Satya hanya diam. Dia berbaring dengan tenang untuk beberapa saat, lalu mengangkat punggung tangannya dari matanya. Dia duduk bersandar di kepala tempat tidur dan menyalakan rokok. Terlihat asap tipis yang mengepul di udara.Satya melirik Clara sekilas, lalu membalas dengan perlahan, "Pasti Gracia yang memberitahumu, 'kan? Apa dia nggak memberitahumu alasan aku melakukan ini pada aktor yang nggak terkenal itu?"Clara tidak menjawab. Suasana di dalam kamar seketika hening.Setelah cukup lama, Satya mendengus dingin, lalu berujar, "Reagan berasal dari Kota Aruma. Dia punya pacar yang bernama Gilian Herjaya. Clara, bukankah nama belakangnya sangat familier?"Wajah Clara seketika menjadi pucat.Satya membuang jelaga sambil menjelaskan, "Gilian adalah adik sepupu Davin. Menurutku, orang-orang dari Keluarga Herjaya punya rencana buruk padamu. Sebagai pacarnya Gilian, Reagan malah memperlakukanmu dengan baik dan terus menyanjungmu. Aku tentu saja harus mencari cara untuk membuatnya menyerah."
Hubungan mereka mulai renggang. Satya tidak pulang dan tinggal di hotel selama satu minggu. Mereka tidak saling menghubungi. Seiring berjalannya waktu, Satya mulai sering bersosialisasi dan mulai banyak wanita yang mendekatinya. Di antaranya adalah wanita pebisnis, gadis muda cantik dari kelab, dan beberapa selebritas wanita. Mereka mendekati Satya satu per satu. Ada yang tertarik dengan parasnya, ada juga yang tertarik dengan hartanya.Satya hanya bermain-main dengan mereka karena tidak berani menaruh perasaan lebih. Dia masih ingat dengan sumpahnya bahwa dirinya tidak boleh menyentuh wanita-wanita itu.Tahun baru semakin dekat. Clara tidak ingin diam saja. Dia melakukan pekerjaan rumah dan mengurus anak-anak. Dia juga menghubungi Yuna untuk membahas tentang pembukaan galeri.Sementara itu, di kantor presdir Grup Chandra. Satya sedang duduk di sofa. Pria ini menandatangani sebuah cek dan menyerahkannya kepada Gracia. Dia memutar pulpen emasnya sambil bertanya, "Selain cek, apa dia jug
Satya memalingkan wajahnya untuk mematikan rokok. Ketika Satya merentangkan tangannya, terlihat garis-garis tegas yang menunjukkan tubuh kekarnya. Selain itu, terlihat jam tangan berlian kelas atas di bagian bawah lengan kemejanya. Perpaduan antara sifat dan parasnya membuat pria ini memiliki pesona maskulin yang tiada duanya.Setelah mematikan rokok, Satya berujar, "Dia nggak menyinggungku, tapi menyinggung istriku! Istriku bernama Clara. Kamu seharusnya pernah mendengar nama ini."Begitu mendengar perkataan Satya, Gilian seketika tidak bisa menahan emosinya. Dia bertanya dengan marah, "Bukankah dia yang sudah mencelakai kakakku dan kakak iparku? Seluruh anggota Keluarga Herdaya sangat membencinya. Memangnya apa yang salah?"Satya berdiri, lalu menghampiri Gilian. Gilian sontak melangkah mundur. Satya terus berjalan ke arah Gilian. Dia menunduk memandang wanita ini seraya menjelaskan dengan dingin, "Kalau seseorang harus bertanggung jawab atas kematian Davin, orang itu adalah aku. Aku
Begitu tiba di lantai yang dituju, pintu lift pun terbuka. Ketika Satya mengeluarkan kartu aksesnya dan hendak membuka pintu, tatapannya seketika membeku.Terlihat Benira yang sedang berjongkok di depan pintu. Penampilannya terlihat sangat berantakan. Rambut dan pakaiannya basah kuyup karena kehujanan. Kaki palsunya juga berserakan di lantai. Sebelah gaunnya tampak kosong.Melihat ini, Satya sontak terkejut. Dia menghampiri Benira dengan perlahan, lalu menunduk menatapnya sambil bertanya dengan lembut, "Kenapa kamu kembali ke sini? Bukannya kamu sudah janji akan tetap tinggal di Barline?"Benira mendongak memandang Satya. Dia menjawab dengan terisak, "Tahun baru hampir tiba. Aku sangat kesepian di sana. Pelayan juga nggak memperlakukanku dengan baik. Mereka terus pura-pura nggak mendengarkanku dan berbuat jahat padaku.""Satya, aku mohon izinkan aku kembali ke sini. Aku janji nggak akan mengganggu keluargamu. Aku hanya ingin sebuah tempat tinggal. Aku juga nggak akan memintamu untuk me
