Tenggorokan Zakki bergulir, dia termenung selama beberapa saat.Ketika Zakki kembali ke kamar, dia melihat Annika yang sudah mengenakan pakaian tebal, seperti ingin pergi meninggalkan rumah.Zakki menatap Annika. "Kamu mau pergi?"Annika tidak mengelak. "Aku masih ada urusan. Beberapa hari lagi, aku akan kembali untuk menjenguk Ariel. Begitu semuanya beres, aku bakal membawa Ariel pergi."Mata Zakki memerah, suaranya terdengar agak serak. "Suami dan anakmu ada di sini, kamu pergi ke mana? Annika, kamu mau ke mana?"Suami? Anak?Annika tidak ingin dan tidak memiliki tenaga untuk bertengkar. Dia hanya menatap Zakki dengan tatapan dingin dan sedih, lalu balik bertanya, "Zakki, kamu masih menganggap dirimu seorang suami? Kamu nggak merasa konyol? Kamu lupa, kamu menamparku demi Shilla? Kamu lupa, kamu meninggalkanku ke luar negeri meski aku sudah memohon?""Zakki, apakah kamu bisa mencium bau amis darah di ruangan ini? Malam itu, ruangan ini dipenuhi genangan darah. Darahku mengalir sampai
Annika tidak memiliki tenaga, dia tidak menjawab pertanyaan Zakki.Efek obat penenang mulai bekerja, Annika pun memejamkan matanya secara perlahan. Annika tampak seperti mayat hidup, dia kurus dan pucat.Zakki mengusap wajah Annika. Tanpa disadari, tetesan air mata bergulir dari sudut matanya.Walaupun sudah tidur, naluri Annika tetap menolak untuk bersentuhan dengan Zakki.Hati Zakki hancur berkeping-keping. Setelah beberapa lama, dia baru bangkit dari tempat tidur dan meninggalkan kamar.....Lampu-lampu menyala terang di lantai satu. Karena anggota Keluarga Ruslan bertambah, para pelayan masih sibuk bekerja. Ada yang menyiapkan makanan, ada yang mencuci pakaian bayi, ada juga yang memotong sayur.Zakki menuruni tangga secara perlahan. Ketika menunduk, samar-samar dia dapat mencium aroma darah di balik karpet yang sudah diganti.Tangan Zakki seketika bergetar. Dia merogoh sebatang rokok dari saku, tetapi tidak menyalakannya.Zakki duduk di sofa ruang tamu. Angin bertiup dari arah jen
Raut wajah Zakki terlihat sangat muram. Setelah terdiam selama beberapa menit, Zakki baru menjawab, "Tidak perlu."Zakki sangat memahami watak Satya. Satya tidak mungkin mengubah keputusannya. Bukannya tidak mau bebas, tetapi dia tidak mau berutang budi kepada Zakki. Dia tidak mau melihat kehidupan Annika yang makin menderita.Melihat semua yang terjadi, Zakki baru sadar bahwa sudah tidak ada kesempatan untuk menebus kesalahannya.Seluruh anggota Keluarga Chandra sangat membenci Zakki. Kalau bisa, mereka ingin segera memutuskan hubungan.Zakki terbang ke Kota Trado pada tengah malam, lalu kembali ke Kota Brata di hari yang sama. Sesampainya di rumah, waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi.Mobil Rolls Rayce hitam berhenti di belakang sebuah mobil mewah yang berhenti di depan rumah."Tuan, itu mobil mertua Anda," kata sopir yang mengemudi.Sesaat mendengarnya, Zakki langsung membuka mata dan keluar dari mobil."Bibi Shinta," Zakki menyapa.Embun pagi membasahi dedaunan. Beberapa hari baru
Annika baru bangun pada siang hari.Begitu membuka mata, Annika langsung melihat Ariel yang berbaring di sampingnya.Ariel mengenakan pakaian berwarna merah mudah, dia tampak cantik dan menawan. Mata Annika sontak terasa panas, ada perasaan rumit yang bergejolak.Di saat bersamaan, tiba-tiba Ariel menangis kecil. Mungkin karena mencium aroma tubuh ibunya, Ariel menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari keberadaan ibunya. Hanya saja, dia masih terlalu kecil, dia masih belum bisa membalikkan badan.Meskipun masih lemas, Annika segera membalikkan badan dan berencana untuk menyusui Ariel.Annika baru pertama kali menjadi seorang ibu, gerakannya masih kaku. Dia tidak dapat membuka kancing pakaiannya sendiri.Ariel menangis makin keras, wajahnya mulai memerah.Sebuah telapak tangan yang lebar membantu Annika untuk membuka kancing pakaiannya."Ini pertama kalinya menyusui, mungkin kamu bakal sedikit kesakitan," Zakki berbisik di telinga Annika.Ekspresi Annika terlihat datar, dia tidak menghira
