Setelah selesai, pelukis itu pergi terlebih dahulu. Clara duduk sendirian dan menghabiskan kopinya dengan perlahan. Tiba-tiba, terdengar suara seorang pria yang lembut. "Bu Clara."Clara mendongak, ternyata orang yang datang adalah Reagan. Kemudian, Reagan duduk di seberang Clara. Dia berucap dengan ekspresi lelah, "Aku sudah putus dengan Gilian."Clara menanggapi, "Aku nggak tertarik dengan masalah kalian."Reagan menjelaskan dengan emosional, "Bu Clara, seharusnya kamu bisa menebak alasan kami putus, 'kan? Itu karena Pak Satya. Dia menggoda Gilian sehingga belakangan ini Gilian berubah drastis. Sebenarnya nggak masalah kalau kami putus, tapi aku nggak ingin melihat hidup Gilian hancur."Clara tersenyum sinis dan menimpali, "Setahuku, Satya dikelilingi banyak wanita seperti Gilian. Seharusnya ... Satya sudah bosan."Clara mendesah, lalu melanjutkan, "Sebaiknya kamu bujuk Gilian lagi. Tapi, aku rasa siapa pun nggak bisa menghalangi orang yang rela terjerumus ke dalam masalah."Reagan t
Clara tertegun. Kain hitam yang menutupi matanya dibasahi air mata. Dia tidak mengerti dengan maksud Satya. Clara bertanya dengan suara serak, "Kamu yakin mau berbuat seperti ini?"Clara berusaha memberontak, lalu berteriak, "Satya, sebenarnya akhir setragis apa yang bisa membuatmu bersedia melepaskanku?"Satya merangkul Clara dan membalas, "Hubungan kita nggak akan berakhir. Clara, kita akan bersama selamanya."Permainan sudah berakhir. Satya tidak akan membiarkan Clara bebas lagi. Mulai sekarang, Satya akan mengendalikan semuanya. Sebenarnya, foto yang diambil Clara bukan ancaman bagi Satya lagi. Satya sudah mengalihkan proyek itu kepada perusahaan lain. Hanya saja, proyek itu tetap milik Satya. Jadi, Clara tidak bisa mengancam Satya lagi.Clara tidak tahu dan Satya juga tidak berniat memberi tahu Clara. Satya bersedia memanjakan Clara dan membiarkan Clara memegang kendali. Namun, kenyataan membuat Satya menarik kembali keputusannya. Satya ingin mengendalikan Clara. Dengan begitu, Cl
Semua ini membuat Clara sangat malu. Satya bukan mencintai Clara, sebenarnya dia hanya ingin menguasai Clara. Dari awal, Clara tidak berani bersuara. Sekalipun saat mencapai klimaks, Clara tetap berusaha menahannya agar tidak mengeluarkan suara yang memalukan itu. Satya memang binatang!Hanya ketika Clara merasa sangat menderita, dia baru membatin, 'Kenapa rasanya begitu sakit?' Clara merasa putus asa. Dia teringat saat dirinya mendekati Satya pertama kali dan berciuman dengannya. Jantung Clara berdegup kencang. Sekarang, ingatan itu mulai menjadi kabur setelah Clara disiksa Satya. Clara merasa Satya sangat kejam.Satya yang belum merasa puas menggendong Clara dan duduk di ujung tempat tidur. Dia mau Clara melihat tampang Reagan yang marah sambil menikmati kepuasan yang diberikan Satya.Akhirnya Clara berteriak, dia tidak bisa menahannya lagi. Clara mendongak, lalu Satya mencium leher Clara yang berkeringat. Satya menggoda Clara, "Teriak saja kalau merasa puas. Aku mau Reagan mendengar
Satya membalas dengan dingin, "Apa yang ingin kamu lakukan? Clara, kamu tahu sifatku."Clara menyahut dengan ekspresi putus asa, "Aku memang tahu sifatmu. Tapi, aku nggak mau melayanimu lagi."Nantinya, Satya juga akan tahu apa yang ingin dilakukan Clara. Kemudian, Clara melanjutkan, "Apa aku sudah boleh pergi? Joe dan adiknya masih menungguku di rumah. Aida pasti cemas karena aku nggak pulang semalaman."Satya menarik tangan Clara dan berucap, "Aku antar kamu pulang.""Nggak usah," tolak Clara. Dia mundur dan melihat Satya untuk terakhir kalinya. Clara akan terus mengingat tampang Satya.Namun, Clara tidak menanyakan tentang Reagan. Tujuan Satya sudah tercapai. Dia telah mempermalukan Clara dan menyiksa Reagan. Jadi, Satya tidak akan mempersulit Reagan lagi. Akan tetapi, Reagan harus menanggung penderitaan karena Clara berbicara dengannya.Di dunia ini ada begitu banyak pria. Jika semua pria yang melihat Clara akan ditangkap dan Clara juga akan dipermalukan karena para pria itu, apa S
