Raditya tidak mengganggu Zakki. Tak lama kemudian, Raditya baru bertanya, "Apa Annika yang menulis buku harian itu?"Zakki mengangguk dan menyahut, "Iya. Dia menulisnya waktu muda. Dulu, aku pernah berbuat salah dan mengucapkan sesuatu yang kasar. Annika marah, lalu membakar buku harian ini sehingga menjadi seperti ini sekarang."Selesai bicara, Zakki terdiam untuk waktu yang lama. Jika kelak dia tidak bisa sembuh lagi, apa dia harus mengandalkan barang-barang ini untuk melepas kerinduannya kepada Annika? Apa Annika akan mencintai pria lain?Raditya tahu apa yang dipikirkan Zakki. Dia menghibur, "Kalau kamu nggak bisa melupakan Annika, jaga kesehatanmu. Mungkin saja kamu bisa sembuh. Lagi pula, kamu dan Annika saling mencintai. Annika nggak akan menganggap kamu sebagai beban. Zakki, seorang wanita nggak bisa terus menyia-nyiakan masa mudanya. Kamu selalu membuat Annika menunggu dan mengusirnya. Nanti kamu pasti menyesal."Raditya merasa sedih. Dia memandang ke luar jendela, lalu beruca
Sore hari, sebuah mobil Rolls Rayce silver melaju memasuki pekarangan dan parkir di depan vila.Zakki sudah menunggu sedari tadi sambil duduk di kursi roda. Dia mengenakan kemeja putih dan jaket abu tua. Di bawah langit senja, dia terlihat sangat menawan.Ketika pintu mobil dibuka, Ariel turun dan langsung memeluk Zakki. Pelukan mereka begitu erat, mungkin karena sudah berhari-hari tidak bertemu.Zakki mengelus kepala Ariel, lalu menyipitkan matanya. Kemudian, terlihat seorang pria yang sangat muda turun dari kursi kemudi. Pria itu terlihat seperti seorang pebisnis. Dia cukup tampan dan berwibawa. Tampaknya dia bukan sopir, tetapi Annika memintanya untuk mengemudi.Kala ini, Annika menggendong Jose turun dari mobil. Lantaran tahu apa yang sedang Zakki pikirkan, dia langsung berujar, "Perkenalkan, dia John, asisten pribadiku.""Halo, aku Zakki, mantan suami Annika," tutur Zakki dengan bijaksana. Setelah saling menyapa, Zakki memandang John seraya berbisik kepada Annika, "Bukankah dia te
Seketika, Ariel kaget usai menyadari sesuatu. Ayahnya makan dengan tangan kanan. Bukankah tangan kanan Zakki tidak bisa digerakkan?Gadis berusia 6 tahun ini sudah pintar menyembunyikan perasaannya. Dia makan dengan kepala tertunduk. Lantaran merasa sangat gembira, dia makan dua piring nasi dan menyendokkan dua potong daging berlemak untuk Jose. Akan tetapi, Jose tidak suka makan daging berlemak.Setelah makan malam, Zakki membawa kedua anaknya ke lantai atas. Yang satu merangkak sambil bermain di karpet, yang satu mengerjakan tugas sekolah dibimbing oleh Zakki.Zakki lulusan dari universitas ternama dan sangat pintar. Hal ini membuat Ariel makin mengagumi ayahnya. Dia menyodorkan pensil ke tangan Zakki. Zakki memandang pensil di tangan kanannya, lalu menatap Ariel. Putrinya baru berusia 6 tahun, tetapi dia sudah bisa menyadarinya!Sebagai seorang ayah, Zakki tentu merasa sangat bangga. Dia tidak ingin mengacaukan niat putrinya dan lanjut mengajarkan soal matematika. Ariel sangat pinta
Alih-alih merawat Clara, lebih tepat mengatakan bahwa perawat pribadi itu ditugaskan untuk mengawasinya. Selain saat Satya berada di rumah, Clara sama sekali tidak memiliki kebebasan. Satya memberinya makanan dan pakaian mewah, tetapi wanita itu tetap kaku seperti boneka.Ini pertama kalinya Annika bertemu dengan Clara. Wanita itu lebih muda dan mungil dari bayangannya. Kulitnya sangat putih dan wajah cantiknya tampak rapuh.Di malam selarut ini, Clara memainkan piano dengan tubuh berbalut piama sutra berwarna putih. Piamanya longgar dan sama sekali tidak menunjukkan tanda bahwa dia tengah hamil enam bulan. Di sofa sampingnya, Satya yang mengenakan kemeja dan celana panjang duduk memangku laptop. Dia bekerja sambil menemani istrinya. Atmosfer di sana terlihat sangat harmonis."Kak!" panggil Annika dengan suara lembut.Satya perlahan mendongak dan memandang ke arah adiknya. Fakta bahwa Annika bisa menemukan tempat ini tidak mengejutkannya. Sepasang kakak dan adik itu beradu pandang seje
