Satya memang mabuk, tetapi tidak kehilangan kesadarannya. Dia menunduk menatap wanita di pelukannya.Larut malam, Benira mengenakan gaun tidur seksi yang panjangnya hingga pergelangan kaki untuk menutupi kekurangannya. Wajahnya tetap cantik seperti dulu, tetapi Satya tidak merasakan hasrat sedikit pun.Satya mendorongnya, lalu berujar, "Aku sudah berjanji pada Clara kalau aku nggak bakal menyentuh wanita lain.""Kamu juga pernah berjanji akan memberiku masa depan," balas Benira dengan wajah sedih. Satya menatapnya.Sesaat kemudian, Satya melewatinya dan berjalan masuk. Dia mengelus jidatnya sembari berucap, "Benira, mari kita bicara baik-baik."Bagaimanapun, Satya pernah memiliki hubungan dengan wanita ini. Dia ingin memberi Benira suatu penjelasan. Benira mengikutinya masuk, lalu menutup pintu.Kamar sunyi senyap. Ketika berada di Barline, hubungan keduanya berakhir dengan buruk. Namun, sekarang Benira bersikap begitu lembut dan perhatian. Ketika Satya bersandar di sofa, Benira sampai
Karena tidak mendapat respons, Satya pun bangkit untuk menatap wajah Clara. Ternyata, wanita ini ketiduran. Satya merasa agak kesal. Apakah berhubungan intim dengannya begitu membosankan? Clara sampai bisa ketiduran.Jika itu dulu, Satya pasti membangunkan Clara dan melanjutkan permainannya dengan kasar. Akan tetapi, dia merasa tidak tega sekarang. Jadi, Satya hanya berbaring di sebelah Clara. Tidak berselang lama, dia pergi ke kamar mandi untuk melakukan masturbasi dan melampiaskan semua nafsu yang telah ditahannya cukup lama.....Pagi-pagi, Clara sudah bangun. Bunga plum di halaman sudah mekar. Ketika dia memangkas tanaman dengan serius, Aida mengomel di samping, "Tuan jarang-jarang berinisiatif pulang, kamu seharusnya menemaninya tidur. Namanya juga suami istri. Kenapa kamu malah melakukan hal nggak berguna seperti ini?""Nggak berguna gimana? Tanaman juga punya perasaan. Lagian, hubunganku dengan Satya bukan sekadar suami istri. Kita nggak ada bedanya dengan musuh bebuyutan," sahu
Benira sangat terkejut mendengarnya. Meskipun menginginkannya, dia tidak berharap Satya akan menyetujuinya secepat itu. Dia buru-buru menjamin, "Satya, kamu tenang saja. Aku nggak bakal merusak pernikahanmu ataupun bertengkar denganmu. Aku hanya ingin lebih dekat denganmu."Benira tidak terdengar seperti sedang menyanjung, melainkan terdengar sangat tulus. Demi Satya, Benira tidak memiliki kerabat lagi. Hanya Satya yang dimilikinya untuk sekarang.Mata Benira tampak berkaca-kaca. Satya menatapnya tanpa mengatakan apa pun. Setelah duduk dan mengobrol sesaat, Satya pun pergi begitu saja.Dua hari kemudian, Satya membelikan sebuah apartemen yang terletak di kawasan mewah. Luasnya 220 meter persegi dan dekorasinya sangat indah. Satya tidak meminta bantuan Gracia, melainkan mengurus semuanya sendiri. Lokasi apartemen itu bahkan dekat dengan Grup Chandra.Selain itu, Satya mempekerjakan seorang pelayan untuk Benira. Kadang, dia pergi ke apartemen itu untuk makan dan merokok. Dia tidak pernah