Zakki ingin memeluknya, tetapi Annika malah menghindarinya. "Jangan mendekat! Jangan mendekat!"Suara Annika terdengar seperti kelelahan.Zakki tidak menyadari bahwa Annika mengalami depresi pasca melahirkan. Ayahnya meninggal, kakaknya di penjara, suaminya mengurungnya di rumah dan mendesaknya untuk memaafkan semua yang terjadi. Annika merasa sendirian ....Konyol, benar-benar konyol ....Dulu Zakki dan Annika saling mencintai, tidak disangka semua malah jadi seperti ini.Shinta kebingungan mengetahui Annika yang dikurung dengan penjagaan ketat.Sania telah menggunakan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang keras. Akan tetapi, sampai saat ini dia masih belum bisa bertemu Annika.Sekarang Sania baru menyadari betapa besarnya kekuasaan Zakki.....Karena tidak bisa melarikan diri, Annika tetap mengacuhkan Zakki.Masyarakat mengetahui keretakan rumah tangga Zakki dan Annika.Satu minggu kemudian, Dian datang untuk mengunjungi Ariel. Ariel sangat sehat, Dian sangat menyayangi cucunya
Sania sudah menggunakan segala cara untuk menemui Annika, tetapi semuanya sia-sia.Melihat Shinta yang menangis, Sania pun terpaksa menemui Jeremy. Sebelum menemui Jeremy, malam itu Sania merokok dan mabuk di balkon ....Ketika mabuk, Sania menangis dan tertawa sambil menyebut nama Jeremy. Dia sangat membencinya!....Hotel Harington.Jeremy duduk di kursi sambil meletakkan kakinya ke atas meja kerja. Sekarang sangat menegangkan, ini ada pertarungan sengit di antara dia dan Keluarga Wongso.Sekretaris mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan Jeremy. Raut wajah sang sekretaris terlihat rumit. "Pak Jeremy, ada yang ingin bertemu."Ada yang ingin bertemu? Reaksi pertama Jeremy adalah menolaknya."Usir saja!" jawab Jeremy.Sekretarisnya tidak langsung pergi. "Pak, Bu Sania mau bertemu ...."Sania? Jeremy tersentak, lalu menurunkan kakinya dan berkata, "Bawa dia masuk."Tak berapa lama, Bella pun membawa Sania masuk ke ruangan Jeremy. Bella adalah sekretaris sekaligus tangan kanan Jeremy.
Sebelum bertemu Annika, Sania menyiapkan pakaian dan mainan anak-anak. Dia juga tidak lupa membawakan suplemen serta camilan untuk Annika.Ada banyak hal yang ingin dibicarakan Sania, tetapi sesampainya di sana, dia malah menangis tersedu-sedu melihat kondisi Annika.Kondisi Annika lebih buruk daripada yang dibayangkannya. Berat badannya turun, wajahnya makin tirus, dan kulitnya pucat seperti mayat hidup. Annika tidak kelihatan seperti orang yang baru melahirkan, dia lebih mirip orang yang mengidap penyakit kronis.Sania tidak tega melihatnya, dia mengusap tangan Annika sambil berbicara dengan gemetar, "Apakah Zakki menyiksa kamu? Kok kamu jadi kurus gini? Kamu nggak ke dokter?"Mata Annika berkaca-kaca melihat kedatangan Sania. Annika adalah wanita yang kuat, dia tidak mau membuat Sania cemas."Aku nggak ada nafsu makan. Kamu nggak perlu cemas, aku baik-baik saja, kok," jawab Annika.Sania tidak memercayai jawaban Annika. Hanya saja, Annika sengaja berbohong agar Sania dan Zakki tidak
Annika kesakitan, tetapi dia tidak mau berteriak.Annika memandang lampu kristal yang tergantung di langit-langit. Dia masih ingat, Zakki memesan lampu itu dari luar negeri. Annika sangat menyukainya.Annika masih mengingat jelas kebahagiaan pada malam itu, tetapi sekarang lampu mewah yang menyala terasa menusuk mata.Jelas-jelas sedang berpelukan, jelas-jelas sedang bermesraan, tetapi sekujur tubuh Annika malah terasa dingin. Tak ada kenikmatan, yang tersisa cuma kebencian.Tubuh Annika bergetar, dia tidak mampu menahan rasa sakitnya lagi. "Zakki, sakit ...."Akhirnya Zakki berhenti. Dia membenamkan kepalanya di dada Annika sambil memeluk pinggangnya yang ramping.Pakaian mereka acak-acakan dan napasnya terdengar terengah-engah. Ini bukan ciuman, tetapi lebih mirip pertempuran.Zakki mengusap lembut bibir Annika. "Kalau sakit, teriaklah seperti sekarang, jangan malah mengacuhkan aku. Aku harus apa? Beri tahu aku! Selama sanggup, aku pasti akan melakukannya. Menghidupi Bibi Shinta, men