Di tempat parkir, Surya hendak masuk ke dalam mobil. Namun, Malik berucap dengan tenang, "Surya, urusan selanjutnya adalah urusan keluarga. Kamu nggak perlu ikut."Surya berujar seraya tersenyum, "Urusan Pak Malik adalah urusanku juga."Malik menatapnya sejenak sebelum merespons, "Tapi, aku nggak ingin ada masalah tambahan."Surya tidak berani menanggapi lagi. Dia hanya bisa melihat enam mobil hitam melaju pergi dari pandangannya. Begitu mobil-mobil itu keluar dari gerbang, dia segera mengeluarkan ponselnya, mengganti kartu SIM, dan menelepon seseorang ....Surya berucap, "Pak Satya, gawat. Pak Malik nggak kasih aku ikut .... Aku juga nggak tahu mereka bakal pergi ke rumah sakit mana."....Di kantor Presdir Grup Chandra.Satya menutup telepon, lalu langsung keluar. Saat melewati kantor Gracia, dia memerintahkan dengan tenang, "Kumpulkan semua agen keamanan yang bisa dihubungi .... Ikut aku keluar untuk mengurus sesuatu."Makin singkat ucapannya, maka makin besar masalahnya. Gracia men
Dokter malah mengambil anestesia dan berucap, "Kami sudah mau mengambil sumsum tulang belakang. Pak, silakan keluar.""Diam kamu," sergah Satya. Dia menendang dada dokter itu dengan kuat. Dokter jatuh di lantai dan berteriak kesakitan.Kemudian, ratusan petugas keamanan Grup Chandra mengepung rumah sakit. Bawahan yang dibawa Malik tidak mungkin mampu melawan mereka. Aida yang sudah dibebaskan segera melepaskan Clara dan berujar sembari menangis, "Untung saja Tuan Satya datang. Kalau nggak, aku nggak berani membayangkan apa yang terjadi."Clara berlinang air mata. Dia sudah berjanji dengan Satya, dia akan pergi ke Kota Handa 3 hari lagi. Siapa sangka, Malik akan melakukan hal yang begitu mengerikan.Satya tidak sungkan lagi. Dia melepaskan jasnya dengan perlahan dan hanya memakai kemeja. Ototnya yang kekar pun terlihat. Satya menghajar dokter itu sampai sekarat terlebih dahulu. Sesudah itu, dia baru menghampiri Malik.Bawahan Malik mencegat Satya dan berkata, "Pak Satya, tenang dulu."S
Pihak rumah sakit berusaha keras untuk menyelamatkan Axel. Untung saja, Axel masih mampu bertahan. Tubuhnya juga tidak lumpuh. Namun, kondisinya makin lemah.Renata memeluk Axel sambil menangis. Dia telah melakukan hal yang kotor sehingga tidak punya hak bicara di Keluarga Sadali. Sekarang Renata hanya bisa menuruti Malik. Dia menyalahkan Clara yang tidak bijaksana untuk menyenangkan hati Malik.Malik yang merasa bersalah tidak memedulikan ucapan Renata. Dia menegur, "Kalau ada waktu, temani anakmu! Kamu malah bersenang-senang dengan pria lain di luar! Kalau nggak, mana mungkin kamu bisa diancam Satya?"Renata merasa sangat malu karena ditegur Malik. Akan tetapi, dia benar-benar tidak rela mati. Jadi, Renata hanya bisa bersabar. Tentu saja, dia tidak berniat untuk memperbaiki kesalahannya. Hubungannya dengan Vigo sudah hancur. Renata tidak ingin meninggalkan kesenangannya. Kondisi Keluarga Sadali kacau balau.....Sementara itu, Satya sudah membawa Clara dan lainnya pergi. Dia merasa t
Aida pergi dari tempat itu. Satya mengalihkan pandangannya pada Clara dan berkata dengan lembut, "Kamu di atas saja, jangan sampai mengganggu Alaia .... Kalau dia tanya, bilang sana Ayah sedang dinas."Satya benar-benar tidak tenang meninggalkan istri dan anak-anaknya, sehingga berpesan banyak sekali pada Clara. Clara mengingat semua itu sambil menahan air mata. Sebelum makan siang, Satya pergi mengikuti mobil polisi. Clara berdiri di balkon menyaksikan mobilnya yang menjauh ....Selama Satya tidak ada, Clara benar-benar menderita menjalani hari demi hari. Dia menunggu selama tujuh hari, tetapi Satya tetap masih belum pulang. Clara bahkan tidak diperbolehkan untuk menemuinya saat pergi ke kantor polisi. Petugas hanya berkata, "Pak Satya terlibat kasus yang sangat besar."Orang bisa saja mencari-cari alasan untuk menambah kesalahannya. Clara sangat paham bahwa semua ini pasti ulah Malik! Dia lebih mengerti bahwa Malik tidak berencana akan membebaskan Satya. Dia ingin menunggu Clara untu