Satya sedang bersandar di sofa sambil merokok. Begitu mendengar ucapan Benira, dia langsung mengernyit. Dia tidak mencintai Benira. Dia datang kemari hanya untuk mencari kenyamanan dan bukan karena cinta. Namun, Satya tidak ingin membuatnya malu sehingga berkata, "Aku pamit dulu.""Di luar hujan deras lho." Benira menegakkan tubuhnya, lalu membujuk dengan manja, "Tunggu hujannya reda dulu, ya?"Satya pun duduk kembali dan menonton berita dengan santai. Di sisi lain, Benira mulai bertingkah nakal. Dia bersandar di bahu Satya dan menyentuh bagian sensitifnya, bahkan mencium daun telinga Satya. Dulu setiap kali melakukan ini, Satya akan langsung memainkannya dengan ganas di ranjang.Satya menunduk melirik Benira dengan tatapan suram. Sesaat kemudian, dia menghentikan Benira. "Berhenti."Benira tidak ingin melewatkan peluang ini. Dia terus berusaha membangkitkan gairah Satya. Hampir tidak ada pria yang bisa menahan rangsangan seperti ini, apalagi Satya baru saja minum-minum.Satya memang b
Clara tidak melontarkan sepatah kata pun. Bagaimanapun, Satya pasti merasa bersalah. Setelah menutup pintu, Satya bertanya dengan lembut, "Baru bangun, ya?"Clara menatapnya lekat-lekat. Sesaat kemudian, dia baru membalas dengan tidak acuh, "Aku sama sepertimu, masih belum tidur."Menurut Clara, tidak ada gunanya berpura-pura lagi. Satya duduk di sofa, lalu mengeluarkan kotak perhiasan dan berkata, "Kemarilah, coba lihat, suka nggak? Kalau nggak suka, aku akan cari waktu untuk membawamu memilih sendiri."Clara menyindir, "Satya, sampai kapan kamu akan bersandiwara seperti ini? Aku membawa Bibi Aida dan kedua anakku pergi untuk merestui hubunganmu dengan Benira. Kamu sendiri yang mencariku dan bilang ingin memulai semuanya dari awal. Tapi, kamu malah diam-diam berhubungan dengan Benira?""Sebenarnya aku nggak keberatan kalau kamu punya wanita simpanan. Aku serius. Tapi, wanita itu nggak boleh Benira."Clara berbicara terus terang. Satya pun mengernyit mendengarnya. Dia mencondongkan tub
Clara membalikkan tubuhnya dan hendak kabur, tetapi Satya langsung meraih satu kakinya dan menariknya kembali. Kemudian, dia menggunakan dasi untuk mengikat pergelangan tangan Clara. Postur memalukan seperti ini pun membuat Clara menangis dan merasa terhina.Satya berdiri di pinggir ranjang. Dia menatap Clara dengan dingin, lalu melepaskan kancing bajunya. Kemudian, Satya menekan dagu Clara untuk berciuman dengannya. Sembari mengemut bibir Clara, pria itu berujar, "Kamu jelas-jelas peduli, tapi masih berbohong."Clara hanya bisa berbaring di ranjang. Rambut hitamnya tampak acak-acakan. Pria mana pun yang melihat penampilannya pasti tidak akan bisa menahan diri.Tiba-tiba, Clara tertawa hingga memperlihatkan kedua gigi taring kecilnya. Dulu, dia terlihat sangat menggemaskan saat tertawa seperti ini. Entah kenapa, sekarang dia justru terlihat begitu menawan. Tanpa Satya sadari, Clara ternyata sudah menjadi wanita dewasa.Clara menatap Satya, lalu mengulangi perkataan pria itu. "Peduli? B
Clara berjalan ke depan sofa. Dia mencondongkan tubuh untuk membuka kotak perhiasan. Di dalamnya adalah satu set perhiasan rubi yang mahal dan berkilau. Sepertinya, tidak ada wanita yang tidak menyukai perhiasan seperti ini.Clara mengamati perhiasan itu cukup lama. Satya mengira Clara menginginkannya sehingga berujar, "Bawa saja kalau suka. Perhiasan itu memang untukmu."Clara pun tersenyum mengejek. Dia mengangkat tangan untuk membuang semua perhiasan itu ke lantai dengan ekspresi tidak acuh, begitu juga cincin berlian di jari manisnya. Dia memperlakukan semua perhiasan mahal itu layaknya sampah.Kelopak mata Satya berkedut melihatnya. Dia menatap Clara lekat-lekat, lalu berkata dengan suara serak, "Clara, apa semua pemberianku begitu nggak bernilai di matamu? Masa kamu nggak peduli sedikit pun pada masa lalu kita?"Clara tersenyum dingin. Dia menyahut, "Memangnya masa lalu seperti apa yang kita punya? Selain rasa sakit dan kebohongan, apa lagi yang kamu berikan kepadaku? Aku hanya m
