Tentu saja Annika tidak ingin naik ke mobil Zakki. Sementara itu, Zakki menatap bunga mawar yang dipegang Annika, lalu bertanya, "Apa bunga itu pemberian Pak Bryan?"Annika yang membeli sendiri bunga itu, tetapi dia tidak akan mengakuinya. Annika hanya menjawab, "Siapa pun yang memberiku bunga ini nggak ada hubungannya dengan Pak Zakki."Tatapan Zakki menjadi muram saat mendengar Annika memanggilnya "Pak Zakki". Zakki tetap memandang Annika saat berbicara dengan Syamsul, "Suruh Nona Annika naik ke mobil."Syamsul merasa dilema saat menghadapi Zakki dan Annika yang berselisih. Namun, dia tetap turun dari mobil untuk meminta Annika naik ke mobil. Syamsul berucap, "Nyonya, saljunya lumayan lebat. Sebaiknya Nyonya naik ke mobil saja. Kalau nggak, aku pasti ditegur."Ekspresi Syamsul tampak cemas. Annika tidak ingin mempersulit Syamsul sehingga dia naik ke mobil. Zakki dan Annika yang duduk bersebelahan di dalam mobil hanya terdiam.Syamsul berujar, "Aku harus menyetir lebih lambat saat mus
Annika mengambil syalnya, lalu mengucapkan terima kasih dan pergi. Sementara itu, Zakki yang duduk di dalam mobil memandang sosok Annika. Zakki bertanya kepada Syamsul, "Apa aku mengganggunya?"Syamsul segera menyahut, "Tentu saja nggak. Tuan nggak pernah bicara seperti ini dulu.""Dulu aku juga nggak begini," ucap Zakki sembari tersenyum. Dia duduk tegak, lalu melanjutkan, "Kita pulang saja."....Hujan salju baru berhenti saat tahun baru. Seharusnya, tahun baru adalah hari yang membahagiakan. Namun, Zakki demam tinggi. Pelayan menelepon Dania, lalu Dania datang melihat kondisi Zakki. Kemudian, Dania langsung meminta Jony datang saat melihat kondisi Zakki yang cukup parah.Ketika Jony datang, Zakki sudah setengah sadar. Jony memberi Zakki suntikan pereda panas dan obat lain. Sesudah itu, Jony memanggil perawat untuk menanyakan kondisi Zakki sebelumnya. Perawat takut disalahkan sehingga dia pun memberitahukan kebenarannya.Perawat menjelaskan, "Aku nggak tahu apa yang terjadi kepada Pa
Dalam 2 tahun ini, Zakki memberi Raditya pekerjaan di ruang arsip Grup Ruslan agar Raditya tidak terlalu terpuruk. Namun, selama ini tidak ada yang menyadari bahwa pria paruh baya elegan yang berada di ruang arsip adalah mantan presdir Grup Ruslan.Raditya juga tidak pernah mengungkitnya. Kehidupan Raditya sangat sederhana. Setiap bulan, Raditya akan menjenguk Zakki. Hanya saja, hubungan mereka tetap begitu kaku. Keduanya juga tidak berusaha untuk mendekatkan hubungan mereka.Saat melihat Raditya datang, Jony pun mengangguk kepada Raditya. Kemudian, Jony mengajak Dania keluar untuk menghindari Raditya.Dian langsung bersemangat saat melihat Raditya. Dia menarik baju Raditya sembari marah-marah, "Lihat, ini anakmu! Kalau dulu kamu nggak egois, apa anak kita bisa menjadi seperti sekarang ini? Raditya ... kenapa kamu masih berani pulang?"Raditya adalah orang yang pendiam. Setelah bertahun-tahun, ini pertama kalinya Raditya melawan Dian. Raditya menegur, "Dian, dulu kita berdua sama-sama
Dian berniat untuk mencari Annika. Dia memakai jaket, lalu naik ke mobil. Wajahnya masih dibasahi oleh air mata. Namun, Dian tetap terlihat anggun seperti biasanya. Dia akan meminta Annika untuk menjenguk Zakki.Dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan rumah Annika. Sopir hendak menekan klakson, tetapi Dian menghentikannya, "Aku langsung masuk saja."Sopir tertegun. Kemudian, Dian membuka pintu mobil, lalu turun. Penjaga pintu membiarkan Dian masuk setelah melapor. Saat ini, Dian memakai sepatu hak tinggi. Dia merasa kedinginan ketika menginjak salju. Dian gemetaran, tetapi ekspresinya tampak tegas. Dia harus membawa Annika pulang.Dian berjalan ke depan pintu vila yang tertutup rapat. Namun, lampu di dalam vila masih dinyalakan. Dian berteriak, "Aku mau bertemu Annika!"Pintu dibuka, lalu Shinta menyiram Dian dengan air. Dian menggigil, tetapi dia tidak peduli. Dian menatap Shinta sembari mengulangi perkataannya, "Aku mau bertemu Annika!"Shinta sudah mendengar kabar bahwa Za
