“Saat itu aku berumur 23 tahun ketika diangkat jadi sekretaris sekaligus orang kepercayaan tuan Nicko, aku satu tahun lebih muda darinya. Sekarang umurku 28 dan tuan Nicko 29 tahun, awal pertemuan kami di kantor aku hanya karyawan biasa yang beruntung bisa ikut sampai di sini bersamanya,” terang Jerry.
“Aku sempat berpikir kalau tuan Jerry dan tuan Nicko bersaudara, sepupu misalnya,” ungkap Mysel, ia memperhatikan Jerry lekat.
“Bukan, aku hanya orang biasa yang beruntung bisa menjadi sekretaris Nicko,” timpalnya.
Mysel mengangguk ringan mendengar penjelasan Jerry.
“Keluarga anda tuan?” tanya Mysel.
Sejenak berhasil membuat Jerry terdiam dan berkaca-kaca tatkala Mysel menanyakan seputar keluarganya.
“Ayah dan ibuku sudah lama meninggal dalam sebuah kecelakaan, setelah itu aku tinggal bersama bibikku. Tidak ingin menyusahkan mereka lebih lama setelah tamat sekolah aku memutuskan merantau, berbekal ijazah sekolah menengah kejuruan bidang administrasi
“Bantu aku!” perintah Nicko pada Mysel yang sedari tadi menundukkan wajahnya dalam.“Ba, baik tuan,” Mysel segera mendekat, entah kenapa dadanya berdegup sepuluh kali lebih kencang dari biasanya tatkala Nicko menatapnya selekat itu.Mysel mulai mengancingi kemeja putih Nicko satu persatu, jemari lentik itu gemetaran tidak tahu sebab pastinya kenapa begitu. Hembusan napas Nicko bisa dirasakan Mysel, untuk mengancingi kemeja saja ia butuh waktu yang lama.“Ya Tuhan, kenapa aku segrogi ini?” batin Mysel.Setelah selesai, Nicko memakai Jas hitam yang ditinggalkan Tata tadi di atas ranjang lalu ia kembali bersuara.“Pasangkan sepatuku!” perintahnya lagi, Nicko duduk dipinggir ranjang.Mysel menaruh tas tangan yang tadi ia pegang di atas ranjang bergegas membungkuk, dari tempat duduknya Nicko dengan leluasa menjelajahi dada Mysel yang mulus membuat mata sebelumnya 5 watt menjadi 100 watt dalam waktu singkat.Seketika jiwa muda Nicko memburu, keind
“Gandeng tanganku!” perintah Nicko.“Ba, baik tuan!” Mysel menurut saja.Mysel melempar pandangan ke setiap sudut, pesta mewah itu dihadiri orang-orang kelas atas terlihat jelas dari penampilan mereka yang glamour.“Mysel, bermanjalah! Semua orang memperhatikan kita,” bisik Nicko.“Iya tuan,” lagi Mysel menurut, menikmati permainan dalam kepura-puraan antara dirinya dan Nicko.Semua mata tertuju pada pasangan yang baru saja menginjakkan kaki di ballroom hotel berbintang dimana pesta ulang tahun tuan Jack baru saja dimulai.Melihat Nicko datang tuan Jack langsung menghampiri anak sahabatnya itu.“Hai Nicko,” sapa tuan Jack, pria paruh baya itu mengambangkan senyum hangat dan menjabat tangan Nicko. Tubuhnya sedikit gemuk, dia tampak lebih muda dari umur sebenarnya.“selamat ulang tahun tuan!” ucap Nicko memberi selamat.“Terimakasih, berapa kali om bilang panggil om jangan tuan,” ucap Jack mengingatkan.“Maaf, om,” kedu
Malam itu hujan turun sangat deras Jerry mengemudikan mobil yang dibawanya dengan sangat hati-hati menyusuri jalanan yang sepi dan jauh dari keramaian sesekali kilat dan petir bersahutan sambar menyambar, sedangkan disisi sebelah kirinya Nicko atasannya tampak menyandarkan diri, ia terlihat lelah setelah meninjau proyek pembangunan dikota tetangga.Sesekali Jerry melirik jam dipergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 22:00 malam, seharian bekerja dilapangan berhasil membuat pria itu merasa tubuhnya panas dingin.Ciiiitt …!!! Decit rem terdengar memekakan telinga, mobil yang dikemudikan Jerry berhenti paksa setelah tadi menabrak tubuh seorang gadis yang tiba-tiba muncul entah dari mana.“Ya Tuhan!” pekik Jerry, dirinya bersitatap dengan Nicko yang tampak santai tidak ada khawatirnya sama sekali.“Jerry, apa kau telah menabrak seseorang? Kalau iya maka siap-siap gajimu akan kupotong untuk biaya pengobatannya,” ucap Nicko kesal, dirinya masih bertanya padah
