Benira membuka pintu. Dia langsung memeluk Satya dengan perasaan yang bercampur aduk, lalu berucap, "Satya, aku kira kamu nggak akan datang." Suaranya penuh dengan pesona. Mungkin tidak ada pria yang mampu menahan diri setelah mendengarnya.Namun, Satya malah mendorongnya. Benira sontak terkejut. Pria itu melewatinya dan berjalan masuk ke dalam. Seperti biasa, ada sepanci sup yang diletakkan di atas meja makan. Benira bertanya dengan hati-hati, "Satya, kamu lapar nggak? Apa kamu mau ...."Sebelum Benira selesai berbicara, Satya langsung menyela, "Aku sudah makan di rumah."Kata-kata Satya membuatnya terkejut lagi. Kemudian, dia menyindir seraya tersenyum, "Ya, itu adalah rumahmu. Tempatku ini cuma tempat kamu beristirahat sesaat. Sekarang, aku bahkan bukan lagi wanita utuh bagimu. Kamu nggak akan menganggapku penting."Satya tidak membantah. Bagaimanapun mereka selalu berhubungan baik, tidak ada artinya bertengkar ketika hendak berpisah sekarang.Saat ini, Satya duduk di sofa. Benira m
Clara pindah ke sebuah apartemen besar dengan luas lebih dari 300 meter persegi. Aida terus memuji apartemen ini. Kamar tidur Aida memiliki kamar mandi sendiri dengan luas 40 meter persegi. ....Aida sangat terkejut dan tidak berani menikmatinya. Namun, Clara meminta dia untuk tinggal di sana dengan nyaman. Dia memberi tahu Aida bahwa apartemen itu dibeli sendiri olehnya. Selain dari tabungannya sendiri, kakaknya juga mentransfer uang sebesar 4 triliun ke rekeningnya."Apa? Empat triliun? Nyonya, coba ulangi lagi!" seru Aida. Clara tersenyum dan mengulanginya lagi.Aida tak kuasa berucap, "Jangankan 4 triliun. Kalau punya 40 miliar, aku akan bersantai dan nggak akan kerja untuk siapa pun lagi. Tapi, aku tetap bersedia mengasuh Joe dan Alaia!" Wanita itu tampak tersenyum lebar.Saat ini, Clara melihat sekeliling .... Furnitur baru memenuhi apartemennya. Bunga segar yang baru diletakkan memancarkan aroma ringan. Inilah kebebasan yang selalu didambakannya.Clara juga mempekerjakan dua pen
Clara bertanya balik dengan tatapan tegas, "Atas dasar apa kamu berpikir aku menginginkan pria nggak setia sepertimu? Satya, sebaiknya berikan semua perhatianmu itu kepada orang yang butuh!"Selesai berbicara, Clara mengempaskan tangannya dengan kuat. Satya tidak melepaskannya, bahkan berucap, "Kita akan pulang ke rumah kita!"Rumah? Clara tertegun untuk sesaat. Kemudian, dia tersenyum sinis dan berkata, "Kamu saja nggak pulang ke sana, gimana bisa tempat itu disebut sebagai rumah?"Clara melepaskan tangannya, lalu mundur selangkah dan bertatapan dengan Satya. Wajah putihnya tampak cerah seperti saat mereka berkencan untuk pertama kali. Namun, sekarang mereka justru memiliki perasaan yang berbeda.Clara berucap dengan suara agak serak, "Kamu punya banyak uang sehingga bisa membuat wanita melayanimu. Hal ini yang membuatmu mengira kalau semua wanita sama seperti Benira yang nggak bisa meninggalkanmu.""Tapi, aku berbeda dengan mereka. Aku mungkin menginginkanmu saat masih berusia 22 tah
Joe mengelus wajah ayahnya sambil berkata, "Ibu lagi menemani Adik tidur."Satya hanya bisa memaksakan senyuman. Anak kecil saja tahu apa yang dipikirkannya, bagaimana mungkin Clara tidak tahu? Clara hanya tidak ingin bertemu dengannya.Aida membawakan semangkuk pangsit untuk Satya, lalu berkata, "Sebaiknya Tuan menelepon kami kalau mau datang, jadi Nyonya bisa keluar. Kasihan dia terus bersembunyi di kamar."Satya terus mencoba untuk menyenangkan hati Clara, tetapi wanita ini terus mengabaikannya.Pada saat tahun baru, Satya mengemudikan mobilnya ke rumah Clara dan membawakan banyak hadiah. Dia mengundang Clara, Aida, dan kedua anak itu untuk pulang merayakan tahun baru. Satya berkata, "Clara, kita masih suami istri, sudah seharusnya berkumpul saat tahun baru."Clara tidak ingin menemui Satya sehingga menyuruh Aida yang menyampaikan pesannya. Aida pun berucap dengan sinis, "Nyonya bilang pasangan yang sudah pisah rumah bukan suami istri lagi. Lagi pula, Nyonya sudah menggugat cerai Tu
