Satya menyalakan sebatang rokok lagi, lalu mengisapnya dengan pelan. Gracia menyindir, "Pak, kamu benar-benar hebat. Hanya dalam beberapa kalimat, kamu berhasil menaklukkannya. Tapi, kenapa kamu mengincarnya? Apa kamu merasa Nyonya akan tunduk padamu demi wanita itu? Aku rasa nggak akan, soalnya dia agak menyebalkan."Satya memainkan mancis di tangannya tanpa merespons. Beberapa hari selanjutnya, Satya tidak menyanjung Clara seperti biasanya. Dia telah mengganti metodenya.....Gilian kembali ke apartemen. Reagan juga berada di apartemen. Sampai sekarang, dia masih belum mendapatkan tawaran pekerjaan karena Satya yang menekannya baru-baru ini. Jadi, Reagan hanya bermain gim untuk menghabiskan waktunya.Begitu mendengar suara pintu terbuka, Reagan menoleh untuk melihat. Dia mendapati Gilian yang suasana hatinya sedang baik. Reagan bertanya dengan santai, "Apa semuanya lancar hari ini? Kalau nggak ada tawaran kerja, kita kembali ke Kota Aruma saja. Supermarket orang tuaku kekurangan staf
Namun, Satya tidak melakukan apa pun.Pekerjaan Gilian sepertinya hanya menemani Satya menghadiri berbagai rapat dan pertemuan bisnis. Gracia juga mengikuti mereka, tetapi pekerjaan mereka berbeda. Selain itu, Gilian diizinkan memakai pakaian bebas, sedangkan Gracia harus memakai seragam.Namun, hanya Gilian yang menemani Satya saat menghadiri pesta. Gaun dan perhiasan yang dipakai Gilian pun disediakan oleh perusahaan. Dia berpikir, mungkin Satya akan menghadiahkannya gaun beserta perhiasan mahal ini suatu hari nanti.Seiring berjalannya waktu, orang-orang mulai menyadari keanehan. Mereka mengira Gilian adalah pasangan baru Satya sehingga menggoda mereka.Satya mengangkat gelas sampanye tanpa membantah. Dia bahkan mengizinkan Gilian berpura-pura mabuk dan bersandar di bahunya. Saat ini, Gilian benar-benar jatuh hati pada Satya. Dia bahkan rela mempersembahkan tubuhnya kapan saja. Sayangnya, Satya sepertinya sengaja menjauhinya.....Satya ingin Clara mengetahui semua ini. Malam ini, k
Satya tidak menghindar, sebaliknya membiarkan Clara menamparnya. Terlihat jejak jari-jari di pipinya. Meskipun dilihat oleh pelayan, Satya juga tidak peduli. Dia hanya menggertakkan giginya. Sesaat kemudian, dia mencengkeram tangan Clara dan membawanya menuju lift. Clara tidak bisa melepaskan diri darinya.Satya membawa Clara ke parkiran lantai dua, lalu memaksanya masuk ke kursi belakang mobil Rolls Rayce Phontem. Kepala Clara terbentur di jok mobil. Ketika hendak kabur, dia ditahan lagi oleh Satya.Tatapan Satya tampak berbinar-binar. Dia menatap Clara dengan penuh hasrat sambil menegaskan, "Aku nggak menidurinya! Aku juga nggak berniat melakukan itu bersamanya!" Suaranya terdengar sangat serak seolah-olah menyiratkan bahwa dirinya sedang menahan keinginannya.Sejak ditinggalkan Clara, Satya tidak pernah memiliki wanita lagi. Dia memang pernah melakukan masturbasi, tetapi rasanya tetap berbeda dengan berhubungan dengan wanita. Tubuhnya sakit. Celana hitamnya terasa begitu ketat. Hal
Selesai melontarkan perkataannya, Clara segera membuka pintu dan turun dari mobil.Tanpa memedulikan penampilannya, Satya juga turun untuk mengejar Clara. Akan tetapi, langkah kaki Clara sangat cepat. Dalam sekejap, dia sudah masuk ke mobil karavan hitam. Badan mobil itu memantulkan cahaya lampu berwarna-warni.Clara duduk di dalam mobil itu dengan ekspresi datar. Mungkin Satya salah. Pria ini mengira dirinya bisa menggunakan Gilian untuk mengancam Clara. Namun, dia telah melupakan bahwa Clara tidak seperti dulu lagi. Clara yang sekarang bisa kejam padanya. Gilian sebenarnya bukan siapa-siapa.Setelah berdiri di tengah kegelapan untuk waktu yang cukup lama, Satya kembali ke mobilnya. Dia langsung duduk di kursi pengemudi tanpa memedulikan celananya yang basah kuyup. Dia mengisap rokok sambil memikirkan Clara. Selesai merokok, dia pun melajukan mobilnya.Di sisi lain, Gilian mengenakan gaun tipis dan sepatu hak setinggi 10 sentimeter. Dia berusaha berlari untuk mengejar mobil Satya. Dia
