Sania sudah menggunakan segala cara untuk menemui Annika, tetapi semuanya sia-sia.Melihat Shinta yang menangis, Sania pun terpaksa menemui Jeremy. Sebelum menemui Jeremy, malam itu Sania merokok dan mabuk di balkon ....Ketika mabuk, Sania menangis dan tertawa sambil menyebut nama Jeremy. Dia sangat membencinya!....Hotel Harington.Jeremy duduk di kursi sambil meletakkan kakinya ke atas meja kerja. Sekarang sangat menegangkan, ini ada pertarungan sengit di antara dia dan Keluarga Wongso.Sekretaris mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan Jeremy. Raut wajah sang sekretaris terlihat rumit. "Pak Jeremy, ada yang ingin bertemu."Ada yang ingin bertemu? Reaksi pertama Jeremy adalah menolaknya."Usir saja!" jawab Jeremy.Sekretarisnya tidak langsung pergi. "Pak, Bu Sania mau bertemu ...."Sania? Jeremy tersentak, lalu menurunkan kakinya dan berkata, "Bawa dia masuk."Tak berapa lama, Bella pun membawa Sania masuk ke ruangan Jeremy. Bella adalah sekretaris sekaligus tangan kanan Jeremy.
Sebelum bertemu Annika, Sania menyiapkan pakaian dan mainan anak-anak. Dia juga tidak lupa membawakan suplemen serta camilan untuk Annika.Ada banyak hal yang ingin dibicarakan Sania, tetapi sesampainya di sana, dia malah menangis tersedu-sedu melihat kondisi Annika.Kondisi Annika lebih buruk daripada yang dibayangkannya. Berat badannya turun, wajahnya makin tirus, dan kulitnya pucat seperti mayat hidup. Annika tidak kelihatan seperti orang yang baru melahirkan, dia lebih mirip orang yang mengidap penyakit kronis.Sania tidak tega melihatnya, dia mengusap tangan Annika sambil berbicara dengan gemetar, "Apakah Zakki menyiksa kamu? Kok kamu jadi kurus gini? Kamu nggak ke dokter?"Mata Annika berkaca-kaca melihat kedatangan Sania. Annika adalah wanita yang kuat, dia tidak mau membuat Sania cemas."Aku nggak ada nafsu makan. Kamu nggak perlu cemas, aku baik-baik saja, kok," jawab Annika.Sania tidak memercayai jawaban Annika. Hanya saja, Annika sengaja berbohong agar Sania dan Zakki tidak
Annika kesakitan, tetapi dia tidak mau berteriak.Annika memandang lampu kristal yang tergantung di langit-langit. Dia masih ingat, Zakki memesan lampu itu dari luar negeri. Annika sangat menyukainya.Annika masih mengingat jelas kebahagiaan pada malam itu, tetapi sekarang lampu mewah yang menyala terasa menusuk mata.Jelas-jelas sedang berpelukan, jelas-jelas sedang bermesraan, tetapi sekujur tubuh Annika malah terasa dingin. Tak ada kenikmatan, yang tersisa cuma kebencian.Tubuh Annika bergetar, dia tidak mampu menahan rasa sakitnya lagi. "Zakki, sakit ...."Akhirnya Zakki berhenti. Dia membenamkan kepalanya di dada Annika sambil memeluk pinggangnya yang ramping.Pakaian mereka acak-acakan dan napasnya terdengar terengah-engah. Ini bukan ciuman, tetapi lebih mirip pertempuran.Zakki mengusap lembut bibir Annika. "Kalau sakit, teriaklah seperti sekarang, jangan malah mengacuhkan aku. Aku harus apa? Beri tahu aku! Selama sanggup, aku pasti akan melakukannya. Menghidupi Bibi Shinta, men
Setengah jam kemudian, akhirnya mereka tiba di Rumah Sakit Ruslan.Begitu keluar dari mobil, Annika tidak menyangka kalau akan bertemu orang yang dikenalnya, yaitu orang tua Shilla.Kedua orang tua Shilla tidak sendirian, mereka didampingi seorang gadis muda yang cantik. Wajahnya bersih, putih, dan cerita. Yang pasti lebih cantik daripada Shilla.Wanita muda itu tersenyum kepada Zakki.Annika menebak, wanita ini pasti sengaja disiapkan Elina untuk mendekati Zakki. Pantas saja mereka kembali ke kota ini.Annika tidak peduli, dia langsung berjalan memasuki rumah sakit. Bi Rini bergegas mengikutinya dari belakang.Zakki juga bersikap dingin, seolah tidak mengenal Keluarga Barani. Ketika Zakki menutup pintu mobil dan hendak pergi, tiba-tiba Yunita bertanya, "Pak Zakki, itu istrimu?"Yunita pernah melihat foto Annika di internet. Yunita agak terkejut saat bertemu Annika secara langsung. Selama ini, Yunita mengira kalau Annika dan Zakki seumuran. Namun melihat wajah Annika barusan, sepertiny
