Tengah malam.Malik sedang duduk di ruang kerjanya, sambil bertanya pada Surya dengan muram, "Dia masih belum mengaku?"Surya menuangkan teh ke gelasnya. Mendengar hal itu, Surya tersenyum tipis, "Mana mungkin Pak Satya akan mengakui kasus sebesar itu dengan mudah? Katanya, sekujur tubuhnya sudah terluka parah, tapi dia tetap tidak mau mengakui sama sekali."Malik terkekeh-kekeh, "Dia benar-benar keras kepala."Sambil berkata demikian, Malik mengambil gelas teh dan meniupnya sejenak. "Mungkin harus menggunakan cara khusus untuk menghadapi orang keras kepala seperti ini .... Bukannya biasa mereka pandai melakukan hal seperti ini? Suruh mereka tunjukkan kehebatan mereka. Dengan cara apa pun, harus paksa Satya mengakui semuanya."Surya tersenyum tipis lagi, "Bukankah itu nggak baik?""Kamu perhatian sekali padanya?" tanya Malik sembari meletakkan gelas teh.Surya langsung menyergah, "Aku cuma takut hubungan Anda dengan Nona akan hancur .... Bagaimanapun, Nona dan Pak Satya sedang dekat se
Malam musim dingin, angin berembus terasa hingga menusuk tulang. Malik berdiri di lorong merasa tidak berdaya. Dari belakangnya terdengar suara, "Pak Malik ya?""Siapa itu?" Malik menoleh melihat orang yang datang. Pria itu adalah seorang kurir. Dia membawa karangan bunga dan memberikannya pada Malik, "Ini adalah karangan bunga dari Bu Clara, turut berdukacita."Karangan bunga .... Tebersit kilatan kebencian di mata Malik. Dia melemparkan karangan bunga itu dan menginjaknya hingga hancur. Dalam hatinya sangat yakin bahwa Clara sedang memperingatkannya .... Jika Malik masih terus mempersulit Satya, dia akan terus balas dendam pada Vigo hingga membunuhnya.Surya berlari mendekat. Dia sangat terkejut melihat pemandangan ini. "Ada apa ini sebenarnya?"Malik mendongak dan berkata, "Hentikan semua interogasi Satya, tapi jangan bebaskan dia .... Selain itu, cari masalah pada Grup Chandra."Surya telah bisa menebak secara garis besar apa yang telah terjadi. Dia menasihati dengan berhati-hati,
Setelah tidur dua jam, Clara akhirnya bangun. Seperti biasanya, dia mengurus kedua anaknya. Saat berganti pakaian, Alaia mengatakan bahwa dia merindukan ayahnya. Alaia bersandar di pundak ibunya dan berkata dengan manja, "Alaia kangen sama Ayah."Clara merasa seperti ingin menangis. Dia membujuk anak itu dengan lembut, "Ayah sedang dinas. Dia juga pasti sudah merindukan Alaia."Joe lebih memahami situasi. Setelah ragu-ragu sejenak, dia bertanya pada Clara, "Kapan Ayah akan pulang?"Clara terdiam. Selanjutnya, dia langsung mengelus kepala Joe dan berkata dengan suara yang tercekat, "Sebelum tahun baru! Joe, Ayah pasti akan pulang sebelum tahun baru."Setelah itu, Joe tidak banyak bertanya lagi. Saat sedang sendirian, Joe diam-diam mengusap air matanya di kamar .... Clara yang sudah berdiri lama di depan pintu kamar, akhirnya memutuskan untuk masuk. Melihatnya, Joe langsung berpaling."Apa dia nggak akan pulang lagi? Ayah sudah meninggal ya?" tanya Joe.Joe biasanya sangat gengsi, tetapi
Dengan nada datar, Satya berkata, "Aku mengerti."Petugas itu baru merasa lega. Selain itu, dia memberikan sebuah salep untuk Satya dan mengobrol dengannya sejenak. Tiba-tiba, Satya bertanya, "Dia menangis nggak?""Apa?" Orang itu kebingungan. Dia merasa bahwa wanita kaya seperti Nyonya Chandra biasanya tidak akan menangis demi suaminya. Bahkan ada juga yang malah merasa bahagia!Satya berkata, "Kamu nggak mengerti hubungan kita."....Pukul dua siang, Clara mengantarkan Joe dan Alaia ke rumah Zakki. Dia memberi tahu Annika bahwa dia akan pergi ke Kota Handa. Annika tidak setuju, dia yang ingin pergi menggantikan Clara."Zakki juga sedang memikirkan cara! Clara, terlalu bahaya kalau kamu ke Kota Handa sendirian. Kakakku juga pasti nggak akan tenang."Clara berkata, "Ini memang rencana kakakmu."Annika masih ingin bersikeras mempertahankan pendapatnya. Sambil melihat kedua anaknya di kejauhan, Clara berkata, "Seminggu. Kalau aku nggak kembali dalam seminggu, mungkin aku nggak akan perna
