara dan lainnya pergi. Dia merasa t
Aida pergi dari tempat itu. Satya mengalihkan pandangannya pada Clara dan berkata dengan lembut, "Kamu di atas saja, jangan sampai mengganggu Alaia .... Kalau dia tanya, bilang sana Ayah sedang dinas."Satya benar-benar tidak tenang meninggalkan istri dan anak-anaknya, sehingga berpesan banyak sekali pada Clara. Clara mengingat semua itu sambil menahan air mata. Sebelum makan siang, Satya pergi mengikuti mobil polisi. Clara berdiri di balkon menyaksikan mobilnya yang menjauh ....Selama Satya tidak ada, Clara benar-benar menderita menjalani hari demi hari. Dia menunggu selama tujuh hari, tetapi Satya tetap masih belum pulang. Clara bahkan tidak diperbolehkan untuk menemuinya saat pergi ke kantor polisi. Petugas hanya berkata, "Pak Satya terlibat kasus yang sangat besar."Orang bisa saja mencari-cari alasan untuk menambah kesalahannya. Clara sangat paham bahwa semua ini pasti ulah Malik! Dia lebih mengerti bahwa Malik tidak berencana akan membebaskan Satya. Dia ingin menunggu Clara untu
Tengah malam.Malik sedang duduk di ruang kerjanya, sambil bertanya pada Surya dengan muram, "Dia masih belum mengaku?"Surya menuangkan teh ke gelasnya. Mendengar hal itu, Surya tersenyum tipis, "Mana mungkin Pak Satya akan mengakui kasus sebesar itu dengan mudah? Katanya, sekujur tubuhnya sudah terluka parah, tapi dia tetap tidak mau mengakui sama sekali."Malik terkekeh-kekeh, "Dia benar-benar keras kepala."Sambil berkata demikian, Malik mengambil gelas teh dan meniupnya sejenak. "Mungkin harus menggunakan cara khusus untuk menghadapi orang keras kepala seperti ini .... Bukannya biasa mereka pandai melakukan hal seperti ini? Suruh mereka tunjukkan kehebatan mereka. Dengan cara apa pun, harus paksa Satya mengakui semuanya."Surya tersenyum tipis lagi, "Bukankah itu nggak baik?""Kamu perhatian sekali padanya?" tanya Malik sembari meletakkan gelas teh.Surya langsung menyergah, "Aku cuma takut hubungan Anda dengan Nona akan hancur .... Bagaimanapun, Nona dan Pak Satya sedang dekat se