Bertepatan dengan terlontarnya kata-kata Satya, pelayan datang dengan membawa sepiring pangsit. Annika sama sekali tidak menyentuh makanan itu. Dia menatap Satya lekat-lekat, merasa kakaknya telah berubah. Dengan bibir bergetar, dia bertanya dengan lirih, "Kak, kamu yakin hubunganmu dengannya ini hanya demi balas dendam?""Ya!" sahut Satya dengan cepat.Annika tersenyum sedih, lalu berkata, "Kamu nggak berani jujur. Begitu kamu mengaku kalau kamu menyukainya, kamu akan menyalahkan diri sendiri dan terpuruk. Karena kamulah yang membuat dia jadi seperti ini!"Annika sangat sedih. Dia tahu betul bahwa menipu diri sendiri tidak semudah menipu orang lain. Dia yakin Satya juga sangat tersiksa.Annika tidak ingin tinggal lebih lama. Dia segera meraih kopernya dan berujar pelan, "Asistenku masih menunggu di luar. Kak, kamu bisa menyembunyikannya untuk sementara waktu, tapi apa kamu bisa melakukan ini seumur hidup?" Usai berkata begitu, dia segera melangkah pergi."Annika!" panggil Satya dengan
Tubuh Clara sontak menegang. Langkah kaki Satya terdengar makin dekat. Akhirnya, sebuah tangan menepuk lembut bahu kurusnya.Satya memandang sosok Annika yang perlahan-lahan menghilang dari pandangan. Dia memicingkan matanya dan bertanya sekali lagi, "Clara, kamu lihat apa?" Dia ikut berjongkok dan menahan dagu lancip wanita itu dengan jari-jarinya yang ramping.Clara mendongak, menunjukkan mata besarnya yang basah oleh air mata. Dia menggigit bibirnya dan membalas, "Kalian bertengkar hebat!"Usai berkata begitu, Clara menghambur ke pelukan Satya. Dia tengah hamil enam bulan, tetapi berat badannya hanya 50-an kilogram. Tubuh lemahnya yang berada dalam pelukan Satya menebarkan aroma lembut samar yang menggoda pria itu. Sejak insiden yang melibatkan Davin itu, mereka tidak pernah berhubungan intim.Apalagi, kini Clara seperti gadis kecil polos yang demensia. Satya mengira Clara tidak tertarik dengan hal itu. Meskipun wanita itu adalah istri sahnya dan penampilannya pun cukup dewasa, Saty
Satya tenggelam dalam pikirannya. Ucapan Annika tadi berputar-putar dalam benaknya."Kalau kamu memang nggak mencintainya ... apa kamu akan membiarkan adik Yoyok mengandung anakmu?"Satya merasa dia tidak mungkin mencintai Clara. Tipe wanitanya adalah yang dewasa dan pintar, sementara Clara sangat jauh dari kriterianya. Kelebihan apa yang dimiliki wanita itu? Menjelang terlelap, Satya kembali meyakinkan diri sendiri bahwa dia memang tidak mencintai Clara.....Begitu Annika masuk ke mobil, asistennya yang bernama John bertanya pelan, "Bu Annika, apa kita akan ke hotel sekarang?"Suasana hati Annika sekarang kurang baik. Sambil menyandar ke kursi, dia menyahut, "Kita menginap satu malam di sini. John, pesankan tiket pesawat ke Kota Aruma besok pagi."John sedikit terkejut. Namun, dia adalah karyawan profesional. Dia tahu diri untuk tidak ikut campur urusan atasannya, jadi dia tidak bertanya lebih banyak. Setelah tiba di hotel, John memesankan tiket dan mengirimkan detail penerbangan ke
Davin yang duduk di sofa memandang Annika. Dia tidak mengenal Annika, tetapi tampang Satya dan Annika sangat mirip. Jadi, Davin bisa menebak identitas Annika. Davin berusaha menahan amarahnya di depan ibunya dan bertanya, "Untuk apa kamu datang?"John ingin bicara. Hanya saja, Annika menghentikan John. Annika duduk di samping Davin sembari memperhatikan kedua tangannya yang cacat. Setelah beberapa saat, Annika berucap, "Clara memintaku datang untuk menjagamu."Davin terkejut. Dia menatap Annika lekat-lekat, lalu bertanya lagi, "Bagaimana kondisinya? Apa dia ... disiksa?" Dia tahu jelas sekejam apa tindakan pria itu.Annika berpikir sejenak. Kemudian, dia berkata, "Clara sudah hamil. Tentu saja itu anak kakakku. Davin, lupakan Clara. Dengan begitu, hidupmu akan lebih mudah."Davin menangis. Dia tahu seharusnya dia tidak kehilangan kendali di depan Annika. Davin mengangkat kepalanya, lalu berujar, "Satya itu memang nggak berperikemanusiaan. Dia nggak pantas untuk Clara."Davin memohon ke