Satya memang mabuk, tetapi tidak kehilangan kesadarannya. Dia menunduk menatap wanita di pelukannya.Larut malam, Benira mengenakan gaun tidur seksi yang panjangnya hingga pergelangan kaki untuk menutupi kekurangannya. Wajahnya tetap cantik seperti dulu, tetapi Satya tidak merasakan hasrat sedikit pun.Satya mendorongnya, lalu berujar, "Aku sudah berjanji pada Clara kalau aku nggak bakal menyentuh wanita lain.""Kamu juga pernah berjanji akan memberiku masa depan," balas Benira dengan wajah sedih. Satya menatapnya.Sesaat kemudian, Satya melewatinya dan berjalan masuk. Dia mengelus jidatnya sembari berucap, "Benira, mari kita bicara baik-baik."Bagaimanapun, Satya pernah memiliki hubungan dengan wanita ini. Dia ingin memberi Benira suatu penjelasan. Benira mengikutinya masuk, lalu menutup pintu.Kamar sunyi senyap. Ketika berada di Barline, hubungan keduanya berakhir dengan buruk. Namun, sekarang Benira bersikap begitu lembut dan perhatian. Ketika Satya bersandar di sofa, Benira sampai
Karena tidak mendapat respons, Satya pun bangkit untuk menatap wajah Clara. Ternyata, wanita ini ketiduran. Satya merasa agak kesal. Apakah berhubungan intim dengannya begitu membosankan? Clara sampai bisa ketiduran.Jika itu dulu, Satya pasti membangunkan Clara dan melanjutkan permainannya dengan kasar. Akan tetapi, dia merasa tidak tega sekarang. Jadi, Satya hanya berbaring di sebelah Clara. Tidak berselang lama, dia pergi ke kamar mandi untuk melakukan masturbasi dan melampiaskan semua nafsu yang telah ditahannya cukup lama.....Pagi-pagi, Clara sudah bangun. Bunga plum di halaman sudah mekar. Ketika dia memangkas tanaman dengan serius, Aida mengomel di samping, "Tuan jarang-jarang berinisiatif pulang, kamu seharusnya menemaninya tidur. Namanya juga suami istri. Kenapa kamu malah melakukan hal nggak berguna seperti ini?""Nggak berguna gimana? Tanaman juga punya perasaan. Lagian, hubunganku dengan Satya bukan sekadar suami istri. Kita nggak ada bedanya dengan musuh bebuyutan," sahu
Benira sangat terkejut mendengarnya. Meskipun menginginkannya, dia tidak berharap Satya akan menyetujuinya secepat itu. Dia buru-buru menjamin, "Satya, kamu tenang saja. Aku nggak bakal merusak pernikahanmu ataupun bertengkar denganmu. Aku hanya ingin lebih dekat denganmu."Benira tidak terdengar seperti sedang menyanjung, melainkan terdengar sangat tulus. Demi Satya, Benira tidak memiliki kerabat lagi. Hanya Satya yang dimilikinya untuk sekarang.Mata Benira tampak berkaca-kaca. Satya menatapnya tanpa mengatakan apa pun. Setelah duduk dan mengobrol sesaat, Satya pun pergi begitu saja.Dua hari kemudian, Satya membelikan sebuah apartemen yang terletak di kawasan mewah. Luasnya 220 meter persegi dan dekorasinya sangat indah. Satya tidak meminta bantuan Gracia, melainkan mengurus semuanya sendiri. Lokasi apartemen itu bahkan dekat dengan Grup Chandra.Selain itu, Satya mempekerjakan seorang pelayan untuk Benira. Kadang, dia pergi ke apartemen itu untuk makan dan merokok. Dia tidak pernah
Satya sedang bersandar di sofa sambil merokok. Begitu mendengar ucapan Benira, dia langsung mengernyit. Dia tidak mencintai Benira. Dia datang kemari hanya untuk mencari kenyamanan dan bukan karena cinta. Namun, Satya tidak ingin membuatnya malu sehingga berkata, "Aku pamit dulu.""Di luar hujan deras lho." Benira menegakkan tubuhnya, lalu membujuk dengan manja, "Tunggu hujannya reda dulu, ya?"Satya pun duduk kembali dan menonton berita dengan santai. Di sisi lain, Benira mulai bertingkah nakal. Dia bersandar di bahu Satya dan menyentuh bagian sensitifnya, bahkan mencium daun telinga Satya. Dulu setiap kali melakukan ini, Satya akan langsung memainkannya dengan ganas di ranjang.Satya menunduk melirik Benira dengan tatapan suram. Sesaat kemudian, dia menghentikan Benira. "Berhenti."Benira tidak ingin melewatkan peluang ini. Dia terus berusaha membangkitkan gairah Satya. Hampir tidak ada pria yang bisa menahan rangsangan seperti ini, apalagi Satya baru saja minum-minum.Satya memang b