Aida cukup terkejut mendengarnya. Dia sudah merawat Clara selama bertahun-tahun. Dulu, Clara adalah gadis pemalu dan penakut. Wanita ini bahkan tidak berani melihat pelayan membunuh ikan. Ketika terluka dan berdarah, Clara juga selalu sangat heboh. Akan tetapi, sekarang Aida ingin sekali memujinya. Dia merasa tindakan Clara ini sangat luar biasa.Setelah mengatakan itu, Clara berbalik menatap Satya dan berucap, "Sudah saatnya kami berangkat. Aku masih harus mengurus sesuatu sore ini. Jadi, sebaiknya jangan membuang-buang waktu lagi."Tatapan Satya tampak suram. Dia berusaha mencari keengganan yang tidak pernah ada pada wajah Clara. Sepertinya, wanita ini sudah tidak sabar untuk pergi. Benira hanya sebuah alasan untuknya. Sejak awal, Clara memang sudah menunggu hari ini tiba.Satya menutup pintu mobil. Mobil karavan hitam perlahan-lahan menjauh. Ban mobil menimbulkan sedikit suara. Meskipun begitu, suara itu seolah-olah sangat tajam hingga menyayat hati Satya.Satya hanya berdiri diam h
Di dalam kamar presidential suite.Malam pernikahan Devon dan Vloryne penuh gairah dan cinta yang mendalam. Namun di luar sana, pesta pernikahan tetap berlangsung dengan meriah.Ada seorang tamu istimewa yang datang diam-diam. Dia berharap bisa pergi dengan cara yang sama tenangnya, tanpa menarik perhatian siapa pun.Orang itu takut kehadirannya mengganggu suasana hati seseorang, terutama jika orang itu melihat dirinya dan merasa tidak nyaman. Hanya saja tidak disangka, takdir mempertemukan mereka secara kebetulan di koridor hotel.Andre berdiri dengan tenang sambil menatap Ariel. Saat itu, Ariel sedang menemani Gemma ke toilet. Gadis kecil itu masih terlalu muda untuk pergi sendiri, jadi Ariel selalu memastikan dia tidak sendirian. Di sisi Ariel, ada seorang gadis kecil lainnya. Dia seharusnya adalah salah satu dari anak kembar yang Ariel lahirkan untuk Henley. Sementara itu, anak kembarnya yang satu lagi adalah anak laki-laki yang lebih tua dari gadis kecil ini.Anak kembar Ariel be
Keesokan paginya, cahaya pertama matahari menyinari bumi. Hari ini, Keluarga Chandra merayakan hari besar. Putri bungsu Satya dan istrinya akhirnya menikah.Vloryne bahkan menikah dengan cinta masa mudanya. Dia mengenakan pakaian pengantin tradisional, lengkap dengan mahkota foniks dan jubah merah yang indah. Vloryne terlihat memesona. Dia benar-benar wanita tercantik yang pernah dilihat Devon.Dari sisi Keluarga Cendana, Rafa dan Paula luar biasa sibuk. Meskipun bukan keluarga super kaya, Rafa adalah seorang kepala keluarga yang sangat dihormati.Baik di dalam maupun di luar rumah, Rafa mengurus semua tamu dengan sangat terhormat. Akhirnya, dia pun terlihat sangat akrab dengan Zakki.Hanya saja, Satya merasa sedikit terganggu dengan hal ini. Dia bahkan bertanya, "Zakki, kamu sendiri nggak punya besan?"Zakki tidak mempermasalahkannya. Bersama Annika, dia membantu mempersiapkan pernikahan. Pernikahan tradisional memang jauh lebih rumit daripada pernikahan bertema modern. Hanya saja ber