Clara mengeluarkan kartu banknya dan berkata dengan suara serak, "Aku mau pesan kamar suite paling mewah untuk 7 malam."Resepsionis terkejut. Kamar suite paling mewah di sini seharga 20 juta lebih. Itu berarti total yang harus dibayar Clara untuk memesan kamar suite selama 7 malam sebesar ratusan juta. Hal ini membuat resepsionis terus menyanjung Clara. Dia mengurus semua prosedur untuk Clara secepatnya.Manajer hotel yang mengetahui hal ini hendak membawa Clara ke lantai paling atas. Namun, Clara menolak, "Nggak usah. Aku mau tenangkan diri sebentar."Clara mengambil kartu kamar dan berjalan ke lift dengan wajah pucat pasi. Dia hampir tumbang. Clara terlihat sangat lemah. Resepsionis melihat manajer, lalu berucap dengan sedih, "Sepertinya dia sangat terpukul. Apa dia patah hati karena ditipu oleh pria berengsek?"Manajer melirik resepsionis sembari menimpali, "Kita sudah mendapatkan uang sebesar ratusan juta, untuk apa kamu memusingkan masalah ini? Jangan lupa layani dia baik-baik. M
Gracia memang tidak setuju dengan keputusan Satya, tetapi sekarang ini adalah satu-satunya jalan keluar. Masalah ini pun diselesaikan dalam waktu singkat. Alasan utamanya adalah Reagan tidak ingin mempersulit Clara. Sebelum melompat dari gedung, Reagan teringat dengan cerita Davin. Jika Davin bisa melompat dari gedung, Reagan juga bisa melakukannya.Malam itu adalah mimpi buruk bagi Reagan. Suara teriakan Clara terus terngiang-ngiang di benaknya. Reagan yang merasa bersalah memutuskan untuk bunuh diri. Namun, upayanya gagal. Reagan tidak menerima cek dari Satya dan tidak mengganggu Clara lagi. Akhirnya, Reagan tahu bahwa dirinya tidak mampu melindungi siapa pun. Menjaga jarak dengan Clara adalah cara yang paling tepat.Saat tengah malam, Reagan memegang ponselnya dengan erat. Dia terus memandangi nama Clara di daftar kontaknya. Dia mengusap layar ponsel, lalu tersenyum getir dan menghapus nomor telepon Clara. Jika Reagan tidak mengganggu Clara, Satya tidak akan mempersulit Clara lagi.
Tubuh pemuda itu menegang, tetapi dia tetap bersikap profesional. Clara tidak ingin melanjutkannya lagi, jadi pemuda tersebut langsung bangkit. Clara menyerahkan selembar cek dan berpesan, "Ambil uang ini dan pergi ke luar negeri. Jangan kembali selama 2 tahun."Pemuda tersebut melihat nominal di cek. Clara memberinya uang sebesar 10 miliar. Dia melihat Clara lagi dan merasa Clara bukan kesepian. Clara tampak menderita, tetapi orang lain tidak akan bisa memahami Clara. Pemuda itu berterima kasih kepada Clara, lalu pergi.Setengah jam kemudian, Satya menerima video yang dikirim Clara. Satya langsung membanting ponselnya ke dinding. Dia sangat murka. Dia terus memandangi ponsel yang hancur sambil termenung. Dia tidak percaya Clara berani berhubungan dengan pria lain!Di dalam video, Clara dan pemuda itu berciuman. Dia membiarkan pemuda tersebut menyentuh tubuhnya. Bahkan, Clara tampak terlena sampai mereka terjatuh di atas tempat tidur. Video pun berakhir. Satya mengambil ponsel cadangan
Ujung pisau yang tajam menggores kulit Clara sehingga dada Clara berdarah. Namun, Clara sama sekali tidak takut. Dulu Clara sangat mencintai Satya, sekarang dia sangat membenci Satya. Semuanya berubah begitu cepat."Kenapa?" tanya Satya. Matanya memerah dan dia menatap Clara lekat-lekat. Dia tidak ingin melewatkan sedikit pun perubahan pada ekspresi Clara. Satya berharap semua ini hanya ilusi dan tidak benar-benar terjadi. Clara sangat mencintai Satya, mana mungkin Clara menerima pria lain?Clara memandang Satya, lalu tertawa dan menjawab, "Karena aku membencimu dan aku ingin meninggalkanmu. Apa kamu puas dengan jawaban ini? Satya, hubungan kita sudah lama berakhir. Tapi, kamu nggak mau melepaskanku. Aku rasa ini karena aku nggak pernah berhubungan dengan pria lain.""Mungkin ini satu-satunya kelebihanku dibandingkan Benira atau wanita lain yang dekat denganmu. Sekarang, aku sudah berhubungan intim dengan pria lain. Kelebihanku yang paling penting bagimu sudah hilang. Jadi .... Satya,