Gracia juga melihat sosok itu. Dia bergumam, "Itu adik sepupunya Davin."Satya tidak bersuara. Kebetulan, jendela mobil sedang terbuka setengah sehingga Gilian juga melihat mereka. Setelah ragu-ragu sesaat, Gilian menghampiri dan menyapa dengan wajah memerah, "Pak Satya, kebetulan sekali."Satya sudah sering melihat wanita seperti ini sehingga malas meladeninya. Akan tetapi, hari ini sikap Satya agak berbeda. Dia bersandar di kursi sambil mengamati Gilian tanpa berbicara.Sementara itu, Gilian pun mengira bahwa Satya tertarik padanya. Reagan memang pria hebat, tetapi dia hanya berasal dari keluarga kalangan menengah. Reagan sudah berkecimpung di industri hiburan selama beberapa tahun, tetapi tabungannya baru puluhan miliar. Uang itu tidak akan cukup untuk membeli vila mahal di Kota Brata.Gilian adalah wanita yang berambisi besar. Dia ingin mendekati Satya, lalu membantu Reagan untuk menjadi makin populer. Cinta Gilian terhadap Reagan sama sekali tidak berubah.Jadi, Gilian menatap Sat
Satya menyalakan sebatang rokok lagi, lalu mengisapnya dengan pelan. Gracia menyindir, "Pak, kamu benar-benar hebat. Hanya dalam beberapa kalimat, kamu berhasil menaklukkannya. Tapi, kenapa kamu mengincarnya? Apa kamu merasa Nyonya akan tunduk padamu demi wanita itu? Aku rasa nggak akan, soalnya dia agak menyebalkan."Satya memainkan mancis di tangannya tanpa merespons. Beberapa hari selanjutnya, Satya tidak menyanjung Clara seperti biasanya. Dia telah mengganti metodenya.....Gilian kembali ke apartemen. Reagan juga berada di apartemen. Sampai sekarang, dia masih belum mendapatkan tawaran pekerjaan karena Satya yang menekannya baru-baru ini. Jadi, Reagan hanya bermain gim untuk menghabiskan waktunya.Begitu mendengar suara pintu terbuka, Reagan menoleh untuk melihat. Dia mendapati Gilian yang suasana hatinya sedang baik. Reagan bertanya dengan santai, "Apa semuanya lancar hari ini? Kalau nggak ada tawaran kerja, kita kembali ke Kota Aruma saja. Supermarket orang tuaku kekurangan staf
Namun, Satya tidak melakukan apa pun.Pekerjaan Gilian sepertinya hanya menemani Satya menghadiri berbagai rapat dan pertemuan bisnis. Gracia juga mengikuti mereka, tetapi pekerjaan mereka berbeda. Selain itu, Gilian diizinkan memakai pakaian bebas, sedangkan Gracia harus memakai seragam.Namun, hanya Gilian yang menemani Satya saat menghadiri pesta. Gaun dan perhiasan yang dipakai Gilian pun disediakan oleh perusahaan. Dia berpikir, mungkin Satya akan menghadiahkannya gaun beserta perhiasan mahal ini suatu hari nanti.Seiring berjalannya waktu, orang-orang mulai menyadari keanehan. Mereka mengira Gilian adalah pasangan baru Satya sehingga menggoda mereka.Satya mengangkat gelas sampanye tanpa membantah. Dia bahkan mengizinkan Gilian berpura-pura mabuk dan bersandar di bahunya. Saat ini, Gilian benar-benar jatuh hati pada Satya. Dia bahkan rela mempersembahkan tubuhnya kapan saja. Sayangnya, Satya sepertinya sengaja menjauhinya.....Satya ingin Clara mengetahui semua ini. Malam ini, k
Satya tidak menghindar, sebaliknya membiarkan Clara menamparnya. Terlihat jejak jari-jari di pipinya. Meskipun dilihat oleh pelayan, Satya juga tidak peduli. Dia hanya menggertakkan giginya. Sesaat kemudian, dia mencengkeram tangan Clara dan membawanya menuju lift. Clara tidak bisa melepaskan diri darinya.Satya membawa Clara ke parkiran lantai dua, lalu memaksanya masuk ke kursi belakang mobil Rolls Rayce Phontem. Kepala Clara terbentur di jok mobil. Ketika hendak kabur, dia ditahan lagi oleh Satya.Tatapan Satya tampak berbinar-binar. Dia menatap Clara dengan penuh hasrat sambil menegaskan, "Aku nggak menidurinya! Aku juga nggak berniat melakukan itu bersamanya!" Suaranya terdengar sangat serak seolah-olah menyiratkan bahwa dirinya sedang menahan keinginannya.Sejak ditinggalkan Clara, Satya tidak pernah memiliki wanita lagi. Dia memang pernah melakukan masturbasi, tetapi rasanya tetap berbeda dengan berhubungan dengan wanita. Tubuhnya sakit. Celana hitamnya terasa begitu ketat. Hal