Tengah malam.Malik sedang duduk di ruang kerjanya, sambil bertanya pada Surya dengan muram, "Dia masih belum mengaku?"Surya menuangkan teh ke gelasnya. Mendengar hal itu, Surya tersenyum tipis, "Mana mungkin Pak Satya akan mengakui kasus sebesar itu dengan mudah? Katanya, sekujur tubuhnya sudah terluka parah, tapi dia tetap tidak mau mengakui sama sekali."Malik terkekeh-kekeh, "Dia benar-benar keras kepala."Sambil berkata demikian, Malik mengambil gelas teh dan meniupnya sejenak. "Mungkin harus menggunakan cara khusus untuk menghadapi orang keras kepala seperti ini .... Bukannya biasa mereka pandai melakukan hal seperti ini? Suruh mereka tunjukkan kehebatan mereka. Dengan cara apa pun, harus paksa Satya mengakui semuanya."Surya tersenyum tipis lagi, "Bukankah itu nggak baik?""Kamu perhatian sekali padanya?" tanya Malik sembari meletakkan gelas teh.Surya langsung menyergah, "Aku cuma takut hubungan Anda dengan Nona akan hancur .... Bagaimanapun, Nona dan Pak Satya sedang dekat se
Malam musim dingin, angin berembus terasa hingga menusuk tulang. Malik berdiri di lorong merasa tidak berdaya. Dari belakangnya terdengar suara, "Pak Malik ya?""Siapa itu?" Malik menoleh melihat orang yang datang. Pria itu adalah seorang kurir. Dia membawa karangan bunga dan memberikannya pada Malik, "Ini adalah karangan bunga dari Bu Clara, turut berdukacita."Karangan bunga .... Tebersit kilatan kebencian di mata Malik. Dia melemparkan karangan bunga itu dan menginjaknya hingga hancur. Dalam hatinya sangat yakin bahwa Clara sedang memperingatkannya .... Jika Malik masih terus mempersulit Satya, dia akan terus balas dendam pada Vigo hingga membunuhnya.Surya berlari mendekat. Dia sangat terkejut melihat pemandangan ini. "Ada apa ini sebenarnya?"Malik mendongak dan berkata, "Hentikan semua interogasi Satya, tapi jangan bebaskan dia .... Selain itu, cari masalah pada Grup Chandra."Surya telah bisa menebak secara garis besar apa yang telah terjadi. Dia menasihati dengan berhati-hati,
Setelah tidur dua jam, Clara akhirnya bangun. Seperti biasanya, dia mengurus kedua anaknya. Saat berganti pakaian, Alaia mengatakan bahwa dia merindukan ayahnya. Alaia bersandar di pundak ibunya dan berkata dengan manja, "Alaia kangen sama Ayah."Clara merasa seperti ingin menangis. Dia membujuk anak itu dengan lembut, "Ayah sedang dinas. Dia juga pasti sudah merindukan Alaia."Joe lebih memahami situasi. Setelah ragu-ragu sejenak, dia bertanya pada Clara, "Kapan Ayah akan pulang?"Clara terdiam. Selanjutnya, dia langsung mengelus kepala Joe dan berkata dengan suara yang tercekat, "Sebelum tahun baru! Joe, Ayah pasti akan pulang sebelum tahun baru."Setelah itu, Joe tidak banyak bertanya lagi. Saat sedang sendirian, Joe diam-diam mengusap air matanya di kamar .... Clara yang sudah berdiri lama di depan pintu kamar, akhirnya memutuskan untuk masuk. Melihatnya, Joe langsung berpaling."Apa dia nggak akan pulang lagi? Ayah sudah meninggal ya?" tanya Joe.Joe biasanya sangat gengsi, tetapi
Dengan nada datar, Satya berkata, "Aku mengerti."Petugas itu baru merasa lega. Selain itu, dia memberikan sebuah salep untuk Satya dan mengobrol dengannya sejenak. Tiba-tiba, Satya bertanya, "Dia menangis nggak?""Apa?" Orang itu kebingungan. Dia merasa bahwa wanita kaya seperti Nyonya Chandra biasanya tidak akan menangis demi suaminya. Bahkan ada juga yang malah merasa bahagia!Satya berkata, "Kamu nggak mengerti hubungan kita."....Pukul dua siang, Clara mengantarkan Joe dan Alaia ke rumah Zakki. Dia memberi tahu Annika bahwa dia akan pergi ke Kota Handa. Annika tidak setuju, dia yang ingin pergi menggantikan Clara."Zakki juga sedang memikirkan cara! Clara, terlalu bahaya kalau kamu ke Kota Handa sendirian. Kakakku juga pasti nggak akan tenang."Clara berkata, "Ini memang rencana kakakmu."Annika masih ingin bersikeras mempertahankan pendapatnya. Sambil melihat kedua anaknya di kejauhan, Clara berkata, "Seminggu. Kalau aku nggak kembali dalam seminggu, mungkin aku nggak akan perna