"Nona, ini kamar anda jika ada apa-apa panggil saja saya, kamar saya ada disebelah sana,” ucap Jerry seraya menunjuk sebuah kamar yang terletak diujung lorong.“Terimakasih, maaf telah merepotkan anda tuan. Kalau boleh tahu nama anda siapa?” tanya Mysel menundukkan pandangannya dari mata elang Jerry.“Saya Jerry, saya sekretaris tuan Nicko,” sahut Jerry kalem.Mysel mengangguk sedangkan satu tangannya sedari tadi tidak henti memegangi pelipisnya yang terluka.“Lukamu masih berdarah?” tanya Jerry.“Iya tuan, tapi enggak apa-apa nanti juga berhenti,” sahut Mysel enggan meminta bantuan pada Jerry ia tidak ingin merepotkan Jerry karena sejak tadi kalau bukan dari bantuannya pasti ia tidak akan bisa lolos dari Jamil dan anak buahnya.“Tunggu disini!” ucap Jerry seraya berlalu menuju dan mengetuk pintu kamar yang lainnya.Tidak butuh waktu lama seorang wanita bertubuh gemuk keluar dari dalam sana rambutnya acakan, pipinya tembem, hidungnya pesek,
“Permisi tuan,” sapa Mysel berdiri di depan pintu sedangkan tangannya membawakan segelas air hangat untuk Nicko.“Masuk!” seru Nicko tidak melihat pada siapa yang datang, ia tampak sibuk dengan ponselnya duduk disandaran ranjang.Mysel melangkah masuk dirinya teramat canggung dengan suasana seperti ini dimana dirinya berada di dalam satu ruangan yang sama dengan seorang pria asing.“Taruh dimana tuan?” tanya Mysel sopan.Seketika membuat Nicko mengangkat pandangannya, matanya menyipit saat dilihatnya Mysel mengenakan daster ungu yang biasa dipakai oleh Inem.“Taruh dikamar mandi, ya di atas meja lah!” hardik Nicko tidak suka saat Mysel menanyakan hal yang sepatutnya tidak perlu ia tanyakan.“Maaf tuan,” ucap Mysel dengan nada menyesal.Setelah menaruh gelas berisi air hangat di atas meja, rencananya Mysel hendak berlalu kembali ke kamar untuk melanjutkan istirahat.“Siapa yang menyuruhmu untuk meninggalkan kamar ini?” bentak Nicko
Mysel yang mulanya meringkuk dengan gerakan cepat berdiri dan berlari meninggalkan kamar tanpa peduli dengan Nicko, sedangkan Nicko seketika tersenyum puas menyaksikan ketakutan yang dialami Mysel karena ulahnya.Mysel menutup rapat pintu kamar, duduk dipinggir ranjang Tubuhnya berguncang hebat, jelas segala ketakutan sekarang menyelimuti dirinya perlakuan Nicko tadi berhasil membuat dirinya mengingat betapa sulitnya hidup dalam asuhan Jamil yang terus memaksa dirinya untuk melayani para laki-laki hidung belang.***Seminggu yang lalu, disebuah rumah yang dijadikan tempat prostitusi.“Kenakan gaun itu sekarang juga! Kau akan melayani tiga orang pria malam ini!” ucap Jamil pada Mysel.Seketika mata Mysel terbelalak dibuatnya, ia tidak pernah menyangka kalau tetangganya Jamil membawa dirinya ke kota untuk dijual pada laki-laki hidung belang.Pria dewasa dengan postur tubuh tinggi besar, mata merah dan sangar itu terlihat jauh berbeda dari Jamil yang du
Pagi harinya …Setelah selesai mandi Nicko turun dari kamarnya ke lantai dasar, pagi ini rumah tampak sepi. Ia melempar pandangan kesetiap sudut ruangan yang bisa dijangkau matanya tidak dilihatnya Jerry yang biasa berolahraga di Minggu pagi.Nicko langsung menuju meja makan untuk sarapan dilihatnya Inem sibuk diwaterfall dapur entah apa yang dilakukannya di sana.“Jerry!” teriak Nicko memanggil sekretarisnya itu.Berhasil membuat Mysel terperanjat dan bangun dari tidurnya mendengar teriakan Nicko memanggil nama Jerry.Tidak butuh waktu lama Jerry keluar dari dalam kamarnya dilorong sebelum dapur.“Ya tuan?” sahut Jerry.“Darmi mana saja kamu?” tanya Nicko bersuara santai.“Baru selesai mandi habis olahraga,” jawab Jerry menarik salah satu kursi dan turut duduk disamping Nicko.Nicko tidak mempedulikan Jerry yang mulai sibuk mengolesi roti miliknya dengan selai nanas.Tiba-tiba Nicko mengingat perihal gadis semalam yang dib
Mysel terpaku di depan pintu ia melempar pandangannya ke segala arah di dalam kamar didapatinya sprei dan selimut yang berantakan, Mysel menarik napas dalam dan membuang kasar lewat mulut mencari ketenangan dalam dirinya sendiri agar jangan mengeluh dan merasa terbebani dengan profesi barunya sebagai pengasuh bayi tua.Mula Mysel membereskan sprei yang berantakan dan menggantinya dengan yang baru, menyapu, mengepel dan membersihkan perabotan di dalam sana dari debu. Mysel berdiam menghenyakkan diri di atas ranjang nan luas lagi nyaman pandangannya menerawang ia tidak pernah menyangka akan sampai di rumah yang tuannya sangat-sangat tidak punya perasaan seperti Nicko.Mysel mengusap keringat di dahinya mengipas-ngipas leher dengan jemari tangannya tiba-tiba perhatiannya tertuju pada photo berukuran kecil yang terpajang di atas nakas. Mysel meraih dan dilihatnya seorang wanita cantik tinggi semampai berkulit putih dengan raut wajah yang ayu tersenyum.“Pasti dia, gadi