Di Kota Handa.Lantai dua teratas Hotel Queros telah dipesan seluruhnya oleh Gracia. Ada ratusan pengawal yang berjaga dengan ketat di sana untuk memastikan keselamatan Clara.Di dalam presidential suite. Gracia telah menyelesaikan pekerjaannya dan melapor pada Clara, "Semuanya sudah selesai diurus dan sudah dipastikan nggak akan ada bahaya. Besok pagi aku akan mengirimkan kartu nama ke rumah Jazli .... Menurutku, dia pasti nggak akan menolak mengingat hubungannya dengan Pak Satya."Di bawah lampu kristal, Clara memijat dahinya dan berkata dengan perlahan, "Kamu pasti mengira aku takut bahaya karena membawa pengawal sebanyak ini. Sebenarnya bukan begitu."Gracia tidak mengerti maksud Clara. Clara hanya tersenyum menjelaskan, "Satya sudah dipenjara. Pak Jazli ini pasti nggak akan menghiraukanku, sedangkan Malik juga nggak akan turun tangan padaku. Dia merasa aku pasti akan nggak berdaya dan bakal kembali untuk memohon padanya .... Jadi, semua pengawal ini sebenarnya hanya untuk menunjuk
Di aula yang mewah itu, istri Jazli, Diana, adalah pemimpinnya. Dua sosialita yang berada di sampingnya sedang mengobrol dengannya. Topik pembicaraan mereka kebetulan mengenai Satya."Pak Satya itu sepertinya nggak akan bisa bebas lagi.""Suamimu akhirnya bisa terbebas juga. Saat Satya datang ke Kota Handa dulu, Pak Jazli selalu menemaninya sambil tersenyum. Bu Diana, aku saja merasa sedih melihatnya."....Diana sebenarnya tidak ingin membahas mengenai masa lalu yang tidak membahagiakan ini lagi. Saat baru saja hendak melampiaskan kekesalannya, Clara telah masuk ke ruangan itu. Dia berpakaian mewah dan mengenakan sepatu hak tinggi serta perhiasan berharga .... Orang yang mengikutinya adalah sekretarisnya yang cantik dan empat orang pengawal.Setelah Satya kehilangan kekuasaannya, Diana sama sekali tidak menghargai Clara lagi. Dia hanya menyesap cocktail, lalu berkata dengan perlahan, "Pak Satya masuk penjara, Bu Clara masih punya suasana hati untuk main kartu?"Para pengikutnya di sam
Saat malam tiba, beberapa mobil hitam melaju di tengah kegelapan. Suasana di dalam mobil sangat gelap. Diana berkata dengan ekspresi datar, "Foto itu adalah kejadian sebelum aku menikah dengan Jazli. Dia selama ini mengira aku adalah keturunan bangsawan dan nggak pernah mengira aku punya masa lalu seperti itu. Bu Clara ...." Dia berpaling dan melanjutkan, "Apa kamu bisa memberiku kesempatan?""Sudah kubilang, aku nggak akan mempersulitmu." Clara tersenyum, "Aku datang ke Kota Handa untuk minta bantuan pada Pak Jazli, bukan untuk merusak hubungan kalian."Diana akhirnya merasa lega, tetapi dia tetap tak kuasa untuk menyindir, "Cara Bu Clara memohon bantuan membuat orang nggak bisa menerimanya."Clara menanggapi dengan tenang, "Bu Diana, kalau nggak ada Satya, apa kalian bisa makmur? Aku bukan datang untuk mohon bantuan pada kalian, aku hanya mewakili Satya untuk bernegosiasi dengan kalian .... Kalau bisa sepakat, kedua pihak sama-sama diuntungkan. Kalau nggak, kita hancur bersama-sama."
Ekspresi Jazli sontak berubah. Clara tetap melanjutkan dengan tenang, "Dulu, aku selalu menasihatinya untuk jangan terlalu dominan. Kalau nggak, anjing yang dipeliharanya akan menggigitnya kembali suatu hari .... Pak Jazli, gimana menurutmu?"Raut wajah Jazli semakin masam. Dia menoleh pada Diana, "Kamu keluar dulu, jangan biarkan ada yang masuk."Diana tidak berani menunda-nunda. Di ruangan yang besar itu, tidak ada orang selain mereka. Jazli langsung membuka patung kuda itu .... Ternyata memang benar, ada kamera di dalamnya. Seketika, Jazli langsung terduduk di sofa.Jazli menatap Clara dengan intens, tatapannya menyiratkan kekejaman saat berkata, "Bu Clara adalah orang cerdas, seharusnya tahu teori untuk melindungi diri. Apa kehancuran Satya akan berpengaruh padamu? Kamu hanya akan menjadi janda kaya, pria seperti apa yang nggak bisa kamu dapatkan kelak? Kehidupan mewah seperti apa yang nggak bisa kamu rasakan? Kenapa kamu harus capek-capek demi seorang pria yang pernah mengkhianati