Gilian mengerti. Satya hanya memanfaatkannya, sedangkan dia menganggapnya serius. Sejak awal, Satya memang tidak pernah memiliki perasaan padanya.Satya menyeka kaca spion seraya menambahkan dengan datar, "Aku akan minta departemen personalia mengirimkan surat PHK untukmu. Kamu akan mendapatkan pesangon sebesar gaji setengah tahun. Begitu saja." Selesai berbicara, dia menaikkan jendela mobil.Melihat ini, Gilian memanggil dengan lantang, "Pak! Pak Satya!"Namun, Satya sudah melajukan mobilnya. Pria ini tidak pernah menganggap Gilian. Yang selalu dia pedulikan hanya Davin. Dia memang tidak menyukai Davin, tetapi Davin berani bertanggung jawab atas perbuatannya. Sifat seperti ini masih patut dihargai. Sementara Gilian, melihatnya saja membuat Satya merasa muak.Pada malam hari, Satya pergi ke galeri Clara. Dia menunggu Clara di pinggir jalan.Sekitar jam sepuluh malam, Clara keluar dari galeri. Dia melihat Satya, tetapi memilih untuk pura-pura tidak melihatnya dan langsung berjalan menuj
Setelah selesai, pelukis itu pergi terlebih dahulu. Clara duduk sendirian dan menghabiskan kopinya dengan perlahan. Tiba-tiba, terdengar suara seorang pria yang lembut. "Bu Clara."Clara mendongak, ternyata orang yang datang adalah Reagan. Kemudian, Reagan duduk di seberang Clara. Dia berucap dengan ekspresi lelah, "Aku sudah putus dengan Gilian."Clara menanggapi, "Aku nggak tertarik dengan masalah kalian."Reagan menjelaskan dengan emosional, "Bu Clara, seharusnya kamu bisa menebak alasan kami putus, 'kan? Itu karena Pak Satya. Dia menggoda Gilian sehingga belakangan ini Gilian berubah drastis. Sebenarnya nggak masalah kalau kami putus, tapi aku nggak ingin melihat hidup Gilian hancur."Clara tersenyum sinis dan menimpali, "Setahuku, Satya dikelilingi banyak wanita seperti Gilian. Seharusnya ... Satya sudah bosan."Clara mendesah, lalu melanjutkan, "Sebaiknya kamu bujuk Gilian lagi. Tapi, aku rasa siapa pun nggak bisa menghalangi orang yang rela terjerumus ke dalam masalah."Reagan t
Clara tertegun. Kain hitam yang menutupi matanya dibasahi air mata. Dia tidak mengerti dengan maksud Satya. Clara bertanya dengan suara serak, "Kamu yakin mau berbuat seperti ini?"Clara berusaha memberontak, lalu berteriak, "Satya, sebenarnya akhir setragis apa yang bisa membuatmu bersedia melepaskanku?"Satya merangkul Clara dan membalas, "Hubungan kita nggak akan berakhir. Clara, kita akan bersama selamanya."Permainan sudah berakhir. Satya tidak akan membiarkan Clara bebas lagi. Mulai sekarang, Satya akan mengendalikan semuanya. Sebenarnya, foto yang diambil Clara bukan ancaman bagi Satya lagi. Satya sudah mengalihkan proyek itu kepada perusahaan lain. Hanya saja, proyek itu tetap milik Satya. Jadi, Clara tidak bisa mengancam Satya lagi.Clara tidak tahu dan Satya juga tidak berniat memberi tahu Clara. Satya bersedia memanjakan Clara dan membiarkan Clara memegang kendali. Namun, kenyataan membuat Satya menarik kembali keputusannya. Satya ingin mengendalikan Clara. Dengan begitu, Cl
Semua ini membuat Clara sangat malu. Satya bukan mencintai Clara, sebenarnya dia hanya ingin menguasai Clara. Dari awal, Clara tidak berani bersuara. Sekalipun saat mencapai klimaks, Clara tetap berusaha menahannya agar tidak mengeluarkan suara yang memalukan itu. Satya memang binatang!Hanya ketika Clara merasa sangat menderita, dia baru membatin, 'Kenapa rasanya begitu sakit?' Clara merasa putus asa. Dia teringat saat dirinya mendekati Satya pertama kali dan berciuman dengannya. Jantung Clara berdegup kencang. Sekarang, ingatan itu mulai menjadi kabur setelah Clara disiksa Satya. Clara merasa Satya sangat kejam.Satya yang belum merasa puas menggendong Clara dan duduk di ujung tempat tidur. Dia mau Clara melihat tampang Reagan yang marah sambil menikmati kepuasan yang diberikan Satya.Akhirnya Clara berteriak, dia tidak bisa menahannya lagi. Clara mendongak, lalu Satya mencium leher Clara yang berkeringat. Satya menggoda Clara, "Teriak saja kalau merasa puas. Aku mau Reagan mendengar