Zakki mengisap rokok sambil memikirkan ucapan dokter dan kondisi kesehatan Annika.Dokter menyuruh Zakki untuk melakukan hal-hal yang membahagiakan Annika, tetapi Zakki tidak tahu bagaimana cara untuk membuatnya senang. Semua yang dilakukan Zakki terasa salah di mata Annika.Terlihat sebuah sosok ramping yang berdiri di belakang Zakki. Yunita hanya menatapnya dari kejauhan, dia tidak berani mengganggunya.Yunita merasa Zakki kesepian, tetapi bukankah dia memiliki keluarga yang bahagia? Dia mempunyai istri dan anak. Kenapa dia tidak kelihatan bahagia?Setelah mengisap 2 batang rokok, Zakki membalikkan badan dan hendak pergi. Namun, dia malah melihat Yunita yang berdiri beberapa meter di belakangnya.Zakki tidak bodoh, dia mengetahui perasaan Yunita. Dalam sekejap, Zakki sudah mengetahui kalau Yunita menyukai.Mata Zakki memancarkan tatapan yang gelap. Jantung Yunita berdegup kencang saat melihat Zakki yang berjalan mendekat. Bagaimanapun mereka saling mengenal, Yunita yakin kalau Zakki
Begitu terbangun, Annika tercengang selama beberapa saat.Bibirnya memerah, napasnya terengah-engah, seakan masih mencerna semua yang terjadi barusan. Entah kenapa sekujur tubuhnya terasa rileks, ada rasa nyaman yang membuatnya merasa bersalah.Kemudian Annika membenamkan wajahnya ke dalam bantal, dia tidak mau menatap Zakki. Annika tidak mau mengingat-ingat sensasi kenikmatan yang dirasakannya barusan, dia merasa sangat berdosa.Zakki menarik wajah Annika, lalu mengecup bibirnya dan bertanya, "Masih mau?"Tubuh Zakki terasa panas, gairah yang menggebu-gebu masih membara. Zakki ingin melakukannya sekali lagi, tetapi Annika menggelengkan kepala. "Nggak."Zakki mendengar jawaban Annika. Saat ini pikiran Zakki telah dikuasai hawa nafsu, dia tidak menerima penolakan. Zakki merasakan kenikmatan, dia berpikir kalau Annika juga merasakan hal yang sama.Zakki memaksa Annika yang memberontak. Annika meraung, bukan karena sakit fisik, tetapi karena sakit hati.Annika tidak mau disentuh Zakki. Ke
Zakki melemparkan dokumennya ke atas meja, dia menyetujui saran Dania.Dania pun lega. Di saat bersamaan, selembar foto yang terselip di antara dokumen jatuh ke atas meja. Yunita tampak mengenakan kemeja berwarna merah dan celana berwarna putih. Rambutnya yang diikat ke belakang dan memancarkan aura yang energik.Di dalam foto tersebut, Yunita mirip dengan Annika saat berusia 18 tahun.Ketika Dania membereskan dokumen yang berserakan dan hendak pergi, Zakki menghentikannya dan berkata, "Sebentar!"Zakki meminta dokumen tersebut, lalu mengambil foto Yunita dan memandangnya selama beberapa detik. "Biarkan saja, tapi tidak perlu diperlakukan khusus. Dia sama seperti yang lain, harus memulai dari posisi magang."Dania menggelengkan kepala. "Pak Zakki, kalau Bu Annika tahu, dia pasti akan marah. Identitas wanita ini .... Aku takut ....""Lakukan sesuai perintahku," jawab Zakki dengan nada datar.Melihat Dania yang tidak langsung pergi, Zakki mengangkat kepala dan menatapnya tajam.Dania ter
Zakki pulang sangat awal, dia sudah meninggalkan kantor sekitar pukul 4 sore. Dia mau pergi membelikan hadiah natal untuk Ariel. Tentu saja, dia juga sudah menyiapkan hadiah untuk Annika.Cuaca sangat dingin, Zakki membelikan Annika sebuah syal mewah berwarna merah mudah.Setelah membeli hadiah, Zakki meninggalkan pusat perbelanjaan dan masuk ke dalam mobil. Salju di luar turun semakin lebat, seluruh jalanan berubah menjadi warna putih.Mobil berhenti di depan lampu merah, lalu sopir membuka kaca jendela untuk membersihkan kaca spion. "Salju hari ini sangat lebat, besok jalanan pasti ditutup. Tuan Zakki, besok pagi aku akan datang lebih awal ...."Zakki bersandar di kursi sambil melihat mainan yang dibelikannya untuk Ariel. "Besok natal, aku mau menemani anakku di rumah."Sopir menimpali, "Benar, Tuan Zakki sudah punya anak. Anda adalah seorang ayah."Zakki tersenyum kecil.Ketika mobil hendak jalan, seorang wanita muda menghampiri dan mengetuk kaca jendela. Ekspresinya terlihat hati-h