Saat melihat Dian, Annika teringat dengan masa-masa yang suram itu. Annika menarik jaketnya, lalu berkata dengan datar, "Kamu tidak usah bicara seperti itu. Aku mau ikut kamu pergi hanya karena anak-anak, bukan karena kamu."Dian merasa terharu ketika mendengar Annika bersedia mengikutinya pulang. Dian menimpali, "Aku tahu."Hati Annika tidak tergerak meskipun Dian sudah merendahkan dirinya. Kemudian, Annika naik ke mobil. Hanya saja, dia tetap terdiam. Sementara itu, Dian tampak ragu-ragu saat hendak berbicara. Akhirnya, dia mendesah dan berucap, "Annika, aku tahu kamu membenciku."Annika memalingkan wajahnya. Dia memandang pemandangan bersalju di luar sembari berujar, "Aku nggak akan bisa melupakan masa-masa itu selamanya. Jadi, aku nggak bisa memaafkanmu."Dian menutup wajahnya dengan kedua tangan. Mungkin karena sudah berumur atau pernah mengalami trauma, Dian mulai merindukan Annika yang masih muda. Dulu, Annika selalu memanggil Dian dengan lembut. Jelas-jelas, Dian sangat menyuka
Selesai bicara, Zakki lanjut membelai tubuh Annika. Tubuh Annika pun takluk dan dia mendesah. Namun, Annika yang masih bisa berpikir secara rasional tahu bahwa mereka tidak boleh melakukan hal ini lagi.Pintu kamar tidak ditutup dengan rapat dan Zakki masih belum menghentikan gerakan tangannya. Annika tidak berani membayangkan jika ada orang yang tiba-tiba masuk ke kamar. Dia pasti akan merasa sangat malu. Annika terpaksa menampar Zakki untuk menyadarkannya.Zakki langsung sadar. Dia menatap Annika, sepertinya dia tidak menyadari apa yang baru saja terjadi. Namun, tangannya masih menyentuh tubuh Annika. Mereka berdua merasa canggung saat Zakki menarik tangannya. Zakki sangat menginginkan Annika, sedangkan Annika merasa malu.Kemudian, Annika menegur, "Sudah cukup kamu mempermainkanku? Kalau sudah, cepat lepaskan aku."Zakki berbaring di tempat tidur. Pakaiannya sudah dibasahi oleh keringat, tetapi saat ini Zakki terlihat seksi. Zakki membiarkan Annika turun dari tempat tidur, dia melih
Dian yang merasa kecewa menyahut, "Kenapa begitu cepat? Lebih baik kamu istirahat dulu, nanti kamu baru pergi waktu pagi."Annika memakai sepatunya, lalu menimpali, "Aku rasa kurang pantas kalau aku tinggal di sini. Aku datang ke sini juga karena anak-anak, bukan untuk balikan dengan Zakki. Jadi, nggak pantas kalau aku berlama-lama di sini."Sikap Annika memang terlihat tegas, tetapi sebenarnya dia merasa sangat sedih. Raditya tidak ingin memaksa Annika. Setelah berpikir sejenak, dia mengusulkan, "Annika, kami sudah merepotkanmu semalam. Kamu jangan pulang sendiri, biar aku yang antar kamu pulang saja."Annika menolak dan meminta sopir untuk mengantarnya pulang. Namun, Raditya tetap bersikeras. Mungkin, dia juga tidak ingin tinggal di sini dan terus bertengkar dengan Dian. Akhirnya, Annika pun menyetujui usulan Raditya.Saat Annika naik ke mobil, langit mulai terang dan terdengar suara ayam berkokok. Sesampainya di depan vila Annika, cahaya matahari bersinar terang.Shinta tidak tidur
Raditya tidak mengganggu Zakki. Tak lama kemudian, Raditya baru bertanya, "Apa Annika yang menulis buku harian itu?"Zakki mengangguk dan menyahut, "Iya. Dia menulisnya waktu muda. Dulu, aku pernah berbuat salah dan mengucapkan sesuatu yang kasar. Annika marah, lalu membakar buku harian ini sehingga menjadi seperti ini sekarang."Selesai bicara, Zakki terdiam untuk waktu yang lama. Jika kelak dia tidak bisa sembuh lagi, apa dia harus mengandalkan barang-barang ini untuk melepas kerinduannya kepada Annika? Apa Annika akan mencintai pria lain?Raditya tahu apa yang dipikirkan Zakki. Dia menghibur, "Kalau kamu nggak bisa melupakan Annika, jaga kesehatanmu. Mungkin saja kamu bisa sembuh. Lagi pula, kamu dan Annika saling mencintai. Annika nggak akan menganggap kamu sebagai beban. Zakki, seorang wanita nggak bisa terus menyia-nyiakan masa mudanya. Kamu selalu membuat Annika menunggu dan mengusirnya. Nanti kamu pasti menyesal."Raditya merasa sedih. Dia memandang ke luar jendela, lalu beruca