Malam harinya, Jose dan Selvy pulang ke rumah bersama Selena. Begitu sampai, Selena langsung pergi mengerjakan PR.Sementara itu, Selvy menuju kamar untuk melihat putra bungsunya yang sedang tidur. Seorang pengasuh sedang menjaga anak itu. Ketika mendengar langkah kaki masuk ke kamar, dia berbalik lalu bertanya dengan suara pelan, "Nyonya sudah pulang? Dia tidur terus, benar-benar anak yang baik."Selvy hanya tersenyum. Dia memberi isyarat kepada pengasuh agar turun dan beristirahat. Setelah pintu tertutup, dia menunduk untuk menatap putra bungsunya, Sean.Anak kecil itu sudah berusia 8 bulan. Wajahnya sepenuhnya mewarisi ciri khas Jose, bahkan hampir seperti dicetak dari cetakan yang sama. Bahkan, kadang-kadang Selena memandangi wajah adiknya sambil memuji, "Benar-benar mahakarya Tuhan!"Jose pernah menimpali, "Memangnya kamu tahu apa itu mahakarya Tuhan?""Ketampanan suami adalah kebanggaan istri!" balas Selena dengan bangga.Selvy sempat berbisik kepada Jose, "Dia tahu kata-kata itu
Di lantai 2, Vloryne sedang mencoba gaun pengantinnya. Sesuai keinginan Devon, resepsi pernikahan mereka bertema tradisional.Gaun Vloryne dirancang oleh master top di dalam negeri. Gaunnya sangat mewah dan mahkotanya dihiasi mutiara. Harga mahkota itu puluhan miliar.Vloryne tampak sangat cantik. Dia becermin dan menyentuh mahkotanya sambil bergumam, "Devon benar-benar rela menghabiskan uang demi memuaskan hobinya."Clara menepuk kepala Vloryne. Putrinya ini tidak pernah berpikir panjang sebelum bicara. Untung saja, dia menikah dengan pria yang baik.Clara memberikan harta sesan yang banyak untuk Vloryne, sama seperti waktu Alaia menikah. Namun, Vloryne juga menolak saham Grup Chandra seperti Alaia. Uang yang dihasilkan Devon sudah cukup untuk menghidupi mereka.Alaia merapikan gaun Vloryne. Dia merasa tidak rela. Bagaimanapun, Vloryne adalah putri bungsu Keluarga Chandra. Sekarang, Vloryne akan menikah.Vloryne memandang Alaia seraya menggerutu, "Kak, kapan kamu menetap di dalam nege
Xavier berujar, "Kita nggak bisa menahan rasa sakit."Alaia tidak bisa berkata-kata. Arnold sangat aktif, tetapi dia sangat sopan karena didikan Xavier. Begitu melihat Ivander, Arnold menyapa dengan sopan, "Paman Ivander."Ivander mengusap kepala Arnold. Dia merasa tubuh Arnold lebih berisi dari putranya. Mungkin karena Molly terlalu kurus. Nanti Ivander berencana menambah makanan bergizi untuk Alfred.Mobil Ivander melaju di jalan tol. Dia mengantar keluarga Alaia ke kediaman Keluarga Chandra. Anak-anak Satya dan Clara sudah pindah. Hanya tersisa Vloryne yang belum pindah.Alaia yang jarang pulang dipaksa tinggal di kediaman Keluarga Chandra. Alaia tidak menolak. Beberapa hari lagi, dia berencana pergi ke Kota Aruma untuk mengunjungi makam orang tua kandungnya.Mobil Ivander berhenti di tempat parkir kediaman Keluarga Chandra. Semua junior Keluarga Chandra berkumpul. Demi mempersiapkan resepsi pernikahan Vloryne besok, para pria berdiskusi dan para wanita sibuk di lantai 2.Sementara
Sore harinya, Vloryne hendak pulang kerja. Dia melihat mobil Devon di tempat parkir, tetapi Devon tidak berada di dalam mobil.Kebetulan seorang petinggi kampus lewat. Dia berkata kepada Vloryne, "Devon datang ke kampus. Di aula ada upacara penyumbangan, kamu boleh lihat acaranya. Nanti kalian baru pulang bersama. Makan hotpot waktu musim dingin sangat menyenangkan."Vloryne menanggapi, "Pak, kamu pandai menikmati hidup."Petinggi menunjukkan sayuran yang dibawanya dan menimpali, "Lihat, istriku terus desak aku dari tadi. Dia suruh aku pulang masak dan jaga cucu."Vloryne tersenyum dan memandangi petinggi yang berjalan pergi. Kemudian, dia berjalan ke aula sambil membawa termos. Banyak mahasiswa yang menyapa Vloryne.Salah satu mahasiswa berujar, "Bu Vloryne, Pak Devon ada di aula."Setiap orang yang lewat memberi tahu Vloryne hal yang sama. Devon menjadi terkenal di kampus setelah menyumbang 100 miliar.Vloryne yang menaiki tangga aula mendengar suara Devon dari kejauhan. Kala ini, De
Vloryne terdiam menatap Devon. Pria itu mengenakan mantel hitam. Ketika sosoknya yang tinggi berdiri di dalam ruang kerja, suasananya terasa tegang.Devon berjalan ke arah Vloryne, lalu memeluk gadis kecil yang sedang menangis sambil membelai rambutnya. Dia berkata dengan sangat lembut, "Katanya nggak menangis."Vloryne bersandar di pundak Devon sembari bergumam, "Kamu pasti sengaja.""Terharu nggak?" tanya Devon.Vloryne memukul Devon dua kali.Devon terkekeh-kekeh dan membiarkan Vloryne melampiaskan emosinya. Hatinya juga terasa sedih. Lima tahun ini, sebenarnya Devon takut dan cemas Vloryne akan jatuh cinta pada orang lain sebelum dirinya sukses. Jika itu terjadi, apa yang akan dia pakai untuk meminta Vloryne kembali?Cinta antara pria miskin dan putri keluarga kaya hanya ada di dalam novel. Kenyataannya begitu kejam. Vloryne tidak peduli, tetapi Devon tidak rela melihat Vloryne hidup menderita. Kini, Devon dan Vloryne berpelukan di dalam ruang kerja. Mereka akan segera menikah.Di
Rencana pernikahan Devon dan Vloryne berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan.Vloryne terkadang merasa ini hanya ilusi. Semuanya berjalan terlalu lancar seakan-akan perpisahaan beberapa tahun ini tidak pernah terjadi. Vloryne dan Devon seperti selalu bersama.Setelah bertemu kembali, Devon bahkan tidak banyak bertanya tentang kehidupan Vloryne di luar negeri. Dia memperlakukan Vloryne seperti dulu.Vloryne sudah tidak semuda dan secantik dulu lagi, tetapi Devon memperlakukannya seperti gadis berusia 20 tahun. Vloryne diam-diam berpikir bahwa Devon pasti suka gadis berusia 18 tahun. Sayangnya, waktu telah berlalu dan tidak bisa kembali.Devon hanya tersenyum.Pada musim dingin, hari-hari terasa lebih singkat. Setelah pulang kerja, Vloryne datang ke vila Devon, tetapi Devon belum pulang. Dua pembantu yang dipekerjakan Devon sudah mulai menyiapkan makan malam.Ketika Vloryne turun dari mobil, dia menerima panggilan dari Devon. Vloryne bertanya dengan lembut, "Kamu pulang jam berapa?"De
Vloryne kembali menatap Devon dengan polos.Devon mengeluarkan dompet dari mantelnya sambil terkekeh-kekeh. Dia mengambil kartu bank platinum dan menaruhnya di telapak tangan Vloryne. "Ini kartu cadanganku, nggak ada batas pengeluaran," ucapnya.Vloryne berucap pelan, "Baik banget. Terima kasih, Pak Devon!"Devon menepuk-nepuk kepala gadis itu.Vloryne sontak memeluk leher kekasihnya dan berkata, "Terima kasih, Om Gadun."Devon membalas dengan menangkup wajah mungil Vloryne dan menciumnya dalam-dalam. Dahulu, dia adalah seorang dosen dan sekarang dirinya adalah pebisnis andal.Namun, tingkah Vloryne membuatnya tidak bisa menahan diri. Setelah mengakhiri ciumannya, Devon membisikkan kata-kata nakal di telinga gadis itu, membuatnya tertegun sekaligus malu.Devon menggigit ujung hidung Vloryne dan berucap, "Seleramu cukup mengagetkan."Vloryne tidak berani menggoda Devon lagi. Dia duduk lebih tegak dan meminta pria itu untuk mengemudi. Devon menatapnya sejenak, baru menghidupkan mesin.Se